Beda Selera

20.4K 1K 34
                                    

Tahun 2009

SMA Bina Binaan

2 orang gadis tengah berjalan menuju kelas mereka, melewati siswa-siswi lain yang tengah asik berkumpul di koridor sekolah.

"Raina!" Sebuah panggilan yang tidak begitu keras, tapi cukup untuk membuat kedua gadis itu menoleh.

Raina dan Senja, si kembar yang tidak serupa.

Pria yang memanggil Raina tadi berjalan santai menghampiri kedua gadis itu, menghentikan langkahnya dengan jarak setengah meter dari kedua gadis itu.

"Ini jurnal yang kamu minta kemarin," pria berkulit gelap itu menyodorkan sebuah buku tebal ke arah Raina.

Raina mengambil buku itu sambil tersenyum tipis. Senyuman yang terkesan dipaksakan, hanya untuk basa basi.

"Thanks," jawab Raina singkat. Pria itu tersenyum.

Raina membalikkan tubuhnya, kembali melangkah. Senja mengikuti langkah Raina dengan rasa penasaran yang begitu tinggi. "Pacar kamu ya, Rai?"

Raina mendengus pelan, terkesan sinis. "Siapa? Cowok tadi?"

Senja mengangguk.

"Kamu tau kan pria seperti apa yang aku inginkan?"

Senja lagi-lagi mengangguk. "Pria sempurna."

"Tepat!"

Senja menoleh sejenak ke arah pria yang tadi memberi Raina jurnal. Pria itu masih berdiri di tempat tadi, memandang mereka dengan tatapan sayu.

"Memangnya dia belum sempurna?" Tanya Senja heran.

"Masih jauh," jawab Raina santai.

"Loh kenapa? Apa karena dia hitam?" Tebak Senja.

"Itu salah satunya, tapi hal yang paling penting dia sama sekali tidak pintar."

Senja tersenyum geli, tidak habis pikir dengan jalan pikiran Raina.

"Kenapa?" Tanya Raina heran.

"Kamu tau, biasanya seseorang akan menikah dengan orang yang jauh dari imajinasinya." Senja tersenyum usil, seolah sengaja menggodanya Raina dengan perkataannya.

"Senja!" Raina memukul bahu Senja menggunakan buku jurnal yang ia pegang, membuat Senja sampai terhuyung menabrak seseorang yang berada di sampingnya.

Tubuh pria itu menabrak dinding karena dorongan Senja. Sementara Raina hanya bisa kaget melihat kejadian itu.

Pria yang Senja tabrak langsung mendorong tubuh Senja dengan kasar, sehingga Senja jatuh terduduk.

"Aduh!" Pekik Senja saat merasakan pantatnya sakit karena menghantam lantai.
Senja menoleh ke arah pria itu dengan kesal.

"Lain kali kalau jalan hati-hati!" Ujar pria itu dengan suara yang sedikit membentak dan tatapan dingin.

Sadar kalau dirinya salah, meskipun tidak sepenuhnya salah karena penyebab semuanya adalah Raina.

"Ma-" belum juga kata maaf selesai Senja ucapkan, pria itu sudah berlalu pergi.

Senja menganga tidak percaya melihat tingkah pria itu yang terkesan tidak sopan dimatanya.

"Jika kamu ingin tau pria seperti apa yang aku inginkan, jawabannya adalah pria itu," ujar Rania sambil menatap pria yang baru saja pergi dengan tatapan mata yang berbinar-binar.

"Heh?" Tanya Senja terkesan tidak terima, ikut menatap pria tadi.

Memang jika dilihat dari warna kulit, pria tadi memiliki warna kulit yang cukup putih, bahkan memang lebih putih dari Senja sendiri. Kalau masalah wajah, Senja tadi tidak sempat melihat secara lebih mendalam.

"Dia tampan ya?" Tebak Senja sambil berdiri.

"Dan juga pintar," jawab Raina bangga.

"Berarti bukan jodohku," ujar Senja santai.

Raina langsung menoleh ke arah Senja dengan jengkel. "Senja!"

Raina berniat menimpuk Senja lagi dengan jurnal tebal yang ia pegang. Sayang karena sudah belajar dari pengalaman, Senja langsung berlari pergi.

***

15 siswa-siswi terpilih dari 15 kelas, kelas X hingga kelas XII, baik IPA maupun IPS, duduk bersama di sebuah ruangan. Ruangan yang dikhususkan untuk siswa-siswa pintar.

Seorang guru memasuki ruangan itu dengan langkah yang anggun. Berdiri dihadapan ke lima belas siswanya dengan penuh wibawa.

"Selamat sore," sapa guru itu dengan suara halusnya.

"Sore!" Jawab ke lima belas siswa itu kompak.

"Seperti yang ibu katakan kemarin, hari ini ibu akan memberikan kalian sebuah tugas. Tema tugas ini yaitu tidak ada yang tidak mungkin," jelas Bu Melda.

"Banyak orang menganggap matematika itu sulit, dan orang yang menganggap matematika sulit adalah orang yang malas untuk berusaha. Jadi, tugas yang ibu berikan untuk kalian hari ini yaitu membuat orang yang tidak suka pada matematika menjadi bisa matematika," jelas Bu Melda.

Beberapa siswa saling berpandangan, dan beberapa siswa tersenyum seolah menggap hal itu mudah, dan sisanya masih memperhatikan Bu Melda.

"Ibu ingin kalian mengajar siswa yang mendapat peringkat terendah di kelas kalian selama 1 bulan, setelah 1 bulan itu ibu akan mengetes siswa yang kalian ajar, apakah sudah ada perubahan atau tidak."

"1 bulan Bu? Apa itu mungkin?" Tanya salah seorang siswa.

Bu Melda tersenyum, menatap siswa tersebut dengan tatapan menantang. "Kenapa? Takut."

Siswa tersebut terdiam, antara ragu dan merasa tertantang.

"Jika berhasil, apa yang bisa ibu berikan?" Tanya seorang siswa yang duduk di paling pojok belakang.

Raina langsung menoleh karena merasa mengenali suara itu. Suara pria yang menurutnya sempurna. Raina tersenyum tipis, merasa makin kagum pada pria itu.

"Beasiswa ke Universitas terbaik di dunia," jawab Bu Melda santai.

Sontak, semua siswa yang ada di sana langsung merasa bersemangat. Bertekad untuk bisa mendapatkan beasiswa itu.

"Tapi hanya akan ada satu siswa yang mendapatkan beasiswa itu, siswa yang terbaik, yang berhasil menjalankannya tugas ini dengan nilai yang baik," ujar Bu Melda lagi.

Seketika suasana ruangan kelas itu berubah menjadi tegang karena adanya rasa persaingan yang mulai muncul antara mereka.

Raina masih menatap pria tadi. "Jika kamu berhasil mengalahkan ku, aku pasti akan menjadikan kamu suamiku."

"Oh iya, pastikan orang yang kalian ajar tidak tau dengan tugas kalian ini, jika mereka tau artinya kalian gagal dan langsung gugur dari tugas ini," jelas Bu Melda tegas.

Tbc

Ini baru kisah masa lalu 😂😂😂😂

Senja di Batas Kota (You Make Me Pregnant 8)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang