Semua berkumpul di rumah ibu kandungnya Abi, disana ada kedua orangtua angkat Abi, kedua orangtua Tama, ada ibu kandung Abi dan ayah sambungan Abi, ada kakak-kakak pimpinan. Ada randu, Tama, dokter atwa dan juga ziddan dan kedua orangtuanya.
"Sebelum saya disini sebagai dokter yang menangani almarhumah abi, Abi meminta bantuan kepada saya untuk membuat video ini. Ada dua video yang pertama video saat Abi cek up dan kondisinya down saat itu. Video kedua tepat dihari dimana Abi menghembuskan nafas terakhirnya"
"Pilah rumah sakit sebelum Abi di pindahkan memberikan sebuah tas yang tak lain milih Abi, ini benar?" Tanya atwa sambil menenteng tas warna darkgrey
"Bener kak, gue tau banget tas Abi. Itu tas abi kak" ujar Tama dengan yakin.
Video itu di mulai menampilkan seorang cewek dengan kepala botak dan wajah yang pucat tak lupa dengan seragam rumah sakit.
"Hallo semua, pasti Abi udah gak ada ya?"
"Abi disini kelihatan kaya tuyul ya hahahaha. Gak papa kan penyakitan."
"Jangan sedih ya,disini Abi suman mau bilang kalo Abi itu sayang kalian semua, jangan pernah nyalahin diri sendiri karena ini sudah takdir. Inget! Takdir"
"Abi punya harapan kecil kalo semisal Abi udah gak ada tapi Abi masih bisa hidup tanpa raga"
"Ya dengan donorin organ abi"
"Bay untuk Vidio kali ini. Kek nya gantung banget ya. Ga papa deh, love you tiga tibu untuk kalian semua" .
Video dengan durasi sangat pendek itu sudah selesai, semua yang di sana hanya bisa memandang sendu abi yang berada di dalam layar itu.
"Halo semua, kembali lagi. Abi cuman mau kasih tau. Kalian semua kalau nemuin tas Abi yang warnanya abu-abu tua disana ada surat buat kalian. Sesuai nama kalian ya"
"Abi banyak gerak, kamu masih sakit Abi!"teriak atwa untuk memperingati Abi supaya tidak banyak gerak.
"Gue bisa kak" jawab Abi sambil menahan rasa sakit di tubuhnya dan kepalanya.
"Untuk mamah jangan pernah sedih atau nyalahin diri sendiri karena Abi pergi meninggalkan kalian, lebih baik jantung Abi hidup dan berdetak di tubuh mamah, dari pada ikut terkubur bersama jasadku nanti. Abi seneng kok karena Abi masih bisa hidup tanpa raga Abi"
"Kakakku yang paling ganteng kak ziddan" Abi menghentikan kalimatnya berpikir sejenak. Kalimat itu membuat semua kakaknya agak kesal dengan abi.
"Eh engga deng, semua kakak Abi itu ganteng semua. Bang randu juga" ujar Abi melanjutkan kalimatnya tadi, membuat semua kakaknya yang ada di ruangan ini tersenyum.
"Kak ziddan, kakak jangan sedih ya Abi pergi. Maaf Abi ga bisa bertahan buat kakak, jangan pernah mengalahkan diri kakak karena menjadi penerima donor dari Abi. Itu semua karena Abi sayang sama kakak, please kakak bisa terima itu"
"Buat Tasya, kamu jaga hati itu, kamu beruntung karena cocok dengan hati ku. Aku berterima kasih kepada mu sudah mau menjadi sahabatku"
"Untuk kalian semua aku membuat surat untuk kalian, aku mohon bacanya jangan saat ini. Baca saat kalian sendiri"
"Karena belum tentu orang baik yang ada di sekitar kalian itu beneran baik"
"Bay, sampai jumpa di dunia selanjutnya"
Video itu menampilkan Abi yang sedang menulis di selembar kertas polos lalu keluar cairan merah dari hidung Abi yang menetes di kertas itu, membuat atwa mendekati Abi untuk mengecek kondisi Abi.
"Kak, tolong berikan semua yang Abi minta tadi terutama donor, sampaikan maaf dan ucapan terimakasih ku kepada mereka kak. Bilang ke Tama aku sudah menepati janjiku untuk pergi jauh darinya"
"Kamu bertahan, kakak mohon. Kamu kuat jadi bertahan" ujar atwa saat melihat Abi kesusahan bernafas dan monitor jantungnya menunjukan bahwa jantungnya melemah.
"Ma-af, to-long don-or-kan kep-ada mer-eka. D-an ber-ikan sem-ua vi-dio kep-ada mer-eka" ujaar Abi beberapa detik berikutnya Abi sudah tidak bernafas dan monitor jantung menunjukan garis lurus.
Tama sudah membaca semua surat yang Abi buat untuknya, sakit ketika mengetahui fakta yang sesungguhnya.
Tama sudah di perdata oleh perasaannya sendiri, sama merasakan kehilangan yang teramat dalam karena Tama sadar bahwa abi lah yang saat ini mengisi seluruh hatinya.
Tama membuka buku dairy milik Abi, lalu membacanya, sakit saat membaca tulisan itu. Bagaimana bisa ia lebih percaya dengan orang lain timbang pacarnya sendiri. Andai waktu bisa diulangi.batin Tama.
Tama membuka lembar demi lembar dairy itu dan saat halaman sudah kosong ia mengambil bolpoin lalu menulis sebuah kalimat.
Diary
Disaat kamu menutupi
Semua orang membenci.Disaat semua mengetahui
Kamu menghilang ditelan bumi.Disaat ku mengerti
Kamu sudah tidak bisa kugapai lagi.Disini kuberdiri sunyi
Kamu pergi meninggalkan benci.Langit warna warni
Seperti hujan yang telah pergi.Seperti cahaya mentari
Menyinari kehidupan kami.-Stefan Desvano Aditama
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Hope ✓
Teen FictionWARNING! ~ cerita ini belum di revisi, kalo acak-acakan mohon dimaklumi. karena dlu di kejar deadline ~ cewek tomboy bisa dibilang berandalan bisa dibilang berlian sekolah. Menjadi sosok monster di peperangan dan menjadi sosok panutan di kehidupan...