[extra] Jaemin pt.2: happy ending isn't easy to reach

191 27 2
                                    

Aku kasih apdet spesial Jaemin's day! Yeay, pibesdey sayangqu~
.
.









Song recommendation:
Lee Hi - Holo







Happy Reading ~








[ Februari 2018 ]

Sama seperti hari-hari biasanya, Jaemin selalu bersemangat tiap kali ada jadwal bimbel. Laki-laki yang baru saja selesai mandi itu terus bersenandung sembari memilih pakaian yang akan ia kenakan. Tidak lupa menata rambutnya dengan sedikit gel rambut juga menyemprotkan parfum dalam jumlah yang sangat banyak.

Waktu yang ia gunakan untuk bersiap-siap tidak lebih dari lima menit. Setelah rapi, ia langsung mengambil tas kemudian menyambar ponselnya yang tergeletak di atas kasur.

Sembari berjalan meninggalkan kamar tidurnya, arah pandangannya terpaku pada layar ponsel yang tengah menampilkan ruang obrolan dengan Nara. Mood Jaemin sedikit berubah saat menyadari jika Nara belum membalas pesannya sama sekali. Pasalnya gadis itu sudah tidak aktif sejak dua hari yang lalu.

Mengeyahkan segala pikiran buruk, Jaemin menarik napas dalam kemudian menghembuskannya dengan cepat. Ia langsung menutup pintu kamarnya kemudian berjalan cepat menuju tempat bimbel.

Ia harus segera sampai agar bisa memastikan kalau Nara baik-baik saja.

- o -

Ia tahu jika Nara bukan tipikal orang yang mau membuang waktu belajarnya. Makanya Jaemin sempat berpikir kalau Nara sengaja tidak memegang ponselnya sama sekali karena tengah fokus belajar untuk menghadapi Try Out tahap akhir.

Gadis itu selalu menyesal tiap kali datang terlambat. Jadi tidak mungkin kalau Nara sampai bolos les. Itu sesuatu yang cukup mustahil.

Tiap detik berlalu dengan sangat lambat. Jaemin terus menunggu kedatangan Nara, tapi sampai detik ini gadis itu masih belum menampakkan dirinya. Waktu les tinggal setengah jam lagi. Jaemin mulai cemas.

Tanpa pikir panjang, Jaemin langsung menyenggol lengan laki-laki yang duduk di sebelahnya hingga laki-laki itu menoleh.

"Titip tas gue, entar pas balik gue ambil," ujar Jaemin cepat.

Belum sempat memberi tanggapan atas kalimat tersebut, Jaemin lebih dulu mengacungkan tangannya tinggi-tinggi.

"Iya, Jaemin. Ada yang mau ditanyakan?" ujar pria berusia dua puluhan itu ramah.

"Enggak, saya mau ke toilet," jawab Jaemin beralasan.

"Oh, ya sudah, silahkan."

Mendapat izin, Jaemin langsung memasukkan ponselnya yang tergeletak di atas meja ke dalam saku celana jeans yang ia kenakan. Ia berlari kecil meninggalkan ruangan tersebut.

Sudah berlari cukup jauh, Jaemin kembali mengeluarkan ponselnya kemudian dengan cepat menelpon satu-satunya kontak yang ia pasang pin. Berulang kali, tapi tetap sama saja, tidak diangkat.

Ia mengacak rambutnya frustasi. Ia terlalu kalut saat ini, otaknya tidak dapat berpikir dengan jernih. Satu-satunya hal yang terlintas dibenaknya adalah meminta bantuan. Dengan cepat ia menelfon sahabatnya.

"Kenapa nelf—"

"Jen, bantuin gue dong," potong Jaemin cepat.

"Bantu apa?"

Dear Diary✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang