"Kamu adalah suatu bagian terbaik dari hidupku yang membuatku merasa sempurna."
Highest Rank:
- 1 in #seungminstraykids (9/6/2020)
- 2 in #seungminstraykids (1/6/2020)
- 4 in #seungminstraykids (19/9/2020)
“Partner, Ssaem? Yang benar saja!” Itu bukan aku yang berbicara, tapi Kim Seungmin. Laki – laki itu langsung menunjukkan protesnya ketika Choi ssaem menyelesaikan kalimatnya.
“Iya, kalian partner. Kamu dan Jikyung kemarin kan sama – sama mengikuti olimpiade biologi dan rasanya kinerja kalian berdua bagus. Maka dari itu aku menjadikan kalian partner untuk bisa berjuang bersama untuk olimpiade nasional ini. Mau kan?”
“Tapi, Ssaem. Kenapa harus dia? Kenapa bukan Hyunjin saja yang kemarin menjadi partnerku? Saya tidak yakin kalau dia akan sanggup.” Aku langsung menoleh cepat pada Seungmin. Apa – apaan dia? Kenapa malah menjelek – jelekkan aku? Sedari tadi aku diam saja, tapi kali ini aku harus menyuarakan hatiku.
“Maaf, Kim Seungmin. Atas dasar apa kamu bisa merendahkan aku kayak gini.” Ucapku dengan penuh rasa tidak terima.
“Ssaem, apa tidak bisa dia diganti saja?”
Hatiku sakit ketika Seungmin malah mengabaikan ucapanku. Menyebut namaku saja sepertinya dia tidak sudi.
“Hyunjin yang mewakili olimpiade fisika, Seungmin. Kamu sama Jikyung saja ya?” bujuk Choi ssaem.
“Tolong jangan meremehkanku sebelum kamu sendiri tahu aku ini seperti apa.” Ucapku, menunjukkan betapa tidak sukanya aku dengan kata – kata Kim Seungmin.
“Memangnya kamu sanggup? Aku nggak mau kerja sama dengan orang yang sukanya main – main.” Balasnya dengan masih merendahkanku. Aku menghela napasku. Selain berwajah datar, Kim Seungmin ternyata bermulut pedas dan aku tidak menyukainya.
Catat itu. Aku tidak menyukai Kim Seungmin!
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, saya permisi dulu, Ssaem.” Ucap Seungmin lalu melangkah keluar dari ruang guru.
“Saya permisi juga, Ssaem.” Ucapku lalu berlari mengejar Seungmin yang sudah keluar dari ruang guru. “Tunggu, Kim Seungmin!”
Laki – laki itu tidak menghentikan langkahnya karena mendengar suaraku. Aku yakin 100% kalau sebenarnya dia mendengar suaraku, tapi malas meladeniku. Aku pun mempercepat langkahku lalu berdiri di depan Seungmin dan merentangkan tanganku di depannya.
“Berhenti, Kim Seungmin! Aku mau bicara!”
Seungmin pun terpaksa berhenti dan menatapku dengan tatapan malas.
“Apa lagi?” tanyanya.
“Mungkin kamu bisa merendahkanku dengan kata – katamu sekarang. Tapi, bisa kubuktikan kalau aku sanggup untuk menjadi partnermu. Apa susahnya sih menerimaku jadi partnermu? Aku nggak akan menyusahkanmu. Lihat aja!”
“Nggak bisa.” Jawabnya lalu mulai melangkahkan langkahnya lagi, tapi kutahan lagi.
“Plis lah. Kasih aku kesempatan.”
Seungmin berdecak.
“Nggak.”
“Ayolah..”
“Kubilang nggak ya nggak.”
“Ayolaaah.. Kim Seungmin. Ya yaa ya?"
Seungmin menghela napasnya lalu membuangnya dengan kasar.
“Kuberi kamu satu kesempatan. Pulang sekolah nanti, kamu datang ke perpus. Aku mau tahu dulu kemampuanmu kayak apa.” Ucapnya lalu berjalan meninggalkanku. Benar – benar meninggalkanku dan masuk ke kelasnya yang tak jauh dari ruang guru. Aku hanya berdiam di tempatku sambil menatap punggungnya dengan tatapan tak suka.
Lihat saja, Kim Seungmin. Akan aku buktikan padamu kalau kamu tidak bisa merendahkanku dengan mudah. Kamu sudah salah karena merendahkanku. Sekali kamu merendahkanku, aku akan membuktikannya padamu kalau aku lebih dari sanggup untuk membalikkan kata – katamu itu. Lihat saja!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.