38| With Ji Ae!

5K 394 187
                                    

ANNYEONGGGG!!
Hehehe💜

SELAMAT MEMBACA
• • • •

Menjadi seorang mahasiswi sekaligus ibu muda memang sangat menyulitkan bagi Aera. Jika biasanya Jimin yang akan mengajak Ji Ae bermain saat Aera sedang dipusingkan dengan tugas kuliah yang semakin berat dan menumpuk. Kali ini dia harus menjalankan dua tugasnya sekaligus, mengurus Ji Ae serta menyelesaikan tugas-tugas semester enamnya.

"Ji Ae duduk di sini dulu ya. Tidak boleh ribut dan tidak boleh kemana-mana sebelum susunya habis. Janji?"

Ji Ae mengangguk dan tersenyum kegirangan sambil menggigit karet dotnya.

Aera sengaja meletakkan Ji Ae pada baby walker stroller agar Ji Ae bisa berpindah tempat dengan mudah.

"Eomma harus menyelesaikan tugas ini dulu ya. Tidak apa-apa, kan?"

Tidak ada jawaban dari Ji Ae, dia hanya melihat Aera sambil menyesap dengan penuh semangat dotnya.

"Nanti appa akan menelpon Ji Ae."

Kali ini Ji Ae mengalihkan pandangannya pada gambar di dotnya. Dia tidak menaruh minat sama sekali dengan pernyataan ibunya.

Aera mengerti keadaannya, memang selama setahun ditinggal oleh sang ayah, Ji Ae seolah tidak terlalu mengenal apa itu ayah, apa itu tugas seorang ayah dan siapa ayahnya.

Ternyata, janji Jimin untuk menelpon mereka setiap malam cukup sulit untuk ditepati setelah sudah turun lapangan. Itu juga yang menjadi alasan mengapa Ji Ae tidak terlalu mengenal Jimin, dia bahkan suka tidak peduli setiap kali melihat ayahnya muncul di ponsel, dia tetap sibuk dengan urusannya sendiri.

Setelah mengurus segala macam tugas yang memusingkan, Aera pun menyelesaikan tugas rumahnya yang memakan waktu sekitar dua jam. Hingga akhirnya, tepat pukul delapan lewat lima menit dia bisa merasakan empuknya kasur setelah seharian ini memakan sedikit tenaganya.

Biasanya diwaktu seperti ini Aera selalu menaruh ponsel tepat di sampingnya, barangkali ada panggilan masuk dari Jimin. Jadi Aera tetap siaga setiap malam.

"Ji Ae sudah mengantuk ya?" tanya Aera yang sedari tadi menepuk-nepuk bokong kecil sang bayi. Lalu Ji Ae menggeleng cepat.

"Eomma.."

"Eoh?"

Ji Ae yang tengah tengkurap pun membalikkan badannya. Ada senyum yang mengembang di tengah mulut kecil yang sibuk menyesap karet dot.

"Mistey Duck.."

"Eoh?!"

Tidak lama setelah Ji Ae berkata mister duck, telepon berbunyi. Layarnya menampilkan nama yang sedari tadi sudah diharapkan.

"Mister duck menelpon!" sahutnya kepada Ji Ae.

Lalu Aera mengangkatnya dengan senyum mengembang. Sungguh rindu rasanya! Ingin berteriak kepada Jimin mengapa tidak menghubunginya selama seminggu, padahal biasanya tidak pernah selama itu. Namun untung saja kenyataan menyadarkan Aera bahwa sang suami tidak bisa seenak jidat meluangkan waktu tersibuknya untuk selalu menghubungi keluarga kecilnya.

Pertama kali yang menyambut Aera bukanlah suara lembut dari Jimin, melainkan sebuah senyum hangat yang sangat ia rindukan. Melihat senyum itu membuat Aera mematung, dalam hatinya memberi sugesti agar dia tidak menangis manja di depan Jimin.

HITCH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang