Dua Puluh Sembilan - Jogja, I'm In Love (1)

350 24 4
                                    

Bahagiaku yang menciptakan kamu, begitu juga dengan sedihku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahagiaku yang menciptakan kamu, begitu juga dengan sedihku. Karena aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri jika itu sudah menyangkut tentang kamu.

-
-

-

Yogyakarta, hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Pagi buta seperti ini Nadya sudah bersiap diri untuk pergi ke sekolah. Padahal jam masih menunjukkan pukul lima pagi lebih sedikit, tapi gadis itu sudah terlihat rapi dengan koper kecilnya yang dia letakkan di samping meja makan.

"Morning kak Karin." Sapa Nadya.

"Morning." Karin menatap adik semata wayangnya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Oh waw, udah rapi aja mau kemana?"

"Hari ini aku ada karya wisata ke Jogja kak."

"Berapa hari?"

"Dua, minggu udah balik lagi ke Jakarta."

"Oh, okay. Emang busnya berangkat jam berapa kok udah siap jam segini?"

"Jam tujuh sih, cuma aku harus ke sekolah sekarang kak. Mau ketemu Revan dulu."

Ya, tadi malam Nadya mengirim pesan ke Revan. Mengajaknya bertemu sebelum pergi ke Jogja. Dan Revan menyetujui permintaan Nadya.

Nadya mengajak Revan bertemu di danau belakang sekolah pukul enam pagi.

"Harus sekarang?"

Nadya mengangguk, "ayo kak antar aku." Pinta Nadya.

"Oke. Kak Karin mandi di kantor aja." Putusnya. "Kamu tunggu di mobil, kak Karin ambil baju ganti sama dokumen dulu ya." Perintahnya.

Jangan lama-lama."

Nadya mengambil dua buah apel dan menyimpannya di tas. Setelah itu dia menarik kopernya dan berjalan menuju mobil Karin. Mengikuti perintah Karin yang menyuruhnya menunggu di mobil.

*****

Mobil Karin sudah tiba di parkiran sekolah Nadya. Setelah berpamitan, Nadya turun dan mengambil kopernya yang ada di jok belakang.

Keadaan sekolahnya masih sepi, mungkin karena masih terlalu pagi makanya belum ada yang datang.

Bus sekolah saja belum dibuka pintunya, sudah dipastikan belum ada yang masuk untuk mengisi bangku-bangku yang kosong.

Narik menarik kopernya dan berjalan ke danau belakang. Terlihat masih ada sisa kabut dan udaranya lumayan dingin untuk dirasakan di pagi hari.

Untung saja Nadya sudah persiapan bawa jaket, karena sebelumnya dia ingin menyimpannya di dalam koper. Tapi mengingat tubuhnya yang mungil tidak kuat menahan dingin, apalagi AC bus bisa membuatnya pusing jadi lebih baik untuk mengenakan jaket daripada sakit dan merepotkan orang lain.

Revanadya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang