L I M A B E L A S

316 21 4
                                    

   Ibu kandungnya Abi kini berada dirumah sakit untuk cek up mengenai kehamilan yang menuju bulan ke delapan tandanya kurang dari sebulan lagi Abi akan mempunyai adik yang sedarah walau tidak semua ayah.

   Abi masih terbaring kemah dibankar atau lebih tepatnya ranjang karena kasur yang empuk dan selimut tebal, karena ziddan meminta suster untuk memindahkan Abi ke ruang VVIP khusus. Memang khusus karena hanya beberapa yang boleh diruangan itu bukan karena uang tapi yang boleh hanya keluarga dari pemilik rumah sakit.

   Rumah sakit itu milik keluarga Abi. Tentunya dikelola oleh kakaknya ziddan dan itu diwariskan kepada ziddan, karena hanya ziddan yang terkuak ke dunia kedokteran.

   "Abi mau sampai kapan kamu tidur, kakak udah nungguin kamu hampir dua Minggu. Ayo bangun bentar lagi kamu jadi kakak"

   "Kakak yakin ibu kamu akan nyesel suatu saat nanti Abi, ibu mu melampiaskan emosinya dengan nyakitin kamu, walaupun kamu gak jujur sama semua orang tapi kakak tau semuanya"

🦁🦁🦁


   Tama, Laskar, para pemimpin Perjaya dan pemimpin Gerpad begitu juga dengan bang randu. Kuwalahan mencari keberadaan 1 orang gadis yaitu abi.

   Abi hanya pamitan beberapa hari kepada abangnya tapi abu gak ada kabar hingga 2minggu berlalu. Umi, Abah, Anna mereka khawatir dengan Abi.

   "Udah ada kabar belum tentang Abi?"

   Sekarang mereka berkumpul di basecamp utama kedua geng itu. Setelah berdamai mereka memutuskan untuk mencari basecamp yang luas dan mampu menampung banyak orang.

   Mereka berkumpul karena membahas Abi yang menghilang 2 Minggu ini. Semua yang ada di telat ini tidak mengetahui keberadaan Abi.

   "Agrhhh kemana sih Lo!" Teriak Tama. Mungkin hanya akan yang memiliki perasaan sayang tapi melebihi batasan sahabat ataupun kakak adik. Melainkan sayang sebagai lawan jenis.

   "Kita cari besok, sekarang pada balik. Nanti lanjut di grup"

   "Pada on grup jangan nyimak ataupun nabung chat!"

   Randu selalu bilang kepada orangtuanya bahwa Abi baik-baik saja tidak ada yang mau keadaan Abi sebenarnya.

   Disini Tama berhenti, menenangkan pikirannya sejenak supaya bisa berpikir jernih. Isi otaknya hanya Abi Abi Abi dan Abi.  Nama itu, wajah itu, momen itu selalu terputar seperti kaset rusak yang berputar acak-acakan.

   Dihamparan pantai yang indah, air laut seperti menyala saat malam hari seperti ini. Hembusan angin yang menerpa wajah Tama membuatnya sedikit tentang dalam kesunyian ini. Sering disebut pantai bioluminescence.

   "Andai gue bisa putar waktu. Setelah pesta itu gue akan ajak Lo kesini bi, gue sayang sama lo"

   "Cepat pulang bi, gue janji setelah Lo kembali gue akan ajak lo ketempat yang indah"

   "Lo apa kabar bi? Gue hanya bisa bertanya sama angin yang menemani gue sekarang. Semua angin ini bisa membawa rinduku kepadamu"

   "Angin bawalah Abi kembali"teriak Tama. Kini Tama mengusap wajah kasar. Wajahnya kembali memerah menahan segala rasa yang ada didalam dirinya. Sedih, kangen, takut, khawatir menjadi satu seperti nano nano.

   Dilain tempat lebih tepatnya di rumah sakit ruang kerja ziddan. Disini ada auntynya ibu kandung Abi dan suaminya ayah sambung abi. Disini mereka hanya sekedar mampir menanyakan perkembangan rumah sakit ini.

   "Te kandungannya bagaimana? Cewek atau cowok calon babby?" Tanya ziddan, hanya sekedar basa-basi. Karena ziddan agak tidak suka kedatangan ibu kandung Abi ini.

   "Alhamdulillah baik, cowok besok calonnya. Semoga seperti kamu ya"

   "Abi dimana om, saya sudah lama tidak bertemu" ziddan hanya ingin melihat reaksi keduanya. Tante dan Omnya ini seketika diam.

   "Bocah itu bikin ulah, dia kabur dari rumah" yang menjawab bukan Omnya tapi Tantenya dengan ekspresi ketidaksukaannya.

   "Berapa lama Abi pergi dari rumah ?"

   "Sudah hampir tiga bulan dan——— "

   "Sudah selama itu kalian ga ada yang mengabari saya? Atau keluarga saya?" Kini ziddan mulai memancing emosi mereka, seberapa mereka akan berbohong. Abak mereka sekarang terbaring dirumah sakit apa mereka tidak merasakan, naluri ibu biasanya akan merasa jika anaknya sedang sakit.

   "Kalian ga mau cari keberadaan Abi?"

   "Anak pembawa sial kenapa harus dicari. Itu dia sadar diri mangkanya dia pergi dari rumah"

   "Tante masih bisa ya nyalahin Abi, Abi itu salah apa sama tante. Abi itu anak kandung aunty!. Sumpah kalian orang tua paling tega menelantarkan anaknya sendiri, apa lagi tante sedang ngandung. Mau jadi apa anak Tante nanti kalo ibunya sendiri tega menelantarkan anaknya"

   "Maaf Om, Tante. Ini sudah malam silahkan keluar dari ruangan saya. Saya sudah tidak menerima tamu malam ini"

   "Kamu ngusir Tante dan?"

   "Apa kamu marah karena Tante menelantarkan bocah itu?"

   "Jelas saya marah, dia adik saya. Kalo Tante sama Om sudah tidak mau merawat atau menjaganya biar saya sama orang tua saya yang menjaga dan mengasihinya"

   "Pintu keluar ada disana"lanjut ziddan sambil berdiri dan menunjuk kearah pintu.

   "Sebelumnya Om mewakili Tante kamu juga maaf atas semua ini. Kalau Abi sudah kembali kita akan beri tau. Malam" Om nya ini memang lebih bersikap dewasa dibandingkan tantenya. Tantenya sendiri bersikap demikian hanya karena rasa kehilangan yang teramat sangat mengguncang jiwanya. Sehingga melampiaskan kehilangannya dengan diganti rasa banci. Entah apa yang membuatnya sangat membenci Abi.

   Setelah kepergian keduanya, ziddan beranjak dari ruangannya menuju ruang rawat Abi. Masih satu lantai dengan ruang rawat Abi. Tidak butuh waktu lama ziddan masuk kedalam ruangan itu.

   Duduk disamping Abi. Ziddan menggenggam tangan Abi, ratusan kata sudah terucap dari bibir ziddan saat menemui Abi, tapi hingga saat ini bahkan Abi belum mau membuka matanya.

   "Udah lama kamu tidur, kapan bangun sayang, kakak kangen sama kamu"

   "Apa ini sakit sayang? Bilang sama kakak mana yang sakit"

   "Maafin kakak ya. Andai kakak tau kalo kamu tidak pernah meminum obat, kakak pasti menyuruhmu meminum obat yang ringan dulu"

   "Ini pasti sakit ya, maafin kakak ya Abi. Kakak tau kamu gak suka disuntik tapi ini semua buat keselamatan kamu" ziddan mengusap punggung tangan Abi yang ada infusnya. Terlihat memar.

   Ziddan terus memegang dan memandangi tangan mungil milik Abi. Disalah satu jarinya terpasang Puls Oxymeter . Tangan Abi ternyata bergerak. Sungguh sebuah kabar gembira bagi ziddan, tapi tidak berselang lama.

   Mesin monitor jantung berbunyi nyaring dan gelombang itu mulai melemah dan membuat garis lurus.

   Ziddam sudah memencet tombol bantuan. Untuk merawat Abi ziddan hanya menyuruh dokter area dan dirinya sendiri untuk menjaga Abi.

—————————————————————
Makasih banyak
Buat yang udah vote dan komen.

Hari ke 15puasa
Gimana lancar?

Yogyakarta 8, Mei 2020

My Little Hope ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang