Song recommendation:
Bolbbalgan4 - Some
Happy Reading ~
[ Oktober 2016 ]
Laki-laki yang tengah mengendarai Vespa matic berwarna merah miliknya itu terus mengumpat dalam hati. Sudah lebih dari dua puluh menit ia berkeliling, mencari keberadaan adik perempuannya yang minta dijemput sepulang les. Tapi, gadis yang selisih usianya lebih muda dua tahun ketimbang dirinya itu masih belum tampak batang hidungnya.
Untuk menjemput Lami —adik perempuannya— saja, sebenarnya ia malas setengah mati. Kalau bukan karena Bundanya mengancam akan menjual playstation kesayangannya, laki-laki itu pasti masih leha-leha di rumah. Atau main ke rumah Jeno untuk numpang wifi gratis.
Akhirnya ia menyerah. Ia menepi lalu menghentikan mesin motornya. Tangannya mulai meraba saku celana setelah melepas helm dari kepala, mencari keberadaan ponsel. Ia mendekatkan layar ponselnya pada telinga sedetik setelah menekan icon bergambar telepon berwarna hijau pada nomor telepon bundanya.
"Halo Bun, ini Laminya—"
"Apa lagi? Langsung pulang, gak usah ke rumah Jeno mulu," potong wanita tersebut dari balik sambungan telepon.
"Apa sih Bun? Belom juga ngomong," sungut Jaemin separuh kesal. "Ini Laminya gak ada di mana-mana. Aku udah cari dari tadi tapi gak ada," sambungnya lagi masih jengkel.
"Tunggu sebentar, belum selesai kali bimbelnya."
"Udah selesai Bun, kan udah jam tujuh," tukas Jaemin. "Diculik sama om-om kali," lanjutnya dengan nada tak acuh.
"Hush! Kamu ini kalo ngomong asal-asalan aja!"
"Ya, habisnya—"
"Cari adik kamu sampai ketemu, jangan berani pulang kalo gak sama Lami. Atau, Bunda jual motor kamu. Mau?!"
Jaemin mendecak, "ah elah, Bunda ngancem mulu dah!"
"Oh, Bunda jual beneran nih ya?!"
"Iya-iya, aku cari Lami lagi!"
"Awas aja kalo sampe—"
Tut.
"Bawel!" cecar Jaemin pada layar ponselnya.
Setelah memutus sambungan teleponnya secara sepihak, Jaemin mendengus kasar lalu memasukkan ponselnya kembali ke balik saku celana. Dengan mood yang sudah terjun bebas, ia berniat untuk kembali memakai helm dan mencari keberadaan Lami sesuai perintah Bunda.
Namun, niatnya urung saat tanpa sengaja arah pandangannya terpaku pada sebuah halte yang jaraknya tidak lebih dari sepuluh meter dari tempatnya berada saat ini. Ia mendecak kesal lalu melajukan kendaraan roda dua miliknya dengan cepat tanpa kembali mengenakan helm.
"Woy! Elu gua cariin daritadi, ngapain malah disini?!" cecar Jaemin emosi.
Gadis yang tengah berdiri itu refleks menoleh, menatap kakaknya yang tengah murka dengan tatapan tak acuh. Ia membalas Jaemin dengan menaikkan kedua alisnya.
"Berisik banget sih? Dateng-dateng langsung ngomel-ngomel," cibir Lami.
"Songong banget lu bocil! Gua tinggal nih ya!" ancam Jaemin.
"Tinggal aja, nanti tinggal aku aduin Bunda," balas adiknya seraya menjulurkan lidahnya, mengejek.
"Kenapa semua orang demen banget ngancem-ngancem gua sih?!" ujar laki-laki itu sambil menjambak rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary✔
Fiksi Penggemar[Complete] "Kamu itu cuma kasian. Mana mungkin kamu bisa cinta sama orang gila, Jeno?" ©Scarletarius, 2020