Rahasia Sebuah Rasa

10.9K 918 108
                                    

Double up

👏👏👏👏

Ya author mau nyelesai masa SMA mereka biar lebih fokus ke permasalahan yang sesungguhnya 😂😂😂😂

Ini part terakhir masa SMA mereka. part berikutnya, entah kapan 😂😂😂😂 adalah tahun 2020 😂😂😂😂

Semoga sabar menanti

***

"Tidak heran. Melihat anaknya seperti ini, aku sudah bisa menebak orangtuanya seperti apa," ujar Wahyu yang memang tidak terpengaruh.

"Senja! 5 meter!" Teriak Sabar mengingatkan, disela-sela perdebatannya dengan sang istri.

Senja langsung menggeser duduknya sedikit menjauh dari Wahyu.

"Selamat siang," sapaan Raina menghentikan perdebatan antara Sabar dan Sabrina.

Refleks Sabar, Sabrina, Senja, dan Wahyu menoleh ke arah Raina. Raina tidak datang sendirian, melainkan bersama Akbar.

Sabar langsung menatap Akbar penuh selidik. "Siapa dia?"

Raina tersenyum. Senyuman yang selalu meluluhkan kemarahan Sabar. "Ini Akbar, teman Raina. Mulai hari ini Akbar akan menjadi siswa Raina. Akbar sering mendapat nilai yang kurang memuaskan. Karena itu Akbar meminta Raina untuk menjadi guru lesnya. Apakah boleh?"

"Ya, tentu saja. Ma, bawa Raina dan temannya ke ruang kerja papa. Mereka perlu privasi untuk belajar tanpa ada gangguan," ujar Sabar.

Sabrina tersenyum pada Akbar. "Mari."

Setelah sang Mama, Raina dan Akbar menghilang dari sekitar mereka, Senja sontak langsung berdiri. "Tidak adil! Kenapa papa tidak memarahi Raina seperti papa memarahi aku tadi."

"Karena papa tau seperti apa Raina. Dia anak yang pintar. Tau mana yang baik dan buruk. Tidak seperti kamu. Perkalian tiga kali tujuh saja kamu tidak hafal."

"Aku tau kok," ujar Senja membela diri.

"Coba berapa hasilnya?" Tanya sang ayah mengetes.

Senja berpikir, cukup lama untuk menghitung, karena Senja mulai menghitung dari tiga kali satu.

"Dasar payah," ujar Wahyu tidak percaya.

Wahyu lebih memilih menatap lukisan yang ada di dinding dari pada menyaksikan perdebatan tidak penting antara anak dan ayah. Lukisan itu membuat Wahyu penasaran. Terlihat seperti lukisan sebuah keluarga. Pasangan dewasa bersama dua gadis kecil berusia sepuluh tahun.

Dua gadis kecil dalam lukisan itu mirip Senja dan Raina. Tapi pasangan muda dalam lukisan itu tidak terlihat seperti pasangan yang berdebat tadi.

"Wahyu!" Panggilan Senja membuat fokus Wahyu teralihkan. Kini Wahyu menoleh ke arah Senja.

"Ayo belajar," ajak Senja

***

Beberapa bulan kemudian

Halaman sekolah kini ramai dengan siswa kelas 3 yang sedang bersorak gembira. Setelah menerima amplop kelulusan mereka berteriak suka cita, penuh kegembiraan.

Senja dan teman-temannya berpelukan penuh suka cita. Merasa terharu karena akhirnya mereka bisa lulus juga.

Sementara itu, Raina dan Wahyu saling berdiri berhadap-hadapan.

"Selamat." Raina mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Karena sudah memenangkan pertandingan ini."

Wahyu menjabat tangan Raina. "Semoga kamu tidak merasa begitu kecewa."

Senja di Batas Kota (You Make Me Pregnant 8)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang