Annyeong Yeorobunnn!
Semoga lancar-lancar aja ya puasa dan ibadah kalian yang menjalani:))
Akhirnya update JiRa lagi:')
Singkat-singkat ajaa ya, biar seruw!
Btw, aku kangen komentar kalian🥺Oke, tarik napas sebelum baca!
Selamat membaca
• • • •Wanita bersurai sepinggang yang dicat cokelat gelap ini berjalan ke arah pintu utama, dia hendak menyambut seseorang yang sedang menekan bel rumahnya. Paras menawannya lantas menciptakan seulas senyum saat sudah membuka pintunya, dia tersenyum kepada seorang kurir yang sedang menyodorkan setangkai mawar merah.
"Terimakasih ya," ucap pemilik apartement yang sedang menggenggam mawar merah itu.
Setelah kurir pergi, dia kembali menutup pintu dan berjalan menuju ruang tamu. Senyumnya semakin mengembang hanya karena menatap setangkai mawar merah. Baginya, ini sangatlah bermakna. Walau tanpa secarik surat dari si pujaan hati, namun dia tahu, lelakinya sangat merindukan dirinya. Mawar yang dikirim setiap minggu ini, cukup menjadi bukti terkuat, bahwa rindu lelakinya semakin menggunung.
"Eonnie? Apakah itu dari penggemarmu?"
Langkahnya membeku, dia menatap sumber suara yang memberikan pertanyaan untuknya, masih dalam keadaan tersenyum.
"Hm.. tidak," jawabnya sangat bahagia. "Kau harus tau, Aera. Aku sedang berhubungan dengan seseorang," imbuh si wanita sembari melanjutkan kembali langkahnya menuju nakas, tepatnya sedang mendekati vas bunga berisi banyak mawar merah pemberian pujaan hatinya.
"Dia manis sekali. Setiap minggu selalu memberikan ini." Lalu dia membiarkan setangkai mawar digenggamannya untuk bergabung dengan yang lain.
Aera hanya mengangguk samar, senyumnya ikut mengembang. Jauh di relung hatinya, dia bersyukur karena Eun Mi sudah mulai memperlihatkan kemajuan dirinya untuk melupakan Jimin.
"Aera, bagaimana kabar Jimin? Apakah baik-baik saja?"
"Eoh?" Entah kenapa, mendadak Aera merasa jantungnya sedang dikejutkan. Padahal pertanyaan itu lolos dengan mudahnya dari mulut Eun Mi, seolah hanya pertanyaan ringan yang tidak terlalu penting. Bisa dibilang, hanya basa-basi. Bahkan saat ini Eun Mi sudah duduk di hadapannya, wanita itu menyilangkan kakinya, tidak kaku sama sekali menungggu jawaban Aera.
"Hah, baik. Iya, baik," jawab Aera, setelah membenarkan posisinya dari rasa terkejutnya.
Eun Mi lantas menghembus napas lega. "Syukurlah. Kau juga harus sehat, Ji Ae juga. Kalian harus menunggu kepulangan Jimin dengan baik."
"Ah, eonnie! Sebenarnya.." ucap Aera tiba-tiba teringat sesuatu, namun di sisi lain merasa tidak enak untuk melanjutkan ucapannya.
"Ada apa, Aera?"
"Hm, sebenarnya.. Jimin oppa tidak tahu apapun. Pertemuan kita yang sering terjadi ini- Jimin oppa tidak tahu."
Eun Mi yang masih bersila, perlahan mengangguk, lalu sedikit terkekeh. "Aku tidak masalah. Tapi sepertinya, ini menjadi beban untukmu ya? Maksudku, pertemuan kita."
Aera lantas menggeleng. "Ah, tidak.. tidak. Bukan begitu maksudnya."
"Aku tidak suka pertemanan yang canggung, Aera-ssi. Jika kau merasa menjadi seorang pengumpat, maka sebaiknya, katakan saja kepada Jimin bahwa kita sering bertemu. Tapi kalau menurutmu, jujur akan memperkeruh suasana, sebaiknya ceritakan kepada Jimin secara langsung. Jangan via telefon."
KAMU SEDANG MEMBACA
HITCH ✔️
Fanfiction♡TOLONG DIFOLLOW SEBELUM MEMBACA:)♡ RATE : MATURE [CERITA SUDAH TAMAT] [DALAM TAHAP REVISI] "Menyerahlah sekarang, karena aku tidak akan pernah melepaskanmu jika malam ini kau tidak memutuskan pergi dariku." -Park Jimin "Tidak! Aku tidak akan menye...