pengganti mentari
Untuk menyinari hari ku kini.
Seperti pelangi
Menghiasi setelah kesedihan kini
-abigail-Kamu seperti kopi
Membuat ku ketagihan
Padahal hanya
Melihat senyuman mu
-tama-Setelah Bu sarinkan ditegur langsung oleh kepala sekolah. Membuatnya malu sekaligus bersalah kepada Abi. Ia terlalu tidak suka jika muridnya tertidur dikelas.
Jam pulang sudah beberapa menit lalu. Tama berjalan ke UKS untuk menjenguk Abi. Abi pingsan lumayan lama, saat sadar pun belum bisa duduk karena pusing amat sakit yang Abi rasakan.
"Abi, gue anterin pulang ya?" tanya tama Abi masih duduk di Banjar UKS wajahnya masih pucat, infus ditangannya baru saja dilepas. "Gue engga pulang ke rumah tam. Gue kabur dari rumah"ungkap Abi.
"Ya udah gue tetep anterin Lo, dimana pun Lo tinggal sekarang" Tama memang selalu ingin didekat Abi. Walaupun ia tau Abi tidak menginginkan itu.
"Tempat tinggal gue jauh, ntar Lo kalo bolak-balik kejauhan. Sampe rumah Lo malem" Abi tetaplah Abi tidak mau dikasihani. "Hp gue masih di elo kan?" Lanjut Abi.
"Iya, gue bawa nih.. dari kemarin hp lo bunyi terus ada panggilan masuk, tapi engga gue angkat" Tama memberikan hape Abi yang ia simpan kepada Abi.
"Bagus deh, gue lagi nenangin diri. Kalo pun lo angkat telpon itu, Lo yang kena sembur dan gue yang kena hukum" abi memeriksa siapa saja yang mencarinya.
Ternyata ibunya menelpon tapi hanya tiga kali, Padahal bibi yang hanya sekedar asisten rumah tangga saja menelponnya sampai berpuluh-puluh.
"Lo ga perlu nganterin gue balik, sebentar lagi kakak angkat gue jemput" Abigail yang tadinya duduk di bankar UKS kini mulai turun dari bankar dan memakai sepatu.
"Lo tinggal dimana sekarang?" Tama masih ragu untuk membiarkan Abigail menunggu sendiri. Tama yang memang tingkat ke kepoannya tinggi semakin penasaran.
"Pondok pesantren Al Huda" Abigail kiri mulai berjalan menuju pintu UKS badannya masih lemas dan sedikit pusing. Membuatnya kesusahan untuk melangkah berat rasanya walaupun selangkah.
"Please jangan kasih tau siapa-siapa" dengan mata sayunya berjalan melalui Tama. Akhirnya Tama mengikutinya hingga sampai halte, Tama juga menunggu disampingnya.
"Lo dari pondok ke sekolah naik motor sendiri? Lo kan semalem habis tanding berapa kali, kasihan badan Lo kalo Lo paksain begini"ucap Tama mulai gemes dengan Abi, bagaimana tidak Tama semalam melihat Abi sudah terlalu lelah dan sekarang tau kalau Abi berangkat dari ponpes Al Huda ke sekolahan sendiri. Waktu tempuh jika jalanan gak macet saja sekitar satu jam apalagi kalau macet.
"Kalo Lo tinggal di pesantren berarti Lo kenal Gus randu?" Tama memang kenal keluarga ndalem dipesantren karena ia pernah di pondokkan disana oleh keluarganya.
"Dia kakak gue yang jemput gue nanti" saat ini Abi dan Tama sudah duduk di halte depan sekolahannya. Abi mengambil air minum yang ada di dalam tasnya lalu meneguknya sampai tuntas.
"Kan Gus randu kakak angkat Lo, berarti ga boleh berduaan dong? " Sebenernya Tama sangat penasaran kenapa bisa Abi mempunyai keluarga angkat di pondok yang ia sempat tinggali.
"Gue sama bang biru dan ana itu satu ibu tapi ibu persusuan. Dan almarhum ayah gue temen deketnya pak kyai. Pak kyai ngendiko kalo ayah gue sempet perpesan untuk jagain gue" kini bibir Abi bergetar menahan tangisnya, abi ga sekuat yang Tama pikir, Abi itu lemah. Kini rasa rindu Abi dengan ayahnya kembali lagi.
Mobil warna hitam berhenti didepan Abi dan Tama, dari sisi kemudi keluar seorang laki-laki dengan postur tubuh yang tegap tinggi, itu lah -randu- dan di samping kemudi seluar gadis cantik dengan jilbab putih dan masih berseragam -ana-.
"Assalamu'alaikum, maaf ya nunggu lama" bang randu menatap laki-laki disamping adiknya duduk. Merasa wajahnya begitu familiar baginya, tapi kapan mereka bertemu?.
"Wa'alaikumusalam, bang ini Tama temen aku, Tama pernah mondok, Abang lupa? Atau ga kenal?" Abi Menunjuk ke arah Tama, melihat raut wajah abangnya yang nampak berfikir, ah ia mengingat seperti pernah kenal batin bang randu.
"Kau vano kan?, Stefan Desvano Aditama. Ah iya itu namamu kan? Wah kau jarang ke ndalem lagi ya, kapan-kapan main ya"bang randu mulai mengingat cowok yang ada di samping adik angkatnya itu sempat mondok di pesantren Al Huda.
"Iya kang, tapi sekarang nama panggilan saya udah bukan bank lagi kang tapi Tama. Kalo gitu saya pamit dulu ya kang, tadi saya cuman mau nemenin Abi. Assalamu'alaikum" Tama pun beranjak dari halte sekolahan mereka menuju parkiran motornya.
🌻🌻🌻
Waktu terus berjalan, sudah hampir seminggu Abi tinggal di pesantren. Orangtuanya tidak pernah mencarinya lagi, kecuali asisten rumahnya. Mungkin Weeknd besok ia akan pulang kerumahnya, walau sekedar memberi kabar kepada bibi dirumah. Lagian mana mungkin ibu kandungnya mencarinya.
Ibu Abi masih terlihat muda, sebelum kepergiannya dari rumah ia mengetahui fakta baru bahwa ibunya sedang mengandung sudah menginjak Minggu ke 13. Kurang dari 23minggu lagi ia sudah menjadi seorang kakak.
Sekarang masih hari Jumat, mungkin besok ia akan pulang. Ia bergegas menuju parkiran dan pulang ke pondok pesantren. Abi ragu untuk pulang kerumahnya, apa ibunya akan menerima setelah ia kabur dari rumah seminggu lalu.
Dipondok Abi belajar agama, sempat terlintas dipikirannya apa kalo ia tidak sengaja ataupun sengaja bersentuhan dengan kakak angkatnya itu ia berdosa atau tidak. Tapi setelah ia bertanya kepada ibu angkatnya ia sedikit paham dengan itu. Bisa asal tidak melebihi batasan.
"Kapan kamu mau pulang nak, katamu Weeknd ini" ibu pondok atau sering dipanggil Bu nyai, sambil mengusap pucuk kepala Abi. Di mata Abi tersirat kesedihan, Sorang ibu mna yang tega menyakiti anaknya sendiri. Ia juga seorang ibu, melihat Abi datang sambil menangis waktu itu membuat hatinya hancur berkeping keping, layaknya ia yang gagal menjadi seorang ibu.
______________________________________________
Bantu vote dan komen guys.
Semoga berkah Ramadhan bagi yang menyempatkan membaca, terutama bagi yang vote dan komen.Satu dukungan setiap part memberi berjuta kebahagian bagi penulis❤
Marhaban ya Ramadhan ❤
Tetap dirumah
Baca aja yuk!
Stay at home
Stay safe
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Hope ✓
Teen FictionWARNING! ~ cerita ini belum di revisi, kalo acak-acakan mohon dimaklumi. karena dlu di kejar deadline ~ cewek tomboy bisa dibilang berandalan bisa dibilang berlian sekolah. Menjadi sosok monster di peperangan dan menjadi sosok panutan di kehidupan...