Hello my lovely readers.
Untuk semua yang udah komen tengkiu ya 😂😂😂 kaget pas liat jumlah komentar untuk part Topeng Pemikat yg nyampe 200 lebih, mau author balas satu persatu sih, tapi yakin deh kuota bakalan nggak cukup 😂😂😂😂
Jadi author balas satu komentar untuk semuanya disini 😂😂😂😂Author udah baca semua komen kalian dan author senang responnya yang beragam 😂😂😂 selama para author nggak komen dengan membawa agama author nggak bakalan
Dan author punya saudara perempuan, tapi nggak kayak Raina sih. Justru sebaliknya. Kakak author itu baik banget, apalagi masalah keuangan. Kalau author nggak punya duit tu pasti kakak author ngasi 😂😂😂😂😂. Yah meskipun jaman masih kecil & sama2 gadis kalau berantem kita sering jambak-jambakan biasalah ya, sodara 😂😂😂 . Tapi kita nggak pernah berantem lagi semenjak si kakak nikah dan punya anak.
Karena ibu kita udah meninggal, dan mertua kakak juga udah meninggal, jadi author yang bantuin kakak ngurus anaknya dari baru lahir nyampe sebelum nikah kemaren. Jadi ponakan udah berasa anak 😂😂
Meskipun author bakalan punya anak sendiri, rasa sayang author sama ponakan author itu nggak akan berkurang kok.
Eh jadi curcol lagi ya. Sorry 😂😂😂
Terakhir saat bikin Story author berpikir keras biar alur Story author nggak ketebak dan bikin kaget readers 😂😂😂. Sebagai penulis author sengaja menjebak pembaca dulu biar dihati readers tertanam sebuah rasa 😂😂 setelah rasa itu mendalam maka akan author bikin readers greget dengan alur yang melenceng dari harapan 😂😂 itu semua agar readers nggak merasa bosan. Biasanya pembaca mudah bosan sama sebuah Story yang udah ketebak endingnya 😂😂.
Jadi meskipun readers kesel dengan Story author kali ini, tapi author ingin memberikan persembahan yang terbaik untuk semua readers agar readers terus merasakan banyak rasa hingga ending 😂😂
***
Tahun 2009
Jam menunjukkan pukul empat lewat sepuluh menit. Dua orang pria masih mengenakan seragam SMA berjalan bersama melewati kompleks perumahan. Dua pria itu tidak lain adalah Wahyu dan Akbar yang baru saja pulang dari rumah Sabar.
Suasana sore yang menyejukkan begitu sesuai dengan keheningan yang terjadi antara Wahyu dan Akbar saat itu.
"Apa kamu tidak merasa aneh dengan keadaan kita berdua saat ini?" Akbar membuka suara agar tidak terus berjalan dalam kesunyian.
Wahyu tersenyum tipis. "Lumayan."
Akbar terkekeh. "Semoga saja tidak ada yang menganggap kita ini pasangan homo."
Wahyu hanya diam dengan komentar itu.
"Setelah kita lulus kamu akan melanjutkan kemana?" Tanya Wahyu tiba-tiba.
"Mungkin berkuliah di universitas atau perguruan tinggi yang mau menerimaku," ujar Akbar tersenyum geli mengingat nilainya yang standar-standar saja.
"Ada rencana untuk berkuliah ke luar negeri?"
Akbar tertawa mendengar pertanyaan Wahyu. "Aku bukan kamu, Yu. Jangankan sekolah ke luar negeri. Bisa berkuliah saja aku sudah bersyukur."
Wahyu mengangguk. "Bisa aku meminta bantuan?"
Pertanyaan Wahyu memuat Akbar makin kaget. "Bantuan? Bantuan seperti apa?"
"Saat aku pergi nanti, tolong jaga Senja." Hanya sebuah kalimat yang Wahyu ucapkan. Tapi kalimat itu sudah cukup untuk membuat Akbar mengambil sebuah kesimpulan.
"Kamu..., menyukai Senja?" Tebak Akbar memastikan pemikirannya. Tapi Wahyu hanya diam. Hingga mereka tiba di halte Wahyu juga tidak menjawab.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Batas Kota (You Make Me Pregnant 8)
Romance2 garis merah 2 garis merah di tespack Gadis itu menatap tegang pada 2 garis merah yang terlihat di tespack Panik, gelisah, takut, sedih, semua rasa yang menakutkan bercampur baur dihari gadis itu. Semua rasa itu seharusnya tidak perlu ia rasakan ji...