🥇🥇🥇
Pulang sekolah, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sendirian. Jihyun pulang dengan Jisung karena rumah mereka searah. Mereka berdua sebenarnya bermaksud untuk menemaniku tadi, tapi aku tidak mau karena nanti mereka akan menungguku terlalu lama.
Aku melangkahkan kakiku ke dalam perpustakaan yang cukup sepi ini. Hanya ada 5 orang siswa di sini dan juga ada Seungmin. Ah.. kenapa aku harus bertemu dia?
Aku pun pergi ke rak buku dan mencari buku yang hendak kupakai untuk belajar materi olimpiade dengan pura - pura tidak melihat keberadaan Seungmin. Setelah dapat, aku pun duduk dan mencoba fokus pada buku di depanku.
Srek..
Kursi di depanku ditarik dan pelakunya adalah Seungmin.
"Boleh kan aku duduk di sini? Di tempatku tadi panas karena AC - nya mati." Ucapnya. Aku pun sempat melirik AC yang berada di dekat tempat Seungmin tadi dan ternyata mati sungguhan. Ah.. kalau begitu Seungmin tidak bohong.
Ya memangnya buat apa Seungmin bohong untuk bisa duduk di dekatku? Haha..
Aku akhirnya mengangguk, memperbolehkan Seungmin duduk di depanku meskipun awalnya ragu. Bayangan Yubin yang merundungku karena Seungmin masih teringat di pikiranku dan jujur.. aku agak trauma. Tapi, melihat Seungmin sedekat ini membuat perasaanku sedikit.. menghangat. Laki - laki itu lalu membuka bukunya dan mengerjakan soal di sana. Entah kebetulan apa, buku yang dia baca sama dengan buku yang kubaca juga. Hingga aku lalu tersadar kalau hari ini Seungmin memakai masker lagi.
"Seungmin, kamu.. terluka lagi?" Tanyaku dengan hati - hati. Laki - laki itu mendongak lalu mengangguk. "Kamu mau kuobati lagi?" tanyaku secara refleks dan setelah itu aku merutuki mulutku yang lancang.
"Ayo." Jawabnya. Tak kusangka, Seungmin malah mengiyakan. Dia membereskan bukunya dan berdiri menghadapku, menungguku yang masih belum bereaksi. Jujur, aku masih terkejut dengan jawabannya barusan.
"Ayo." Ucapnya lagi dan aku langsung bergegas membereskan bukuku dan berjalan mengekori Seungmin. Setelah meletakkan buku yang tadi kupinjam ke tempat pengembalian buku, aku pun berjalan di belakang Seungmin sambil berpikir. Sebenarnya kenapa wajah Seungmin sering terluka? Sudah dua kali dia seperti ini. Apa Seungmin bertengkar? Tapi dari modelnya sih Seungmin bukan orang yang seperti itu.
Lalu apa?
Aku pun tak sadar kalau sudah sampai di depan UKS. Seungmin pun berjalan dan duduk di atas ranjang UKS sedangkan aku langsung pergi ke rak obat dan mencari salep serta obat merah dan kapas.
Seungmin membuka maskernya dan betapa terkejutnya aku ketika menemukan luka lebam yang lebih parah di wajah Seungmin.
"Seungmin, sakit ya?" tanyaku dan dia menggeleng. Aku tahu dia bohong. Tidak mungkin luka separah itu tidak terasa sakit. "Jangan bohong deh." Ucapku sambil agak menekan luka lebam Seungmin ketika kuolesi dengan salep.
"Aduh aduh.." lirih Seungmin sambil meringis.
"Nah kan. Kubilang juga apa. Nggak usah bohong deh ah. Aku tahu itu sakit." Ucapku lalu mengoleskan salep lagi ke wajah Seungmin dengan pelan.
"Ya kalo tahu ini sakit, kenapa masih tanya?"
"Hehe.. yaa maaf. Kan cuma basa - basi." Ucapku. Tiba - tiba di otakku terbayang pertanyaan penyebab luka lebam di wajah Seungmin ini. Apa dia dipukuli? Tapi kenapa?
"Seungmin, aku boleh tanya nggak?" tanyaku lalu diam sebentar, menunggu jawaban dari Seungmin. Laki - laki itu mengangguk. "Kenapa wajahmu lebam - lebam gini? Kamu dipukuli sama siapa?" Tanyaku dengan hati - hati. Seungmin terdiam cukup lama. Ada sesuatu yang tersirat di dalam matanya, tapi entah apa itu.
Mungkin suatu hal yang berat..
"Nggak usah cerita deh kalo kamu nggak siap bilang. Tapi, aku saranin ya supaya kalo ada masalah jangan dipendam sendirian. Sesekali manusia perlu buat berekspresi, entah itu dengan cerita ke sesamanya, menangis, atau dengan cara apapun yang dirasa bisa mengurangi beban hatinya. Jadi, kalo kamu mau aku dengerin ceritamu, aku mau kok. Tapi kalo kamu sudah siap aja." Ucapku.
Aku tahu betul rasa ketika seseorang butuh tempat cerita, tapi tidak ada yang mau mendengarkan. Rasanya kesepian dan ditinggalkan. Aku tahu rasa itu karena dulu aku pernah merasakannya. Ingat saat semua anak di kelasku merendahkanku karena nilaiku buruk? Nah saat itu adalah saat di mana aku berada di titik terendahku dan rasanya untuk hidup pun malas.
Beruntung, ada seorang bernama Hwang Yeji yang mau menjadi temanku satu - satunya waktu itu. Meskipun terlihat galak dengan tatapan matanya, gadis itu ternyata berhati malaikat. Gadis itu selalu setia mendengarkan ceritaku dan menyemangatiku setiap hari. Ah.. aku jadi rindu dengan Yeji."Kamu.. memangnya punya masalah hidup?" Tanya Seungmin di sela - sela kuobati lukanya. Aku pun mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaannya.
"Punya dong. Justru karena aku punya masalah, aku bisa bilang gitu ke kamu. Aku yang kelihatannya baik - baik saja kayak gini pernah dihina sama temanku satu kelas lho."
Seungmin mengernyit. "Alasannya?'
"Kalo aku cerita, nanti kamu nggak mau jadi partnerku lagi?"
"Memangnya kenapa?" Tanya Seungmin yang tambah penasaran. Tidak biasanya Seungmin bertanya banyak padaku seperti ini.
"Dulu aku nggak bisa biologi. Bahkan aku pernah dapet 0 haha.. ya udah terus anak - anak satu kelas ngehina aku dong. Tapi itu dulu sih. Sekarang beda cerita. Nah, setelah tahu gini, jangan - jangan kamu nyesel udah terima aku jadi partnermu hahaha.." ucapku lalu diakhiri dengan tawa. Tak kusangka, Seungmin pun ikut tertawa kecil.
Tahan Jikyung.. dia pacar orang. Jangan baper..
"Ya itu kan masa lalu. Beda cerita kan sama sekarang." Ucapnya seolah - olah menyimpan sebuah makna tersirat di kalimatnya. Aku tahu maksudnya.
"Iya iya.. intinya kamu udah terima aku jadi partnermu. Haha.. nggak usah ditutup - tutupin deh. Ngomong aja kali kalo udah terima aku." Ucapku sambil menyenggol lengan Seungmin dengan tangan yang bebas. "Nahh sudah selesai."
Aku pun membereskan salep dan obat merah ke dalam rak obat lalu mengambil tasku.
"Kang Jikyung."
Panggil Seungmin yang masih duduk di atas ranjang UKS.
"Terima kasih." Ucapnya dan seketika aku terpaku. Kim Seungmin berterima kasih? Wow..
"Iya, sama - sama."
"Aku pulang dulu ya." Ucap Seungmin dan kujawab dengan anggukan. Ketika Seungmin sudah berada di ambang pintu, aku pun memanggilnya dan dia pun menoleh.
"Kalo udah siap cerita, cerita ya. Aku pintar jaga rahasia kok." Ucapku dan Seungmin hanya tertawa kecil lalu melanjutkan langkahnya.
Ah jantungku... kenapa kamu harus berdegup kencang karena senyumannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part (Kim Seungmin) ✔
Fanfic"Kamu adalah suatu bagian terbaik dari hidupku yang membuatku merasa sempurna." Highest Rank: - 1 in #seungminstraykids (9/6/2020) - 2 in #seungminstraykids (1/6/2020) - 4 in #seungminstraykids (19/9/2020)