Dua Puluh Tujuh - Sabar

370 26 0
                                    

Tingkat kesabaran setiap orang itu berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tingkat kesabaran setiap orang itu berbeda. Tapi, ketika sudah mulai lelah, mungkin pergi adalah cara terbaik. Tapi aku, lebih banyak mempunyai alasan untuk bertahan ketimbang meninggalkan.
-
-
-

Dua minggu setelah kejadian Nadya pingsan, semuanya masih berjalan mulus, seperti biasanya. Meskipun Revan masih dengan sikap yang sama, tidak membuat Nadya sedikit pun mengurangi rasa sayangnya. Sepertinya Nadya sudah mulai terbiasa dan kebal akan hal itu.

Ketahuilah, Nadya tak peduli akan hal itu. Nadya akan memaklumi semuanya, membiarkan Revan melakukan apapun sesuka hatinya. Yang terpenting baginya hanya satu, Revan tidak kembali mengulangi kata yang Nadya anggap menyakitkan seperti waktu itu. Dan Revan tidak lagi meminta Nadya untuk mengakhiri hubungannya lagi.

Gadis mungil itu baru saja kembali ke kelasnya setelah menghadap wali kelasnya untuk mengumpulkan lembaran kertas dari kelasnya. Minggu depan akan ada karya wisata ke Jogja untuk kelas XI, baik IPA maupun IPS semuanya diwajibkan untuk ikut.

Jadi Nadya tidak mempunyai alasan untuk tidak ikut daripada harus mengerjakan makalah seorang diri.

"Enak ya tahun ini karya wisatanya ke Jogja." Ujar Liana.

"Iya, gue kangen suasana Jogja. Terakhir kesana juga tahun lalu." Sahut Safira.

"Jadi gak sabar pengen cepet ke Jogja. Stok foto gue abis soalnya."

"Stok foto lo sama Indra kan maksudnya?" Tanya Safira memperjelas.

Liana memamerkan sederet gigi putihnya, "smart girl."

"Otak lo gak jauh-jauh dari sana soalnya." Cibir Safira.

Liana mendekati Safira, merangkul bahu dengan tampang santai tak ada dosa. "Gue tau lo iri."

"Dih," balas Safira dengan lirikan matanya yang begitu tajam.

"Eh Nad, gue lihat kemarin lo kaya keliatan akrab gitu sih sama Alana di perpus?" Tanya Vini.

"Alana?" Liana menatap ke arah Nadya, "lo temenan sama Alana?"

Nadya mengangguk, "gue belum cerita sama kalian. Pas gue di UKS waktu itu, gak sengaja ketemu Alana yang juga masuk UKS. Dia minta maaf sama gue, dan gue rasa masalah itu udah berlalu juga. Jadi gak ada salahnya kan kalau gue temenan sama Alana."

"Iyasih, terus Revan tau?"

"Tau kok, karena mereka sempet ketemu. Ya, keadaannya sih canggung tapi ya udahlah ya Revan juga gak suka kan bahas masa lalu."

"Ya udah, yang penting lo baik-baik sama semua, dan hubungan lo pun juga gitu." Ucap Vini.

"Gue harapnya akan selalu gitu." Balas Nadya. "Oh iya, nanti kita bakal satu bis sama anak IPA 4 ya." Beritahu Nadya.

"Lo gak ajuin buat satu bis sama IPS 1, Nad?" Tanya Liana.

Nadya menggeleng, "buat apa?"

"Gimana sih? Gue pikir lo sepemikiran sama gue!" Seru Liana, "makanya gue suruh lo yang kumpulin tuh lembaran karena ekspetasi gue lo bakal ngajuin ke wali kelas kalau kita satu bis sama IPS 1."

Revanadya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang