Hari ini hari paling sial yang pernah Sasa alami,karena sekarang ini sudah jam 7.30 tepat dan ia sedang lari larian kaya film india tapi ga pake acara joged joged di pohon ya guys soalnya Sasa udah bener bener telat pake banget."Ini semua gara gara bg Vino, coba aja kalo ban mobil nya ga bocor tadi. Gue gabakal kaya sinetron lari larian begini" kesal nya sambil terus berlari karna jam di tangan nya terus menerus bergerak. Satu hal yang paling ia benci adalah kata telat.
Akhirnya dengan jerih payah yang luar biasa Sasa bisa sampai depan gerbang sekolah tepat waktu. Waktu telatnya.
"Please pakk jangan ditutup dulu napa gerbang nya " ujar Sasa memohon pada Pak Richard. Eitss jangan kira Pak Richard itu ada keturunan bule ya guys. Nama sih boleh bule tapi tampangnya aduhaiii Indonesian people banget pokoknya.
" Kamu sudah telat sekitar 15 menit 31 detik 42 seconds " tegas pak Richard. Oh iya pak Richard emang se detail itu guys kalo masalah itung itungan, kenapa ga sekalian jadi guru Mtk aja ya si bapak.
" Kan detik sama seconds sama aja pak" sengit Sasa .
"Ya terserah saya dong, yang satpam sini siapa coba? " tanya nya tak kalah sengit.
" Ih si bapak mah gitu, pake bawa bawa jabatan segala " ujar Sasa kagok. Sebenarnya dia juga bisa membawa bawa jabatan nya sebagai anak pemilik sekolah , hanya saja seperti yang pernah dia katakan kalau dia tidak suka menyalahgunakan kekuasaan hanya untuk hal hal yang tergolong sepele.
" Yauda deh pak saya ikhlas hormat bendera" pasrah Sasa pada akhirnya.
Sasa melangkah gontai menuju lapangan untuk segera menyelesaikan hukuman hormat bendera nya bersama siswa yang terlambat lainnya.
1 jam berlalu dan Sasa diperbolehkan masuk ke dalam kelasnya karna hukumannya sudah selesai. Dan yang paling ditakuti Sasa sebenarnya bukanlah hukuman hormat bendera, tapi guru yang mengajar dikelasnya hari ini. Yapss siapa lagi kalo bukan bu Tiwi guru terkiller sekaligus guru yang kalo ngajar bikin hujan lokal seketika."Se.. Selamat pagi buk" ujar Sasa sopan juga mengetuk pintu sangat pelan mungkin sangkin pelannya sampe ga kedengeran sama bu Tiwi.
"Kamu ini ya udah terlambat masuk kelas, ga ketuk pintu lagi" seru bu Tiwi dengan tatapan nya yang aduhai bikin ngilu. Tajem.
"Tadi udah saya ketuk bu, mungkin ibunya yang ga denger" ujar Sasa selembut biskuit selimut.
"Dibilangin malah ngeles kamu. Kamu diluar aja gausa masuk jam pelajaran saya sekarang " tegas bu Tiwi lalu menutup pintu kelas Sasa dengan kencang.
" Ee buset dah, ceritanya gue diusir nih? Pake ditutup segala lagi pintunya. Dikira gue pengemis kali ya, mau minta minta " kesal Sasa tak habis fikir sampe sampe pintu kelas nya ditutup segitu gamaunya ketemu Sasa.
" Mimpi apa gue semalam, hari ini kok sial banget ya" runtuk nya pada dirinya sendiri.
Karena bosan menunggu lama, Sasa akhirnya pergi ke kantin hanya untuk membeli air minum karena tadi lari larian trus panas panasan kerongkongan nya udah kering banget kaya gurun sahara. Untung ga ada onta yang lewat.
" Eh itu bukannya Sam ya? Kok dia berduaan gitu ya dikantin sama Tere? " cicitnya melihat Sam dan Tere yang sedang duduk berduaan dikantin. Serasa milik berdua dunia emang.
"Apa Sam deket ya sama Tere? " batinnya tidak karuan dengan berbagai pertanyaan di benaknya.
Tere itu anak ipa 3 yang kelasnya sebelahan sama Sasa. Dan gatau kenapa dekat juga sama Sam." Tau gini mending gue ga kekantin tadi" ujarnya kesal lalu melempar asal botol minumannya ke sembarang arah. Dan sialnya yang kena timpuk adalah bu Tiwi. Kenapa ya bu Tiwi itu muncul dimana mana.
"Aduh maaf bu saya ga sengaja" ujar Sasa melipat kedua tangannya minta ampun.
" Kamu ini punya dendam ya sama saya? " tanya bu Tiwi dengan hujan lokal nya yang bertebaran ke penjuru dunia. Tapi ini bukan saatnya untuk mempermasalahkan hujan lokal bu Tiwi.
" Engga bu saya ga punya dendam apapun sama ibu " ujar Sasa menundukkan kepalanya takut salah kata lagi.
" Trus ngapain kamu nimpuk kepala saya pake botol ini? " tanya nya lagi
" Tadi ga sengaja bu, saya ga liat ada ibu disitu. Sekali lagi saya minta maaf bu" ucap Sasa sudah memohon mohon agar diberi ampun oleh guru satu ini.
"Saya maafin kamu, tapi dengan satu syarat " ujar bu Tiwi dengan senyum smirk nya, entah apa yang merasukinya.
" Syarat nya apa bu? " tanya Sasa.
" Kamu harus pergi ke gudang dan ambil alat peraga untuk praktik Fisika nanti " ujar bu Tiwi.
" Bukannya ke lab fisika bu?" tanya Sasa memastikan. Karna setaunya alat praktik fisika ya di lab fisika. Di gudang mah adanya barang barang ga kepake sama tikus dan kawan kawannya.
"Kemaren saya pindahin ke gudang, udah jangan banyak tanya kamu. Laksanakan apa yang saya suruh " tegas bu Tiwi sepertinya tidak sabaran agar Sasa segera pergi dari hadapan nya.
" Baik bu, saya permisi dulu " ujar Sasa lalu pergi ke arah gudang sekolah yang terkenal angker.
" Ngapain coba alat praktik dipindahin ke gudang. Kan ada yang namanya lab fisika " ujar Sasa masih kurang yakin kalau ada alat praktik yang disimpan di gudang. Sesampainya di gudang yang sangat usang dan tergolong angker itu Sasa segera mencari cari alat praktik yang diminta bu Tiwi.
Saat akan membuka kain putih yang menutupi peralatan yang ada disana tiba tiba dia mendengar suara suara aneh dari arah belakang dan lampu yang tadinya hidup malah mati seketika.
"Si.. Si.. Siapa sih yang matiin lampunya hidupin napa, gue lagi nyari alat praktik fisika nih. Disuruh sama bu Tiwi " ujarnya berharap bahwa ada orang yang tidak sengaja mematikan lampunya.
" Aduh gelap banget lagi, oh iya senter hp " ujarnya merogoh kantung seragam dan mencari cari keberadaan sang ponsel pintar nya.
" Mampus hp gue pake acara ketinggalan lagi di kelas "
" Atau gue cari cari aja ya alat nya, abis itu gue langsung keluar dari sini" ujarnya mantap lalu mulai mencari alat praktik tersebut namun saat akan membuka kain putih yang menutupi alat itu seketika tubuh Sasa menegang.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Lalu semuanya menghitam.
Tbc..
See you next chapter
LuvLuv
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasa
RomanceAku mengharapkan dia yang tidak pernah mengharapkanku Aku mendambakan dia yang tidak pernah mendambakanku Aku bahkan menangisi dia yang tidak pernah menangisiku Aku mencintai dia yang tidak pernah mencintaiku dan juga Aku mendoakan dia yang tidak p...