50| Jungo and Ji Ae's Secret

3.8K 384 103
                                    

Memperjuangkan seseorang itu memang membutuhkan tenaga, kesabaran, ketabahan, serta sifat lapang dada. Karena apa yang kita perjuangkan belum tentu sejalan dengan garis tangan yang telah ditentukan.

Tentu itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi untuk seseorang yang selalu diperjuangkan, bukan memperjuangkan. Sama halnya seperti Jimin yang biasanya selalu menjadi sosok yang diperjuangkan oleh Eun Mi dan Aera. Namun kini, Jimin harus merasakan bagaimana jatuh bangun memperjuangkan Aera, harta paling berharga di dalam hidupnya.

"Haa paman Jungo! Airnya jorok!"

Dari bingkai jendela, Jimin dapat melihat bagaimana Ji Ae tersenyum riang bermain hujan bersama Jungkook. Bukannya Jimin tidak melarangnya, dia sudah hampir meledak karena Ji Ae dan Jungkook tidak menyerah merengek ingin bermain hujan. Pada akhirnya Jimin memang kembali kalah jikah sudah berdebat dengan Ji Ae dan Jungkook.

"Paman Jungo, sepertinya Ji Ae memang bersaudara dengan duck. Kata appa, duck sangat suka hujan. Ji Ae juga begitu," celetuk Ji Ae dengan polos.

Jungkook lantas terkekeh. "Ji Ae kenapa sangat terobsesi dengan duck?" tanya Jungkook penasaran.

Namun Ji Ae tidak menjawab, dia hanya menatap Jungkook dengan sedikit menyipit menahan rintik. Jungkook pun memiringkan kepalanya. "Kenapa tidak dijawab?"

"Bicara paman Jungo susah sekali. Ji Ae tidak mengerti tebobesi itu apa." Ji Ae pun menunduk sedih. "Ji Ae sedih saat bicara dengan orang dewasa karena suka tidak mengerti apa yang dibicarakan."

Jungkook diam-diam menahan gelaknya. "Terobsesi itu seperti Ji Ae sangat menyukainya. Kenapa Ji Ae sangat menyukai duck?"

Ji Ae yang sedih kembali menatap Jungkook dengan wajah kesal. "Ya ampun paman ini! Kalau bisa bicara yang mudah kenapa memakai tebobesi? Ji Ae kan jadi pusing," celetuknya.

Lagi lagi Jungkook terkekeh atas ulah Ji Ae. Sungguh, Jungkook merasakan dirinya yang semakin awet muda karena berteman dengan buntalan kecil yang lucu ini.

"Ji Ae suka duck karena dia seperti appa." Ji Ae mulai menjelaskan dengan wajah polosnya.

Jungkook tidak lagi menahan tawanya, dia bahkan menyembur air hujan yang melekat di bibirnya tatkala membayangkan Jimin dan bebek secara bersamaan. Dia menyengir hingga terlihat gigi kelinci yang menjadi wajahnya semakin manis.

"Paman Jungo kenapa tertawa?!" Ji Ae menatap ketus sekaligus kebingungan.

"Tidak ada.. Hanya saja Ji Ae sangat lucu," ucap Jungkook.

"Ji Ae sudah tahu kalau Ji Ae memang lucu. Tapi saat ini Ji Ae sudah sangat lapar."

"Ji Ae-yaa!! Jungkook-ah!! Cepat masu! Kook, hangatkan dirimu dengan memakan jjigae!"

Lantas kedua bayi yang masih duduk manis di kursi taman saling menatap dengan mata yang membesar penuh binar seolah laparnya langsung diobati dengan jjigae.

"Menurut paman Jungo, apakah Ji Ae juga mendapatkannya?" tanya Ji Ae bertanya soal pembagian jjigae.

"Sepertinya hanya untuk paman. Ji Ae kan masih kecil. Tapi paman akan memberikan sedikit untuk Ji Ae. Kita harus bekerjasama agar appa tidak tahu." Jungo menenangkan Ji Ae agar tidak bersedih hati.

Lantas si kecil mengacungkan jari kelingkingnya dengan senyum penuh harap."Janji?"

Dengan begitu Jungkook mengaitkan jari kelingkingnya. "Janji.."

Namun sayangnya, janji yang masih basah di atas kursi taman bersama air hujan itu seolah tidak memiliki arti karena Ji Ae sudah tertidur sebelum makan malam di mulai. Tampak dari wajah Ji Ae, gadis cilik itu sangat tertidur pulas setelah berendam di air hangat. Ji Ae juga sempat menyedih susu cokelat hangat yang mungkin saja membuat perutnya menjadi kenyang dan mengantuk.

HITCH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang