PART 16

412 23 0
                                    


Malam tiba!

Gua, keluarga Ceci, dan keluarga Wijaya sedang berkumpul untuk berbincang-bincang hari pernikahan gua besok. Gua sedikit gugup untuk hal semua ini. Tapi ini Demi kebaikan gua selanjutnya.

Aneh! Di situ gua belum liat Julian. Dari siang kemarin gua blm melihat Julian. Gua pun mencoba untuk menelepon Julian dan berjalan ke arah balkon agar tidak terganggu.

"Maaf Panggilan yang anda tuju tidak menjawab"

"Maaf Panggilan yang ada tuju tidak menjawab"

"Maaf Panggilan yang anda tuju tidak menjawab"

Gua menghembus nafas kasar saat mendengar suara operator. Gua makin bingung. Gua berharap untuk sekali lagi gua menelepon Julian.

"Assalammualaikum halo" salam Julian dari seberang sana.

"Kak! Kakak Dimana?" Tanya gua langsung to The points.

"Emm"

"Kak jawab!"

"Di rumah sakit"

"Hah? Kakak sakit?" Tanya gua langsung panik.

"Gk" "Temen gua"

Gimana ini? Gua gk mau ngehancuri suasana kak Julian tapi mama papa sudah nunggu aduhh gimana ya, batin gua dengan menggigit kuku.

"Halo"

"Eh iya halo"

"Ada apa?" Tanya Julian dengan suara datar.

"E enggak ko—"

Tut Tutt Tut

"Hufh apa gua cari kak Julian aja ya?" Gua pun langsung menjentik jari dan berjalan mengendap-ngendap ke arah pintu.
"Syukurlah"

Hampir sejam gua berjalan di trotoar menuju rumah sakit tanpa arah.
"Astaga gua lupa nanya rumah sakitnya" gua menepuk jidat dan memegang saku yg tidak ada ponsel di sana "sialan!"

Gua terus berjalan sepanjang jalan yg sepi. Tapi gua abaikan itu.

Setelah gua sampai di rumah sakit. Gua sebenarnya gk tau ini rumah sakitnya atau bukan. Toh gua lupa nanya rumah sakitnya.

Gua berjalan ke arah lobby dan seketika mata gua terhenti melihat orang yg ia kenal.
"I-itu bukannya kak rido?" Gua sih sedikit kenal dengan rido. Waktu itu rido sempat menumpangkan gua untuk pulbar.

Gua terus membuntuti rido dari belakang. Hingga langkahan gua terhenti saat melihat rido memasuki salah satu kamar inap.

Gua mulai deg-an tak karuan. Gua berjalan ke arah pintu dan mengintip di sana ada Julian dan seorang perempuan yg terbaring lemah. Gua liat dengan mata gua sendiri Julian memegang tangan perempuan itu.

Seketika karna gua ceroboh, pintu itu terbuka lebar karena gua bersenderan di sana. Otomatis gua ikut terjatuh.

"Aww!"

Rido dan Julian menoleh ke arah gua. Gua mendongak dan menggigit bibir bawah gua.
Mampus, batin gua.

"Salsa?" Segera gua berdiri dan membersihkan celana gua.

"Eh? Hehe maaf" gua ingin berbalik badan dan pergi dari situ. Tetapi tangan gua tiba-tiba di tahan oleh Julian.

"Ngapain LO?"

Deg...!

Gua menoleh ke arah Julian dengan tersenyum kikuk.
"Hehe anu kakak di cari om William" ucap gua gugup.

Julian melepas tangannya "LO sendirian?" Gua ngangguk cepat "naik?"

"Jalan" "eh!" Gua menutup mulut sendiri dengan tangan.

"Jalan?" Gua susah payah menelan ludah dan menunduk "nekad banget LO! Ngapain?" Gua menggeleng lalu menarik tangan Julian keluar dari ruangan itu.

"Kak" "semuanya pada nyariin kakak, kakak lupa besok kita nikah?" Tanya gua dan menaiki alis.

"Gua gk bisa ikut"

"Hah?" Gua melongo.

"Maksud gua, malam ini gua gk bisa pulang"

"Terus kapan?" Gua menyipitkan mata "kakak kabur?"

"Auu" gua menegang jidat yg habis di jitak sama Julian "sakit bago -eh! Maksudnya kak"

"Sorry" Julian mengusap dahi gua "oke gua pulang"

Gua bernapas lega.

Gua dan Julian memasuki ruang itu dan melihat rido yg duduk di sofa.

"Do gua pulang ya, LO jagain Reva" Julian menatap tajam ke arah rido yg sibuk bermain game.

"Yo'i 01 86" ujar rido yg masih bermain ponsel.

"Ga jelas lu" Julian berjalan ke arah kasur tersebut dan mengambil tangan perempuan itu lalu mencium punggung tangan perempuan itu.

Gua yg melihat itu hanya bisa terdiam, menutup mulut rapat-rapat dan memalingkan wajah agar tidak terlihat mata gua yg sudah berkaca-kaca.

"Ya udah yuk" Julian menggandeng tangan gua untuk keluar.

perjalanan!

Hening!!

"Kak" panggil gua tanpa menoleh ke arah Julian.

"Kak"

"Kak" gua pun melihat Julian yg tidak menyahutnya.

"Kak"

"Apa?"

"Gk jadi" gua kembali menatap ke arah depan.

"Kak"

"Apa? Ga jelas"

"E-enggak kak" gua menundukkan kepala.

Seketika gua mendongak saat ban mobil yg tidak lagi berputar.
"Kenapa kak?" Tanya gua melihat ke arah Julian.

"LO kenapa?" Tanya Julian memegang tangan kanan gua dengan tangan kirinya tanpa melihat ke arah gua.
"Gpp kak"

"Kalo AD masalah jangan diam aja" Julian menoleh ke arah gua. Seketika jantung gua mulai berdebar tak karuan. Gua sdh biasa di tatap sama Julian. Kenapa sekarang beda kalau di tatap sama Julian?

"Gk kok kak" gua yg tak tahan menatap mata Julian langsung memalingkan ke arah kaca mobil.

Julian menarik dagu gua untuk menatapnya. Gua membelakkan mata karna wajah gua dan Julian hanya beberapa senti.

"Ada masalah?" Tanya Julian lembut sambil menghelus pipi gua. Gua menggeleng ragu.

"Gua gk suka orang yg bohong" gua cuman mengangguk dan membentuk jari dua "suer"

"Gua tau yg sekarang LO rasain"

"Ma-maksud kakak?"

"Hati LO gk tenang" ujar Julian menatap manik mata gua serius.

Yap! Itulah yg gua rasain sekarang. Gua gk tenang, gua selalu liat Julian akrab dengan perempuan lain sedangkan esok adalah hari pernikahan gua sana Julian.

Gua cuman menunduk tak berani melihat Julian. Tanpa di sadari gua menangis. Julian yg sadar itu mengusap air mata gua. Seketika tubuh gua tegang saat pertama kali Julian membawa gua ke dekapannya. Di situ gua menambah jadi menangis.

Selang beberapa menit. Gua tertidur di pelukan hangat itu. Julian pun melepas pelukan itu dan membenari posisi gua yg nyaman. Ban mobil pun kembali berputar.




















Vote ya

Makasih🙏🏻

Cek👇🏻

MY IGNORANT KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang