Yang Aku Mau

8.3K 726 14
                                    

Lama ya author up storynya

Kenapa?

Nggak ada masalah sih
Cuma author lagi nggak mood dalam tulis menulis 🤣🤣🤣🤣 maklum ya bumil mood nya suka aneh tapi nyata.

Kemarin sempat bilang mau off dulu sama story ini, tapi kasian buat readers yang udah nungguin 🤣🤣🤣

Jadi author paksain nulis, jadi kalau aneh storynya harap makluk ya 🤣🤣🤣🤣

Untuk penjelasan singkat banyak pertanyaan di part2 sebelumnya jawabannya

Iya Salim yang kakaknya Sita. Cuma yang dicium Samudera itu Ikhsan ya 🤣🤣🤣🤣 jangan tanya gimana kisah percintaan Wahyu dan Salim 🤣🤣🤣

***

Senja dan Akbar duduk di kursi teras rumah, melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat tertunda.

"Maaf ya jika papa menghajar kamu hingga babak belur," ujar Senja merasa bersalah, mengamati kondisi wajah Akbar yang nampak bersih tanpa luka.

Akbar mengerutkan kening bingung. "Kapan papa kamu menghajar aku sampai babak belur?"

"Kata Rustom dua hari yang lalu papa menghajar kamu sampai babak belur," ujar Senja ikut bingung.

Akbar tertawa. "Sepertinya Rustom membohongimu. Aku baru bertemu papamu dan keluargamu hari ini."

"Jadi papa tidak pernah menghajar kamu?" Tanya Senja memastikan. Akbar menggeleng.

"Lalu kenapa kamu tidak mengajar dikampus selama dua hari?" Tanya Senja penasaran.

"Aku dan ibu sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk melamarmu, karena itu aku ijin mengajar selama dua hari ini. Tapi kenapa kamu bisa tau kalau aku ijin mengajar dua hari ini?" Tanya Akbar penasaran.

"Aku mendatangi kampus tempat kamu mengajar," jawab Senja jujur.

"Karena kebohongan Rustom itu?" Tanya Akbar sambil terkekeh geli. "Kamu begitu mengkhawatirkan aku ya."

Senja tertawa kecil, menyadari kalau dirinya begitu mudah ditipu. "Sepertinya Rustom dan ibu di komplek rumah kamu juga bekerja sama dalam membohongi aku."

"Kamu juga mendatangi rumahku?" Tanya Akbar takjub.

Senja mengangguk. "Untuk memastikan kamu baik-baik saja."

"Terima kasih, Sen. Maaf saat ini aku belum bisa melengkapi semua seserahan yang harusnya aku lakukan. Aku dan ibuku hanya tinggal berdua tanpa keluarga lain, jadi tidak ada yang bisa membantu kami lagi selain kami sendiri," ujar Akbar.

Senja tersenyum. "Kualitas seorang wanita bukan ditentukan dari jumlah mahar dan seserahan, tapi dari kepribadiannya. Aku bukan tipe wanita yang menginginkan mas kawin ratusan juta rupiah, aku adalah wanita yang menginginkan cinta yang tidak terhingga."

Akbar tertawa. "Kamu bukan wanita penganut paham memangnya kenyang cuma hidup dengan makan cinta?"

Senja ikut tertawa. "Aku wanita seperti itu. Karena itu aku memilihmu. Kamu punya pekerjaan dan gaji tetap, jadi apa yang harus aku takutkan?"

Akbar tersenyum senang, meraih jemari Senja, menggenggamnya lembut. Akbar menatap Senja begitu lembut. "Terima kasih sudah mau mempercayakan hati dan hidupmu padaku, dan terima kasih juga sudah menerima aku dengan segala kekuranganku."

***

2 bulan yang lalu

Senja sedang berbaring santai di sopa ketika Rustom datang. Rustom langsung menghampiri Senja dengan tatapan heran.

"Tumben klinik kamu hari ini tutup? Sudah sepi pelanggan?" Tanya Rustom sambil duduk di kursi yang ada di samping sopa tempat Senja berbaring.

"Kurang enak badan hari ini, Rus. Pinggang aku terasa sakit, mungkin encok faktor U, atau mungkin mau datang bulan ya? Biasanya sih tanda-tanda datang bulan aku itu seperti ini, tapi nggak sesakit ini juga sih," jelas Senja lesu.

Rustom mengamati keadaan Senja. "Iya sih, kamu kelihatan agak pucat dan lesu begitu."

"Kalau malam-malam suka mual begitu sih, Rus. Apalagi tengah malam kalau tiba-tiba kebangun. Jangan-jangan aku kena malaria lagi," ujar Senja merasa cemas.

"Nggak terlalu masalah sih kalau kamu kena malaria, yang jadi masalah itu kalau ternyata kamu hamil," ujar Rustom membuat Senja tersentak kaget. Hal itu membuat Senja sontak berdiri, tapi yang terjadi ngilu dipunggungnya makin terasa.

"Aduh," ujar Senja sambil meringis.

"Mau aku periksa?" Tanya Rustom membuat Senja terdiam sejenak.

"Masa iya sih, Rus, aku hamil?" Tanya Senja mulai merasa cemas memikirkan kemungkinan terburuk itu.

"Bisa-bisa aja sih, Sen. Kan kamu udah lepas segel sama si A," ujar Rustom sengaja hanya menyebutkan inisial nama Akbar, padahal jika Rustom menyebut nama Akbar langsung pun tidak masalah, karena kini mereka tengah berada di klinik milik Senja.

"Tapi kan itu nggak sengaja, Rus. Mungkin juga cuma sekali," ujar Senja masih berusaha menyangkal kemungkinan dirinya hamil.

"Nggak sengaja kalau keluarnya didalam ya bisa saja, Sen. Lagian kamu yakin cuma sekali? Kalian kan dalam pengaruh obat saat itu. Jadi kemungkinan bisa lebih dari sekali," ujar Rustom menjelaskan.

Senja makin merasa cemas, bukannya ia tidak mau hamil. Hanya saja dirinya tidak ingin hamil sebelum menikah. Karena jika dirinya hamil sebelum menikah, kedua orangtuanya pasti kecewa, dan Senja tidak tega mengecewakan hati kedua orangtuanya.

"Tenang, Sen. Jika kamu hamil, aku bersedia bertanggung jawab kok," ujar Rustom berusaha menenangkan pikiran dan hati Senja.

"Akbar juga mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu padaku karena kejadian itu," jelas Senja. "Tapi aku tidak tega jika dia harus menikahiku hanya karena terpaksa begitu."

Rustom beranjak dari tempat duduknya, beralih duduk ke samping Senja. "Kita periksa kondisi kamu dulu. Kita harus memastikan apakah kamu hamil atau tidak. Jika kamu hamil kita harus mencari tau apakah Akbar memiliki perasaan padamu. Jika dia tidak memiliki perasaan itu, aku yang akan menikahimu. Kamu tidak perlu merasa terbebani karena aku yang mengambil tanggung jawab itu. Kita ini sahabat. Kamu tau semua sifat baik dan burukku. Jadi aku tidak masalah jika harus menikah denganmu. Dan jika ternyata kamu tidak hamil kita harus merayakan hal itu."

Senja tersenyum haru. "Terima kasih, Rus. Kamu memang sahabat yang terbaik."

Rustom ikut tersenyum. "Sekarang mari kita periksa kondisi kamu. Aku ini dokter kandungan, jadi percaya dengan kemampuanku."

Senja terkekeh. "Memangnya kamu membawa alat kedokteranmu?"

Rustom menggeleng. "Semuanya aku tinggal di rumah sakit. Tapi kita bisa membeli testpack di apotik terdekat."

"Bisa kamu membelikannya untukku?" Tanya Senja penuh harap.

Kini giliran Rustom yang terkekeh. "Baiklah."

Satu jam kemudian.

"Bagaimana?" Tanya Rustom penasaran.

Senja menunjukan testpack yang ia pegang ke arah Rustom. Rustom mengamati dua garis merah di testpack itu dengan tatapan kaget. "Astaga! Aku akan menjadi seorang paman."

Senja tertunduk lesu. Kini hal yang ia takutkan terjadi. Senja merasa menjadi anak yang paling tidak berguna karena telah mengecewakan hati kedua orangtuanya.

Rustom menghampiri Senja, menepuk pundak Senja dengan lembut, membuat Senja kembali menatap Rustom. "Aku akan menyelidiki semua latar helakang Akbar untukmu. Untuk memastikan dia pria yang tepat untuk menjadi pasanganmu."

Senja tersenyum, merasa beruntung memiliki seorang sahabat seperti Rustom. Senja selalu menceritakan semua permasalahannya pada Rustom, termasuk kejadian penjebakan yang dilakukan Raina. Meskipun Rustom laki-laki, tapi Senja seolah merasa Rustom seperti kakak perempuan baginya. Orang yang menyimpan semua rahasianya, mendukung dan membantunya keluar dari semua permasalahan.

Tbc

Nah itu dia cerita rahasia Senja yang sebenarnya hamil juga 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

Senja di Batas Kota (You Make Me Pregnant 8)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang