Nadya tidak menyukai Revan, teman sekelasnya. Revan yang cuek, ketus, dan sok cool. Tapi dibalik itu semua, diam-diam Nadya menyimpan rasa penasaran siapa sosok Revan sebenarnya. Rasa penasaran itu yang perlahan membuatnya jadi tau sisi lain dari se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tingkat kesabaran seseorang itu ada batasnya. Tapi entah kenapa buat kamu kesabaranku akan selalu ada. Kalaupun lelah, aku lebih memilih diam hanya karena aku gak mau berpisah. - - -
Tidak ada hubungan yang akan selalu berjalan mulus. Pasti akan selalu ada lika-liku yang harus dilewati. Tinggal bagaimana sepasang kekasih itu bisa melewatinya secara bersamaan.
Seperti halnya Nadya, gadis itu hampir kehilangan Revan kembali. Tapi karena kegigihannya untuk mencoba bertahan, akhirnya Nadya tidak tidak lagi kehilangan Revan.
Bagi Nadya, semenjak hadirnya Revan dalam hidupnya semua jelas terasa berbeda. Nadya bisa merasakan bagaimana indahnya punya kekasih di masa putih abu-abu. Walaupun terkadang Nadya merasa arti dari kata "pacaran" itu sendiri hanya sebagai status saja.
Tapi dari sini Nadya setiap hari jadi belajar yang namanya arti dari sebuah kesabaran, dan benar kesabarannya memang sedang diuji. Untung sayang, kalau tidak, siapa juga yang akan mau bertahan seperti Nadya seperti saat ini.
Pagi ini kelas Nadya sedang olahraga, dan materinya adalah lari. Nadya paling membenci materi ini. Napasnya selalu tak kuat, diibaratkan seperti Senin bertemu Kamis.
"Nad, lo gapapa?" Tanya Vini. Gadis itu melihat perubahan wajah Nadya yang mulai pucat.
Nadya memelankan larinya, sebentar dia mengusap keringatnya yang mulai bercucuran. "Ah enggak. Gue kan suka gini kalau lari." Jawabnya sambil sesekali mengatur napasnya yang terlihat ngos-ngosan.
Vini mencoba mengimbangi Nadya, melihat gadis itu yang sepertinya sudah tak ada semangat untuk melanjutkan larinya. "Istirahat dulu sih Nad. Coba jalan aja gak usah di paksa lari." Pinta Vini.
"Nanggung sih Vin. Bentar lagi juga kelar."
"Nad, liat ada Revan tuh di lapangan sebelah sama tim futsal." Beritahu Liana yang tiba-tiba berbalik badan ke arahnya dengan langkahnya yang mundur.
Nadya menoleh ke lapangan sebelah. Memang benar ada Revan yang sepertinya sedang berdiskusi dengan tim futsal lainnya. Sepertinya sebentar lagi akan kembali ada turnamen futsal, membuat Revan tak akan punya waktu lebih untuk Nadya.
Memang sebelumnya gimana? Bukankah Revan selalu tak punya waktu untuk Nadya?
"Denger-denger ada yang udah baikan nih." Sindir Liana.
Nadya mengembangkan senyumnya, hasrat untuknya berbicara tidak ada. Tiba-tiba saja Nadya merasa kepalanya berat dan berputar. Nadya mencoba mengatur napasnya supaya lebih stabil.
Semakin dirasa semakin berat dan berputar hebat di kepalanya. Sampai tiba-tiba.....
Bruggg...
"Astaga! Nadya." Seru Safira yang mendapati Nadya pingsan di depannya.
Semua langsung mendekat, mengerumuni Nadya yang sudah tergelak lemas dengan wajah yang semakin memucat.