"Hari ini sampai di sini dulu," ujar laki-laki berkaus putih itu. Kemudian ia melirik arloji di pergelangan tangannya. "Kalian masih punya waktu lima belas menit buat ganti baju," sambungnya lagi lalu tersenyum tipis.
"Makasih, Pak!"
"Yo, sama-sama," sahutnya sambil tersenyum.
Aku tidak langsung kembali ke kelas. Kedua kakiku rasanya sangat pegal. Sudah lama aku tidak melakukan olahraga yang 'benar-benar' olahraga. Makanya kakiku jadi seperti ini. Aku memutuskan untuk mendaratkan bokongku pada aspal lapangan dan meluruskan kedua kakiku.
"Gak mau ke kelas?"
Aku mendongak, "duluan aja, Jaem."
Bukannya berjalan menjauh, laki-laki itu malah ikut duduk di sebelahku sambil meluruskan kedua kakinya juga. Aku menatapnya dalam diam. Laki-laki ini memang paling sulit untuk ditebak.
"Kenapa? Sakit, ya?" tanyanya.
"Enggak kok, cuma rada pegel aj—"
"Yang mana? Mau gue pijitin? Atau, mau gue gendong sampe kelas?"
Aku membelangakkan mata, "hah? Eng-gak usah, gue gak apa-apa kok."
"Serius?"
"Iya... lagian gue jug—"
"Sayang!"
Aku memutus kalimatku saat suara gadis yang aku kenal itu menyeru. Aku mengalihkan pandanganku. Somi berjalan, menghampiri Pak Lucas yang jaraknya tidak terlalu jauh dariku, hanya beberapa meter.
"Kenapa sayang?" balas Pak Lucas sambil tertawa renyah.
Aku tidak menyangka ia akan menanggapi Somi seperti itu. Ia tidak merasa risih atau keberatan sama sekali dengan perlakuan sahabatku padanya. Pak Lucas juga, ia akan jadi salah satu laki-laki yang sulit ditebak yang aku kenal.
Aku mengalihkan pandangan sekilas. Aku melihat Haechan yang hendak berjalan ke kelas kini kembali berbalik. Menatap tingkah dua orang di hadapannya itu dengan tatapan tidak suka. Raut wajah laki-laki itu sudah sangat masam.
Kini aku kembali menoleh pada Somi. Gadis itu dengan cepat menyodorkan ponselnya pada laki-laki di hadapannya. Itu membuat Pak Lucas sedikit menyerit.
"Kamu.... ngasih hape kamu buat saya?"
"Ih, bukan! Username instagram."
"Oh... sini." Pak Lucas meraih ponsel Somi kemudian mengerakkan kedua ibu jarinya pada layar. "Tuh, udah," lanjutnya lagi sambil mengembalikan ponsel milik Somi.
"Nanti follback, ya?"
"Iya, nanti saya follback," balas laki-laki itu sambil menepuk-nepuk pelan kepala Somi.
Laki-laki itu juga tersenyum pada gadis di hadapannya, jangan lupakan fakta itu.
"Ekhem, ekhem!"
Bukan hanya aku yang menoleh. Dua orang yang disindir juga ikut menoleh, menatap Haechan yang sebelumnya hanya memandangi mereka dalam diam dengan jarak beberapa meter. Kini laki-laki itu mulai melangkahkan kakinya, mendekat pada dua orang yang berhasil membuatnya jengah itu.
"Ngapa lu? Bengek?"
Aku langsung menatap laki-laki di sebelahku dengan tajam. Aku juga menyikutnya, mengisyaratkan pada Jaemin agar tidak perlu bersuara dan ikut campur. Tapi, ia malah tersenyum polos padaku.
"Maaf nih kalo kurang ajar, tapi lo digaji buat ngajar, bukan bukan buat godain murid," ujar Haechan dingin, namun sarkastik.
"Hey, chill man. Gue cuma bercanda kali," ujar Pak Lucas sambil terkekeh samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary✔
Fanfiction[Complete] "Kamu itu cuma kasian. Mana mungkin kamu bisa cinta sama orang gila, Jeno?" ©Scarletarius, 2020