🥇🥇🥇
Aku menutup laptopku ketika perutku tiba – tiba terasa lapar setelah berkutat dengan pekerjaanku. Aku melepas kacamataku lalu meletakkannya ke meja kemudian bangkit berdiri dan keluar dari ruanganku. Di luar, ada Jisung yang tengah berbicara dengan Yunseo di dekat kasir. Laki – laki itu tampak berseri – seri ketika berbicara dengan Yunseo. Sudut bibirku pun naik. Rasanya ada sesuatu yang belum kuketahui di antara mereka berdua.
Aku pun tidak mau mengganggu mereka dan memilih untuk berjalan saja untuk membeli tteokbokki di seberang café. Bibirku mengerucut ketika ternyata di luar gerimis agak deras. Aku hendak mengambil payung transparan yang biasanya terletak di tempat payung di dekat pintu, tapi payungnya tidak ada.
Ah ya sudah, menerjang gerimis tidak akan membuatku sakit, kan? Lagipula juga hanya menyeberang sebentar. Tidak masalah bagiku.
Aku melangkahkan kakiku dan seketika tetesan hujan menyentuh tubuhku.
Langkahku langsung terhenti ketika aku tidak lagi merasakan tetesan hujan. Aku mendongak dan menemukan payung kuning yang melindungi tubuhku. Jantungku tiba – tiba berdegup dengan kencang bersamaan dengan aku yang mulai menoleh ke samping kanan. Kilasan masa lalu seketika terulang ketika aku melihat Kim Seungmin berdiri di sebelahku sambil memegang payung kuning.
“Kamu nggak berubah ya. Selalu lupa nggak bawa payung.” Ucapnya lalu tersenyum tipis.
Aku mengerjap dan berusaha kembali dari lamunanku.
“Kamu kenapa ke sini?” tanyaku lalu memalingkan wajahku ke arah lain karena sedikit salah tingkah akibat tatapan Seungmin padaku dengan jarak kami yang lumayan dekat.
“Mau ketemu kamu. Apalagi emangnya?”
Aku menatapnya sekilas, lalu menggeser payung kuning itu pada Seungmin yang menyebabkan kami sekarang sama – sama berlindung di satu payung. Aku tidak mau dia kehujanan.
“Aku mau ngomong sama kamu.”
Aku mengangguk. “Tapi aku mau ke seberang dulu. Mau beli makanan.” Ucapku sambil menunjuk stand penjual tteokbokki di seberang café.
“Aku ikut.”
🥇🥇🥇
Setelah membeli tteokbokki, aku dan Seungmin duduk berdua di dalam café milikku. Seungmin tadi membayarkan tteokbokki milikku. Sebenarnya sudah kutolak, tapi dia memaksa. Ya sudah lah..Jisung sedari tadi melayangkan tatapan terkejutnya padaku dari tempatnya membuat minuman karena melihat Seungmin dan aku bisa duduk berhadapan setelah semua yang terjadi pada kami. Aku pun mengode Jisung kalau akan menjelaskan padanya nanti.
“Kamu mau ngomong apa? Aku nggak punya banyak waktu.” Ucapku lalu menyuapkan sebuah tteokbokki ke mulutku. Laki – laki itu hanya diam dan memandangiku sambil bertopang dagu. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis.
“Nggak ada hal penting yang mau aku omongin sebenernya. Aku cuma pengen duduk terus ngomongin sesuatu yang nggak penting sama kamu. Atau ya.. nggak usah ngomong. Aku cuma pengen lihat wajahmu.” Ucapnya yang membuatku mendecih.
“Ini jam kerjaku, Seungmin. Bukannya kamu juga harus kerja? Dari bajumu, kamu kelihatan kayak orang sibuk.” Sindirku lalu menyuapkan sebuah tteokbokki lagi ke mulutku. Entah apa pekerjaan Seungmin saat ini, aku tidak tahu. Kalau dilihat dari bajunya sih, dia tampak seperti pekerja kantoran. Dulu cita – citanya adalah menjadi dokter, tapi entah sekarang. Mulutku penasaran untuk bertanya, tapi egoku lebih memilih untuk diam saja.
Seungmin lalu menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Oh ya. Aku kayaknya harus pergi sekarang.”
Laki – laki itu bangkit lalu meletakkan sesuatu di meja.
Sebuah susu pisang dengan sticky note biru langit menempel di sana dengan tulisan:
Aku rindu :)
“Aku pergi ya.”
Seungmin lalu pergi, menyisakan aku yang memandangi susu pisang ini lamat – lamat.
Payung kuning, susu pisang, dan sticky note dari Seungmin mengingatkanku akan masa lalu.
“Itu.. Seungmin, kan?” Jisung tiba – tiba duduk di hadapanku, di tempat yang tadi diduduki Seungmin. “Kok dia bisa sampek sini? Dia ngomong apa aja?”
Aku mengedikkan bahu. “Katanya mau duduk terus ngomong sesuatu yang nggak penting sama aku bahkan katanya dia cuma mau ngeliat wajahku. Nggak jelas, kan?”
Jisung lalu tertawa dengan keras. “Itu artinya dia rindu sama kamu, Ji. Jangan nggantungin dia terus kayak gitu deh. Dianya pergi lagi nanti kamu sedih.”
Aku lalu bertopang dagu kemudian menghembuskan napas panjang. “Nggak tahu. Aku nggak bisa kayak dulu. Kayak ada sesuatu yang nahan aku, tapi nggak tahu apa.”
Aku lalu memandangi orang – orang yang berjalan di luar café sambil memikirkan perasaanku lagi. Rasa rindu ketika melihat Seungmin itu ada, tapi seolah – olah tertahan di dalam sana. Ada suatu perasaan lain yang menahan rasa rindu itu pada Seungmin.
“Lebih baik kamu lihat ke perasaanmu lagi, Ji. Kalo kamu masih cinta sama dia, lebih baik kamu mulai buka hati lagi. Toh kamu juga belum tahu alasan dia pergi, kan? Mungkin kalo kamu tahu, kamu bisa buka hatimu lagi. Jangan menutup kesempatanmu untuk bahagia, ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part (Kim Seungmin) ✔
Fanfic"Kamu adalah suatu bagian terbaik dari hidupku yang membuatku merasa sempurna." Highest Rank: - 1 in #seungminstraykids (9/6/2020) - 2 in #seungminstraykids (1/6/2020) - 4 in #seungminstraykids (19/9/2020)