Gua sekarang sdh ada di restoran. Restoran ini punya papanya Julian.
"Selamat siang tuan muda" sapa pelayan di sana dengan tersenyum."Tuan Julian ingin memesan apa?" Kata pelayan itu dan memberi lembaran menu makanan ringan atau berat, minuman, stek, dan roti/brownis.
"LO mau apa?" Tanya Julian.
"Gua mau tuna sirip biru dan minumnya hmmm serendipity chocolate" ucap gua.
"Gua Samain aja"
"Baiklah silahkan di tunggu pesanannya tuan" kata pelayan itu lalu pergi.
HENING!!!
"Gua takut" ucap gua untuk menghilangkan hening.
"Apa?" Tanya Julian yg melihat wajah gua panik.
"Kalo teman gua tau cerita kita gimana?"
"LO usahain" ujar Julian kembali menatap anak kecil yg sedang bermain di sana.
"Kalau satu sekolahan tau? Gimana? Fans-fans kakak pada Ngamuk ke gua" ucap gua sambil menggigit kuku.
"LO lupa?" Tanya Julian kembali melihat gua dengan tatapan bingung.
"Lupa? Apa?" Gua pun ikut bingung.
"LO yg punya sekolah itu"
"Ya terus? Apa hubungannya"
"Dan senang hati LO bisa ngeluarin siapapun yg LO mau" kata Julian kembali melihat anak kecil yg terus bermain sebari senyumannya.
"Iya juga y" "ngapain gua panik" gumam gua "eh tapi kita nikah cuman karena di jodohin kan bukan karna cinta?" Tanya gua ke Julian.
Degg...
Julian menoleh ke arah gua dengan datarnya
"Iya" satu kata yg menyakitkan di hati Julian. Julian kembali melihat anak kecil itu."Oh syukurlah" ucap gua sambil menghelus dada.
Julian Menlihat dari ujung matanya saat gua bernapas lega.
Tak lama kemudian pesanan pun datang.
Skip aja
Gua sama Julian selesai makan. Gua menghelus perut gua karena kenyang.
"(Sendawa) Alhamdullilah, upss" gua liat Julian menatap mata gua datar "hehee Sorry kelepasan, Yudah yuk pulang" gua pun tegak dari kursi. Anehnya gua liat Julian pergi begitu saja. Yaudah gua pergi ke kasir untuk bayar"Berapa semuanya mbak?" Mbak itu menoleh dan seketika tersenyum.
"Mbak yg dari keluarga Alyasa ya?" Tanya mbak kasir itu. Gua cuman ngangguk bingung
"Kenapa mbak?" Tanya gua mengerutkan dahi.
"Khusus keluarga Alyasa serta penyangkutannya di beri gratis" kata mbak kasir dengan tersenyum.
"Loh? Kok gitu?" Gua pun menggaruk leher yg tidak gatal.
"Ini utusan dari Tuan William"
"William? I-ini restoran punya om William?" Tanya gua dengan melongo.
"Iya" mbak kasir itu pun tersenyum lebar.
"O-ohh kalo gitu makasih mbak saya permisi" gua pun pergi dari situ menuju mobil.
Sesampai di mobil gua langsung menutup pintu mobil sedikit keras.
"Kenapa?" Tanya Julian tanpa melihat ke arah gua.
"Hiss kakak gk ngasih tau kalo restoran itu punya om William" gua pun bersedekap dengan memanyunkan bibir.
"Trs?" Tanya Julian tanpa mengkhawatirkan gua.