Nadya tidak menyukai Revan, teman sekelasnya. Revan yang cuek, ketus, dan sok cool. Tapi dibalik itu semua, diam-diam Nadya menyimpan rasa penasaran siapa sosok Revan sebenarnya. Rasa penasaran itu yang perlahan membuatnya jadi tau sisi lain dari se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sikap kamu itu seperti musim yang suka berubah-ubah. Kadang dingin, kadang hangat. Terkadang malah menyebalkan, tapi tetap saja bikin aku semakin sayang.
- - -
Dua hari menjelang ulangtahun Nadya, Vini uring-uringan terus dan terus menerus menanyakan persiapan Revan untuk pesta kejutan. Vini geram dengan sikap Revan yang masih saja diam, dan jika sudah seperti ini mau tidak mau dia juga yang harus turun tangan. Karena menunggu Revan juga tak akan pernah bergerak sebelum mendapat pancingan dari Vini.
Menjelang sore, Vini bergegas pergi ke rumah Revan. Libur sekolah seperti ini tak sulit menemukannya, sudah pasti akan berdiam di rumah dengan gitarnya atau gamenya. Tak jauh-jauh dari itu, pasti futsal bersama teman-temannya.
"Revan mana kak?" Tanya Vini langsung saat melihat Rana sedang asyik berkebun di depan rumah.
"Di kamar," jawabnya dengan masih sibuk merapikan tanaman milik bundanya. "Tumben banget lo kesini, pasti ada something about Nadya kan?" Tebaknya.
Vini mengangguk, "Nadya itu mau sweet seventeen, eh pacarnya masih tenang aja gak ada persiapan apapun buat ngasih kejutan. Gak peka banget emang adik lo itu." Cerocos Vini dengan raut wajah yang kesal.
"I know," jawab Rana santai, tangannya masih sibuk bermain gunting di tanaman bundanya. "Gak kaget juga gue sama sikap Revan."
Sebenarnya Rana sudah lelah mendengar keluh kesah Vini tentang hubungan Revan dan Nadya. Hanya saja dia ingin tau sejauh mana hubungan mereka sampai membuat Nadya mati-matian bertahan dengan sikap Revan yang suka tak jelas dan sulit ditebak.
"Ya udah sana ke kamar. Kalau perlu lo ambil panci ke dapur getok kepalanya." Suruh Rana.
"Oke, dengan senang hati." Sahut Vini tanpa pikir panjang.
Vini segera masuk ke rumah, tapi tangannya buru-buru di tangan Rana dan langkah kakinya seketika berhenti.
"Lo beneran mau ambil panci?"
"Enggak lah, gue masih punya hati." Setelah itu Rana benar-benar membiarkan Vini pergi dan melakukan apapun yang gadis itu mau.
Vini naik ke lantai dua dan berjalan ke kamar paling pojok. Dengan tergesa-gesa dia langsung membuka pintu dengan kasar dan membantingnya ke dinding.
Cowok yang dia cari sedang duduk manis di jendela kamarnya ditemani dengan suara petikan dari gitarnya.
"Bagus ya!" Seru Vini.
Revan tersentak kaget dan langsung mengalihkan pandangannya ke pintu kamar. Ada Vini yang sedang berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.
Revan segera berdiri dan meletakkan gitarnya di sembarang tempat. Setelah itu dia pindah tempat duduk di kasurnya.