03 • Jaemin's ex

718 97 12
                                    

Revisi : 22 Juni 2020

° ♥ °

Sinar mentari yang masuk melalui celah-celah jendela membangunkanku. Ini sedikit silau. Aku menyerit sembari memaksa kedua kelopak mataku agar terbuka. Bahkan, kamarku sudah sangat terang.

Sembari mengucek mata dan merenggangkan tubuh, aku mengubah posisiku menjadi duduk. Arah pandangku menelisik pada dinding, menatap jarum pada jam dinding lekat-lekat. Aku mencoba memfokuskan pandanganku yang sedikit kabur.

Pukul 05.40 pagi.

Aku masih punya sedikit waktu untuk bersiap meskipun sebenarnya aku agak kesiangan.

Dengan cepat, aku beranjak dari tempat tidur. Berjalan dengan gontai menuju lemari untuk mengambil beberapa potong pakaian sekolahku. Nyawaku seperti belum terkumpul sepenuhnya. Tubuhku juga terasa sangat lemas, rasanya sangat lelah.

Sambil kembali mengucek mata, aku membuka pintu lemari kayu, mengeluarkan seragamku hari ini. Setelahnya, aku langsung menutup pintu lemari pakaian tersebut. Namun, aku terpaku karena sesuatu selama beberapa detik.

Aku pandangi wajahku dari pantulan cermin, sedikit bengkak. Mataku juga sembab. Sangat tampak dengan jelas jika aku habis menangis. Aku jadi menyesal menangis tadi malam. Mengingatnya membuatku jadi kesal.

Aku tidak ingin memandangi kantung mataku lebih lama lagi, ini membuang waktu. Aku langsung bergegas keluar kamar. Memutar sebuah kunci yang menyangkut pada pintu, aku membuka pintunya secara perlahan.

Mengingat kembali soal semalam, aku masih enggan keluar kamar sebenarnya. Kalau bukan karena hari ini hari sekolah, aku pasti akan mengurung diri seharian.

Berusaha mengenyahkan pikiran itu dan bersikap tidak peduli, aku langsung membuka pintu kamar lebar-lebar. Baru hendak melangkah keluar, kakiku terhantuk sesuatu. Refleks, aku langsung menunduk, memandangi sebuah kotak yang menghalangi jalanku. Tidak terlalu besar, mungkin seukuran 20×15 cm.

Aku menyerit sebab bingung. Aku berjongkok, meraih kotak berwarna biru langit dengan seutas pita berwarna hijau muda. Aku penasaran dengan isinya.

Bolehkan kalau aku membukanya?

Masih dalam posisi yang sama, aku membuka penutupnya. Dahiku berkerut saat melihat apa isinya. Sebuah ponsel keluaran baru yang masih tersegel rapi di dalam box-nya. Dahiku semakin berkerut, tentu saja.

Ini untukku?

Ah, sepertinya bukan. Mungkin salah taruh. Ini bukan untukku. Karena merasa sedikit lancang, aku berniat menutup kembali kotak tersebut. Namun, selembar lipatan kertas menyita perhatianku.

Sialnya, aku terlalu penasaran. Jadi, aku menaruh kotak biru tersebut di lantai kemudian mengambil lipatan kertas itu, membukanya perlahan. Tulisan tangan ini, jelas aku sangat mengenalnya. Tulisan tangan yang jauh lebih bagus dan rapi ketimbang milikku. Yang sering aku baca pada memo yang tertempel di pintu kulkas.

Aku membaca setiap kata yang tertulis di sana tanpa bersuara.

~ ••• ~

Nara...

Soal semalam, kakak gak bermaksud ngomong kayak gitu ke kamu. Kamu salah paham. Jadi, jangan marah ya?

Dear Diary✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang