Tujuh Belas - Minta Maaf

410 22 5
                                    

Sebuah pengakuan itu bisa membuat keadaan semakin lebih baik atau justru malah semakin memperburuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah pengakuan itu bisa membuat keadaan semakin lebih baik atau justru malah semakin memperburuk. Tergantung dari diri kita bagaimana cara menyikapi pengakuan yang kita terima dari orang lain.
-
-
-

Pulang dengan membawa piala kemenangan menjadi suatu kebanggaan tersendiri untuk tim futsal, terutama SMA Garuda. Revan dan tim kembali berhasil memenangkan turnamen futsal itu.

Selesai turnamen futsal, Revan memilih untuk pulang. Dia tidak ikut makan malam untuk merayakan kemenangan tim mereka. Tubuhnya sudah sangat lelah, ingin segera sampai rumah untuk mandi dan istirahat.

Revan memasukkan motornya ke garasi, setelah itu dia masuk ke rumah. Betapa bingungnya Revan sangat mendapati dua perempuan yang sangat dihati-hati untuk tidak bertemu, sekarang malah duduk berdua di sofa dengan gelak tawa yang begitu pecah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam adik Revan," sahut Rana dengan sok manis.

Revan berjalan mendekati dua perempuan yang kini tengah menatapnya. "Ngapain lo ada disini?" Tanya Revan, tak biasanya Vini ada di rumahnya kalau tidak ada sesuatu yang penting.

"Lo juga tau gue kesini kalau pas penting doang." Jawab Vini. Benar dugaan Revan, pasti ada sesuatu hal penting yang ingin Vini sampaikan kepadanya.

Revan duduk di sofa kosong depan Vini, sebelumnya dia melirik ke arah Rana. Memberikan kode kepada kakaknya untuk masuk dan meninggalkan mereka berdua untuk mengobrol.

"Harus nih gue gak ikutan sama kalian?" Tanya Rana, dia sedang mencoba bernegoisasi.

"Masalah sekolah, gak penting juga ikutan. Sana masuk aja." Suruh Revan.

"Bentaran aja deh ya." Tawar Rana.

"Kak," tegur Revan dengan raut wajah yang serius.

Rana mendesis pelan, lalu dia berdiri dari tempat duduknya. "Giliran ada maunya aja lo panggil gue begitu." Cibir Rana sambil berlalu pergi.

Revan menatap Rana yang sepertinya sudah tak menampakkan diri. Dia memastikan supaya Rana tidak menguping ataupun ikut campur dalam masalahnya.

"Jadi lo ada perlu apa?" Tanya Revan sambil kembali menatap ke arah Vini.

Vini berdehem pelan, "lo udah liat OA Line kita?" Tanya Vini sebelumnya.

Sudah pasti Revan menggeleng, bagaimana bisa dia membuka OA Line? Dari siang sampai malam seperti ini saja dia hanya disibukkan oleh kompetisi. Bagaimana bisa sempat membuka OA Line dan mencari tau apa yang terjadi? Pesan Alana saja belum Revan baca sampai sekarang.

Revanadya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang