Sangat indah rasanya jika sang waktu lupa berdetik. Itu membuat hidupku bersamamu jauh lebih lama lagi.
-
-
-Nadya berpikir materi menggambar akan berakhir di kelas X kemarin, tapi memang benar seperti itu. Dan dia dipertemukan kembali dengan materi itu di kelas XII, tapi dengan tingkatan lebih tinggi, yaitu melukis. Bagaimana caranya? Menggambar saja Nadya harus menghabiskan satu buku gambar, apalagi melukis? Berapa kain putih yang harus Nadya sediakan untuk melukis nantinya? Sungguh menyebalkan ini semua untuk Nadya. Kenapa pelajaran kesenian harus ada di bangku SMA?
Nadya hanya menangkupkan kedua tangannya di atas meja, mendengarkan materi dari guru yang sedang mengajarnya. Lagi-lagi dia harus bertemu Pak Son di kelas XII. Sangat membosankan! Kalau bisa memilih, dia ingin pindah ke materi lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan gambar, warna, apapun itu yang berhubungan dengan melukis.
"Sumpah, ini bakal lebih parah dari materi yang pernah pak Son kasih dulu di kelas X." Bisik Nadya ke Vini.
"Gue rasa kali ini kita bakal dapat nilai 5 deh. Dan menurut gue itu sudah jadi nilai terbaik yang pernah kita dapetin pakai tangan kita sendiri." Balas Vini sambil berbisik.
"Mana batik lukis lagi yang disuruh buat. Kalau gambar matahari doang pakai awan sama gunung gue jagonya. Fix gue cuma bisa ngandelin Revan doang."
"Lo berdua bisik-bisik apa sih? Kedengeran tau dari belakang." Tegur Safira.
Nadya dan Vini menoleh ke belakang, menatap tajam ke arah Safira sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir.
"Jangan berisik." Vini balas menegur, sebelum dia kembali mendengarkan guru itu.
"Jadi seperti yang saya jelaskan tadi, kumpulkan tugas kalian setelah ujian tengah semester nanti. Kalian bisa mengambil contoh dari google atau kalau kalian punya inspirasi sendiri untuk melukis batik, ya silahkan kalian terapkan. Itu jauh lebih baik." Sela guru itu sebentar, "oh iya, untuk melukis batik ini kalian gak perlu pakai canting, lilin malam, dan bahan-bahan lain yang biasa digunakan para pelukis batik. Kalian cukup menggunakan cat air saja. Ini masih proses belajar juga untuk kalian."
"Jangankan canting dan kawan-kawan, pakai cat air aja belum tentu bisa." Gerutu Nadya.
"Dari sini ada pertanyaan?"
Liana mengangkat tangan, "pak, saya mau tanya. Setelah materi melukis ini apa kita juga ada materi membuat arca?" Tanya Liana yang bermaksud bercanda.
"Ada, nanti khusus buat kamu ya. Bikin 1000 arca. Nanti saya buatkan ruangan khusus untuk meletakkan arca-arca buatan kamu." Jawab Pak Son.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revanadya [Completed]
Novela JuvenilNadya tidak menyukai Revan, teman sekelasnya. Revan yang cuek, ketus, dan sok cool. Tapi dibalik itu semua, diam-diam Nadya menyimpan rasa penasaran siapa sosok Revan sebenarnya. Rasa penasaran itu yang perlahan membuatnya jadi tau sisi lain dari se...