Empat Puluh Empat - Rasa Yang Lain

303 20 9
                                    

Cara menutup luka adalah dengan cara membuka hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cara menutup luka adalah dengan cara membuka hati. Meskipun sulit tapi kalau tak dicoba, semuanya akan tetap seperti itu. Terus membiarkan hati dalam kesepian justru akan membuat kita semakin terlarut dalam kesedihan.

-
-
-

Semua siswa kelas XII sedang sibuk mempersiapkan Ujian Nasional yang akan berlangsung dua bulan lagi. Nadya dan ketiga temannya sedang berada di perpustakaan. Mengulas kembali materi-materi yang sudah mereka dapatkan. Setiap hari Senin sampai Kamis mereka juga mendapatkan kelas tambahan, membuat kepala terasa pening dan akan meledak sewaktu-waktu.

Buku-buku paket yang bisa terbilang sangat tebal, sudah ada di depan mereka semua. Capek rasanya, tapi mau bagaimana. Nasib mereka sebagai siswa SMA selama tiga tahun akan dipertaruhkan dalam Ujian Nasional nanti yang akan berlangsung selama empat hari.

"Semakin ngelihat rumus, mata gue semakin menyipit. Makin lama tulisannya makin kecil." Keluh Safira.

"Sama," sahut Liana, "tulisannya kek kebalik-balik gitu."

"Otak lo itu yang kebalik." Cibir Vini.

Nadya menutup buku paketnya, lalu menggesernya sedikit ke sebelah kanan. "Gue mau liburan." Pintanya.

"Nad, ujian aja belum. Udah minta liburan." Kesal Safira.

Nadya mendengus kesal, "otak gue lagi kepikiran liburan soalnya." Jawabnya dengan polos.

Safira mendesis pelan mendengar jawaban dari Nadya, "liburan sama Bagas sana, sekalian resmikan hubungan kalian yang gak jelas." Suruh Safira dengan tegas.

"Bener!" Sahut Liana cepat, "udah hampir lulus masih aja gak dikasih kepastian."

Kepala Nadya kembali pening mendengar suara teman-temannya yang sudah mulai memojokkannya kembali. Heran, sepertinya mereka ada di pihak Bagas dan memilih untuk menyerang Nadya.

"Tukar posisi yuk!" Ajak Nadya dengan nada jengkel.

"Ogah, kisah cinta lo ribet. Sinetron aja kalah." Tolak Liana.

Vini ikut menutup buku paketnya, konsentrasinya mulai buyar mendengar perdebatan kecil dari teman-temannya. "Lo maunya gimana Nad? Tarik ulur perasaan orang terus deh." Tanya Vini.

"Ngapain lo nanya? Lo mau laporan sama Revan kalau gue belum bisa move on?"

Vini menggeleng, "itu hak lo kalau emang belum bisa move on dari Revan. Lagian tanpa gue laporan pun juga Revan tau gilanya lo sama dia gimana." Cibir Vini, "gue cuma kasihan aja sama Bagas."

"Kepala gue udah pening karena mau ujian, jadi tolong jangan nambahin beban pikiran gue ya?" Pinta Nadya.

"Beban pikiran lo ada itu ya karena lo sendiri yang buat, Nadya!" Sahut Safira gemas.

Revanadya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang