10 - Tersengat

46 12 0
                                    

" Denganmu hatiku telah menemukan ritme nya"

                               [Eza]

Author's POV

Koridor pagi ini terlihat sepi karena hanya ada satu siswa yang berani datang pukul 8. Eza. Siswa langganan bk yang udah buat semua guru bk diam aja liat kelakuan nya. Makanya Eza bisa dengan santai masuk gerbang padahal jam pelajaran sudah masuk jam pertama.
Di ujung koridor Eza bisa melihat seorang gadis yang kesusahan membawa buku bahkan sampai menutupi wajah cantiknya.

"Mau banget lo jadi babu" ujar Eza menatap sinis Sasa yang terlihat sangat kesusahan membawa semua buku buku itu.

"Babu pala lo peyang" ucap Sasa tak terima. Datang datang malah bilang dia babu bukannya bantuin.

"Terus ngapain lo mau bawak buku sebanyak itu? "

"Kan gue sekretaris kelas Za" ujar Sasa menahan beban buku tersebut.

"Sini gue aja yang bawa " Tawar Eza tidak tahan lagi melihat pujaan hati keberatan.

" Daritadi kek" sinis Sasa.

"Emang ketua kelas lo mana sih.  Ini kan tugas dia" ujar Eza sembari mereka pergi ke kelas Sasa.

"Gak sekolah"

"Wakilnya? "

"Rapat osis"

"Emang harus lo banget ya yang ambil buku sebanyak ini. Cowo kek" sungut Eza tak jemu jemu.

"Guru yang nyuruh. Bawel banget sih lo udah kaya anak cewe aja" sergah Sasa.

"Siapa gurunya? " ketus Eza.

" Pak Budi"

"Harus gue kasih pelajaran tuh" cicit Eza yang masih terdengar Sasa.

"Udah deh gausa main main sama pak Budi. Dia kejam nanti lo bisa dikeluarin dari sekolahan" jelas Sasa takut Eza berulah lagi.

"Kan ada bokap lo " senyum Eza.

" Itu namanya menyalahgunakan kekuasaan " tegas Sasa. Dia paling anti dengan orang yang sesuka hati menggunakan kekuasaannya untuk hal hal yang tidak penting.

" Baik ibu negara.  Saya janji ga gangguin pak Budi " hormat Eza yang malah membuat semua buku yang ada ditangannya berserakan di lantai.

Eza langsung menatap Sasa yang masih menatap lekat buku buku tersebut.

" Ezaaaaa " teria Sasa menggelegar.

" Maap maap gue beresin ini" cicit Eza merapikan semua buku buku yang terjatuh.

" Lo bukannya bantuin malah nambahin kerjaan gue aja" amuk Sasa memungut buku buku itu.

"Ya maap" ujar Eza bersalah. Niatnya membantu tapi malah menyusahkan.

Karena terburu buru mengambil semua buku yang ada di lantai. Sasa sampai tidak menyadari tangannya malah menggenggam tangan Eza. Sampai beberapa saat pandangan mereka beradu.  Satu kata yang Sasa rasakan saat ini. Tersengat. Entah rasa apa tapi Sasa merasa seperti tangannya tersengat oleh sesuatu sampai sampai ia tidak dapat mengerakkan nya.

Eza bahkan sudah mati kutu.  Menatap manik mata didepannya membuatnya terbius. Indah. Cukup lama mereka terdiam akhirnya Eza berdehem untuk menetralkan degup jantung nya.

"Ehem"

"Ehh"

"Kita kaya sinetron sinetron ya Ay" ujar Eza yang membuat sengatan yang Sasa rasakan tadi tiba tiba hilang.

"Modus lo" ujar Sasa mengelak.

"Tapi lo diam aja tuh" goda Eza.

"Ya kan karna gue tersengat" ujar Sasa ceplos.

"Mati gue keceplosan" cicit Sasa yang mungkin bisa didengar Eza.

"Tersengat cintaku yaa" ujar Eza bangga dan menaik turunkan alisnya.

"Tersengat keburikan lo" elak Sasa secepat mungkin.

"Ganteng gini dibilang burik " ucap Eza tersenyum maskulin.

" Ngaca dong makanya"

"Ga punya kaca"

"Pantesan"

"Tapi gue punya satu kaca yang paling indah " ucap Eza penuh keyakinan.

" Tadi bilangnya ga punya kaca,  sekarang bilang punya satu kaca. Apasih maksud lo" pasrah Sasa.

"Dengerin dulu makanya" ujar Eza.

"Iya gue dengerin"

"Bilang dong "

"Bilang apa? " tanya Sasa bingung.

"Kaca apa tuh, gitu" ujar Eza memperagakan gaya bicara Sasa.

"Kaca apa tuh " ucap Sasa tidak selera.

" Kaca yang ada di depan gue " seru Eza.

Sasa celingak celinguk melihat disekeliling nya apakah ada kaca disana.  Tapi dia tidak menemukan satupun kaca yang ada di dekat mereka.

" Disini mah ga ada kaca ogeb" seru Sasa.

"Ada" ujar Eza berbinar.

"Mana? " tanya Sasa semakin penasaran.

" Ini" ucap Eza menunjuk kedua mata Sasa.

"Haaa mata gue?" ujar Sasa masih loading.

"Iya mata lo. Kaca yang paling gue suka" ujar Eza mentap lekat kedua manik tersebut.

"Kok malah mata gue " tanya Sasa menunjuk kedua matanya.

" Karna mata lo indah" seru Eza.

"Kan mata gue ga bisa buat lo ngaca Za" tegas Sasa.

"Bisa"

"Masa?" remeh Sasa.

"Gue buktiin ya" ujar Eza yang semakin mendekat ke arah Sasa mengikis jarak diantara mereka.

Oksigen yang ada di dekat Sasa seakan enggan masuk kedalam paru paru nya. Molekul molekul yang ada di sekitar mereka seperti bekerja sama untuk mengikat mereka berdua.

"Liat gue bisa ngaca Ay" ujar Eza melihat lihat dirinya dimata Sasa.

"Serah lo deh " ucap nya kembali ke dunia nyatanya.

" Gak percaya sih lo dibilangin"

"Iya percaya gue"

"Gitu dong" ujar Eza puas karena dirinyalah yang menang.

"Kebanyakan ngomong deh lo. Bantuin gue cepet" ujar nya melirik arlojinya. 20 menit waktu Sasa terbuang sia sia hanya untuk menghadapi makhluk ajaib di depannya ini.

"Lo sih ngajak ngobrol mulu " ujar Eza tidak tau diri.

Sabar Sa sabar. Orang sabar disayang Tuhan batin sasa
.
.
.
.
.

Hayy hay hayy
Part ini isinya Eza Dulu ya guys
Soalnya Sam nya lagi ngilang

Tapi jangan lupa vote and comment nya🙏

LuvLuv

🍁🍁🍁

Tbc...

SasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang