Lima Puluh Lima - Persahabatan

288 26 5
                                    

Seketika rasa sakit yang ku alami hilang dengan hadirnya kalian disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seketika rasa sakit yang ku alami hilang dengan hadirnya kalian disini. Terima kasih sudah mau bertahan menjadi sahabat terbaik dengan keadaanku yang sudah berbeda.

-
-
-

Sudah dua minggu lebih Revan menghabiskan waktunya di rumah sakit untuk proses pemulihan. Meskipun keadaannya sudah jauh lebih membaik, tapi kenyataan dia tidak bisa berjalan harus tetap diterima. Dan kondisi Revan saat ini mengharuskan dirinya untuk duduk di kursi roda.

Pernah beberapa kali Revan melakukan fisioterapi, tapi keadaannya belum ada yang berubah. Ditambah lagi kondisi Revan saat itu belumlah pulih total.

Tapi hari ini, hari yang sangat dinantikan oleh Revan dan semuanya. Cowok itu sudah diperbolehkan untuk menghirup udara luar dan pulang ke rumah. Selain itu juga Rian juga sudah membuatkan jadwal untuknya melakukan fisioterapi.

"Gue salut sama lo, Van. Lo benar-benar optimis untuk sembuh." Ucap Fabian antusias.

"Makasih semuanya, berkat kalian juga." Jawab Revan.

"Itulah gunanya sohib bray, gak kayak para cewek itu banyak drama." Sahut Dani sambil melirik ke arah Safira.

"Pala lo drama!" Safira gak segan menoyor kepala Dani. "Lo gak bersyukur banget sih jadi orang. Lo lupa? Kalau gak ada Nadya, tiap pagi lo bakal cari makan sendiri. Masih untung Nadya mau bawain sarapan buat kalian, terutama lo!" Tunjuk Safira tepat kedua mata Dani.

"Nadya kan? Bukan elo juga. Lihat noh si Nadya aja gak sewot, ngapain lo yang sewot?" Balas Dani.

"Salah satu pertunjukan yang kayak gini kan yang bikin lo kangen?" Bisik Indra pada Revan dan hanya di balas dengan senyuman saja.

"Kalian berdua bisa gak jangan ribut? Ini rumah sakit, kasian Revan bisa sakit kepala liat kelakuan lo berdua." Tegur Vini.

"Tau nih, jadian aja sudah kalian berdua." Tambah Alvin, dia sudah gemas melihat kelakuan dua orang di depannya itu.

Dani dan Safira saling menatap dengan tatapan sinis satu sama lain.

"Gue ambil kursi roda aja deh." Indra berjalan untuk mengambil kursi roda yang di letakkan tak jauh dari ranjang Revan.

"By the way, bunga-bunga disini mau lo apain, Nad? Disimpan di rumah Revan?" Tanya Liana.

"Hmm.. Buang aja gapapa udah pada layu juga kok." Jawab Nadya. Lalu tangannya bergerak mengambil tulip merah muda yang sempat dia bawa tadi. "Ini masih baru jangan dibuang."

"Van, si Nadya sekarang jadi tukang jualan bunga loh. Liat aja kamar ini penuh dengan berbagai macam bunga." Goda Fabian.

"Nadya florist keliling namanya, senang kan lo, Van?" Tanya Vini.

Revan hanya tersenyum menahan malu.

"Kalau senang ya ngomong dong, Van. Gak usah malu-malu gitu." Fabian masih terus menggodanya.

Revanadya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang