Permulaan

8.8K 876 57
                                    

Horeeee akhirnya cerita tentang masa dewasa mereka, bukan masa lalu lagi. jadi kalaupun ada cerita masa lalu nyempil dikit, harap maklum ya, anggap aja flashback 😂😂😂😂😂

Masih pada bingung siapa pemeran utama?

Senja

Pemeran utamanya Senja.

Raina itu cuma pemeran kedua 😂😂😂😂😂 second female lah istilahnya 😂😂😂

Kayak drama descendant of the sun gitu. Ada lead female dan second female (benar gak sih bahasanya ini 😂😂😂😂😂)

Terus siapa yang hamil? Raina atau Senja? 😂😂😂😂😂😂

YMMP ada Story dimana pemeran utamanya hamil. tapi ada juga pernah yang kejadian ternyata bukan pemeran utamanya yang hamil kan? Jadi tebak aja semampu kalian, author belum mau ngasi bocoran, biar aja readers pada penasaran 😂😂😂😂😂

***
Tahun 2020

Sabrina meletakan sepiring ayam goreng di atas meja, melengkapi beberapa menu makanan yang sudah terlebih dahulu berada di atas meja. Sabrina menatap puas pada menu masakannya pagi ini. Menu masakan dengan tema empat sehat lima sempurna.
Sabar sudah duduk di kursi, siap menikmati hidangan paginya.

"Kok masih sepi?" Tanya Sabar heran, melirik jam tangannya sejenak. Pukul tujuh pagi.

"Senja! Raina! Sarapan sudah siap!" Teriak Sabrina membuat sang suami kaget.

"Ma, papa kan sudah tua, jadi Mama bisa kan memanggil mereka makan dengan cara yang lebih lembut?" Tanya Sabar berusaha sabar seperti namanya.

Sang istri tersenyum. "Itu tadi sudah cara terlembut Mama."
Sabar hanya bisa menghela nafas, jengkel.

Dua orang gadis keluar secara bersamaan dari kamar mereka masing-masing. Dua orang gadis dengan penampilan yang jauh berbeda. Gadis yang pertama muncul dengan penampilan layaknya model terkenal. Rambut yang sedikit bergelombang dengan make up wajah yang begitu sempurna, membuatnya terlihat bagaikan seorang ratu. Baju lengan panjang yang ketat seolah sengaja mempertontonkan lekuk tubuhnya yang begitu indah. Rok mini yang juga terkesan sengaja memamerkan kaki panjang, mulus dan putihnya.

Sabrina tersenyum lebar. "My princess."

Berbanding terbalik dengan sang istri, Sabat justru hanya bisa menghela nafas, merasa makin kesal dengan penampilan sang putri yang terkesan mengumbar aurat kemana-mana. "Harusnya aku memasukannya ke pesantren, bukan sekolah modeling."

Sementara gadis yang satunya terlihat mengenakan make up juga, tapi tidak setebal gadis yang tadi. Gadis yang ini lebih sedikit tertutup dalam segi berpakaian, tapi pakaiannya tetap bermerk. Gadis ini hanya mengenakan blouse tanpa lengan dan celana jeans. Terlihat simple dan sederhana.

Kedua gadis itu duduk di kursi mereka masing-masing.

"Morning, Pa, Ma," sapa si gadis dengan penampilan yang begitu seksi.

"Apa kamu sudah tidak punya uang untuk membeli pakaian lagi? Jika memang seperti itu katakan saja. Papa akan memberikan kamu uang untuk membeli pakaian," ujar Sabar yang sudah tidak sabar lagi mengomentari penampilan sang anak.

"Kenapa? Ada yang salah dengan pakaian yang Raina kenakan sekarang?" Bukannya si anak yang berbicara, melainkan sang ibu.

"Tidak salah, hanya terlihat terlalu seksi," ujar Sabar.

Raina terkekeh. "Please, Pa. Seorang model memang harus selalu berpenampilan seperti ini."

Sabrina mengangguk. "Papa seperti tidak tau seperti apa trend pakaian jaman sekarang."

Sabar berdecak kesal, merasa kalah jika harus berdebat melawan dua orang. Sabar menoleh ke arah Senja yang penampilannya lebih santai dibanding Raina. Berharap Senja berada dikubunya. Tapi seolah tidak perduli dengan perdebatan yang ada, Senja malah asik menyantap makanannya.

"Senja, jangan makan terlalu banyak, lihat pipi kamu sudah membengkak," tegur sang ibu.

Tapi si ayah tidak setuju dengan pendapat sang istri. "Makan saja yang banyak Senja, jangan mau terlihat kurus kering seperti Raina."

Sontak Sabrina dan Raina tertawa atas perkataan Sabar.

"Papa, ini bukan kurus kering, tapi seksi," ujar Raina merasa begitu bangga dengan penampilannya.

Sabar menghela nafas, jengkel. "Siapa yang menyangka jika kepribadian mereka akan berubah seperti ini."

Tahun 2010

Sabar menatap bangga pada dua putrinya yang sudah lulus dari SMA. Raina lulus dengan nilai yang membanggakan, dan Senja lulus dengan nilai yang cukup baik.

"Jadi, apa kalian sudah memutuskan kemana kalian akan melanjutkan pendidikan?" Tanya Sabar sambil menatap Raina penuh harap.

Dalam angan-angan Sabar, ia mengharapkan sang putri, Raina, menjadi seorang dokter.

"Aku ingin melanjutkan ke sekolah modeling," ujar Raina membuat Sabar dan Sabrina ternganga kaget.

"Se-sekolah modeling?" Tanya Sabar memastikan, tidak percaya akan pendengarannya saat itu.

Raina mengangguk mantap. Senja sendiri hanya bisa menatap sang saudara dengan tatapan heran. Ia pikir dengan kepintaran dan keseharian Raina, saudaranya itu akan memutuskan untuk menjadi seorang dokter.

"Bukan dokter?" Tanya Sabar tidak percaya.

Lagi-lagi Raina mengangguk, terlihat begitu mantap.

"Kenapa?" Tanya Sabar terlihat putus asa. Harapannya untuk melihat seorang Raina menjadi dokter, pupus sudah.

"Aku ingin menunjukan pada dunia bahwa kecantikan dan kepintaran selalu disukai semua orang." Jawaban Raina membuat Sabrina bertepuk tangan.

Sabrina langsung memeluk Raina. "Akhirnya kedua putriku berpihak padaku."

Sabrina langsung menoleh ke arah Senja. "Kamu pasti ingin sekolah modeling juga kan, sayang."

"Aku ingin menjadi dokter," jawab Senja santai.

Sontak Sabar, Sabrina dan Raina menatap tidak percaya ke arah Senja.

"Dokter?" Tanya ketiga orang itu hampir bersamaan.

Senja mengangguk, terlihat begitu yakin seperti Raina tadi.

"Tapi bagaimana bisa kamu ingin menjadi seorang dokter, nilai kamu saja pas-pasan, Senja," ujar Sabar tidak habis pikir.

Sabar memang menginginkan anaknya menjadi dokter, tapi itu untuk Raina, bukan Senja.

"Aku ingin menjadi dokter, dokter hewan," ujar Senja begitu yakin.

"Kenapa kamu ingin menjadi dokter? Dokter hewan lagi?" Tanya Raina tidak habis pikir.

Senja berpikir sejenak. "Seseorang pernah mengatakan kalau aku terlihat cocok menjadi dokter hewan."

"Seseorang? Siapa orang tidak waras yang memberikan saran mustahil seperti itu?" Tanya Sabar jengkel.

"Pasti Wahyu," guman Raina masih kesal akan penolakan Wahyu saat kelulusan.

"Kenapa dia menyarankan hal tidak jelas seperti itu?" Tanya Raina penasaran.

"Karena aku seorang penyayang binatang," jawab Senja sambil tersenyum.

Tbc

Senja di Batas Kota (You Make Me Pregnant 8)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang