Epilog

510 61 2
                                    

Hari ini keadaan café benar – benar kacau. Banyak karyawanku yang izin tidak masuk hari ini karena sakit. Aku bingung, kenapa juga mereka bisa sakit dalam waktu yang bersamaan? Apa mereka makan sesuatu yang salah secara bersamaan hingga sakit pun bisa bersamaan juga? Karena banyaknya karyawan yang tidak masuk, aku, Jisung, dan Jihyun pun akhirnya harus turun tangan untuk melayani pelanggan. Aku sampai meminta tolong pada Soobin untuk membantu di café.

Tapi..

Bukannya membantuku menyiapkan kue dan pastry, Jihyun malah asik berbicara dengan Soobin di dekat dapur. Percuma aku meminta Soobin ke café untuk membantu, laki – laki itu malah asik berbicara dengan Jihyun. Entah apa yang mereka bicarakan sampai terlihat asik begitu. Aku memijit pelipisku yang mulai berdenyut nyeri. Aku sampai pusing sendiri karena hari ini café sangat ramai ditambah banyak karyawan yang tidak masuk.

Aku meletakkan celemekku setelah menutup café lebih cepat, sengaja karena kami juga kewalahan melayani pelanggan yang ramai berdatangan. Aku menaruh tehku di meja kemudian duduk di dekat jendela sambil menikmati pemandangan jalanan malam. Jisung, Jihyun, Soobin, dan karyawan yang lain sudah pulang, menyisakan aku yang kini sendirian dengan keadaan café yang sudah tutup.

Aku mengambil ponselku dari saku celanaku, berniat untuk menghubungi Seungmin. Seharian ini dia sama sekali tidak meneleponku atau mengirimiku chat. Tumben..

Apa Seungmin sedang sibuk sekali?

Aku memutuskan untuk menelepon Seungmin duluan karena aku butuh mendengar suaranya di tengah kondisiku yang lelah seperti ini. Mendengar suaranya bagaikan obat yang seketika dapat menghilangkan lelah di tubuhku.

“Halo, Seungmin?”

“Halo, Jikyung? Maaf nggak nelepon kamu seharian ini."

“Iya, nggak a-“

“Maaf ya kalo aku nggak bisa jemput kamu kayak biasanya. Dan maaf kalo aku baru ngabari. Aku harus pergi ke Sydney malam ini. Ada masalah yang harus aku tangani secepatnya. Ini aja aku ngabari kamu di mobil lagi perjalanan ke bandara.”

Aku mengerjapkan mataku.

Apa? Sydney?

Aku tidak salah dengar, kan?

“Maaf ya, Kyung. Seharian ini aku repot banget sampek nggak sempet telepon kamu atau chat kamu. Setelah aku pulang dari Sidney, nanti kita ketemu secepatnya. Aku tutup dulu ya, Kyung. Aku udah sampai bandara.”

“Iya, kamu hati – hati ya. Bye..”

“Iya, Bye.”

Aku menghembuskan napas panjang setelah sambungan telepon dengan Seungmin terputus. Rasa lelahku seolah – olah bertambah dua kali lipat mendengar kabar dari Seungmin tadi. Aku tidak menyangka kalau dia akan pergi ke Sydney malam ini. Itu berarti, aku tidak bisa bertemu dengannya beberapa hari.

Aku menelungkupkan kepalaku di meja kemudian menangis. Kalian pasti tahu kan bagaimana rasanya lelah sekali sampai kalian ingin menangis untuk mencurahkan segala rasa lelah itu? Itu yang kurasakan saat ini. Lelah sekali rasanya dengan hari ini ditambah dengan kabar kalau Seungmin pergi ke Sydney. Lelahku bukannya menghilang, tapi malah bertambah.


Pet




Ketika aku mengangkat kepalaku, lampu tiba – tiba padam dan aku langsung terkejut. Apa lagi ini? Kenapa sekarang lampunya mati?

“Huhu.. kenapa sih sama hari ini? Kenapa kok gini amat?” aku terisak lalu menelungkupkan lagi kepalaku di lipatan tanganku di meja. “Udah hari ini capek, terus kenapa Seungmin harus ke Sidney? Huhu.. aku capek.”









Best Part (Kim Seungmin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang