DI KANTIN

7.6K 541 17
                                    

Assalamualaikum....

Happy reading dan sorry for typo:)

E R S Y A




Ersya berusaha untuk fokus dengan materi yang tengah diterangkan oleh guru di depan sana. Akan tetapi fokus itu pecah tak kala kakaknya,Amel. Baru saja mengirim pesan kepadanya, menyuruhnya untuk ke kantin saat jam istirahat.

Apalagi yang akan diperbuat kakaknya itu, bukan Ersya tidak bersyukur mempunyai keluarga seperti mereka. Kasih sayang yang mereka berikan cukup membuatnya tak kekurangan kasih sayang karena sudah tak punya ayah. Bundanya bilang, jika ayahnya meninggal karena kecelakaan saat dirinya masih dalam kandungan.

Tapi yang membuatnya jengah adalah perlakuan mereka kepadanya yang menurutnya sangatlah berlebihan. Terlebih jika dirinya melakukn hal yang tidak mereka inginkan, mereka akan memberinya hukuman.

Kring....

Untuk pertama kalinya Ersya benci bel istirahat. Ia ingin mengundur waktu agar terbebas dari kakaknya itu. Bahkan dirinya masih merasa malu dengan teman sekelas, meski teman kelasnya cukup memaklumi dirinya.

"Baiklah anak-anak, akan kita lanjut minggu depan nanti. Silahkan persipakn power point untuk materi selanjutnya, satu per satu nanti akan ibu panggil untuk menjelaskan di depan. Selamat istirahat."

Setelah guru fisika yang mengajar tadi keluar, Ersya membenahi buku pelajarannya. Menata kembali alat tulisnya pada tempatnya.

"Sya, ayo ke kantin." Ajak Amilo sambil menepuk bahu Ersya.

Ersya terdiam sebentar,"Kalian aja, aku nggak laper."

"Duh, gimana ya Sya. Kak Amel nyuruh kita buat ngajak lo ke kantin." Geral merasa tak enak hati mengatakan itu, ia paham betul sahabatnya ini merasa tertekan.

"Lo tahu, kan? Kalo kita nggak bawa lo ke kantin kita bakal diapain?" Amilo kapok rasanya pernah membantah perintah Amel untuk tidak mengizinkan Ersya latihan basket, dan besoknya dirinya diintrogasi habis-habisan di atas rooftop.

Ersya paham betul kedua sahabatnya takut dengan kakaknya. Ya, bagaimana pun juga Ersya tidak boleh membuat kedua sahabatnya ini ikut dalam hukuman.

"Iya udah, ayo!"

Ersya akhirnya memilih untuk ikut ke kantin. Mereka bertiga berjalan menuju kantin, sesekali banyak yang menyapa mereka saat di koridor. Ersya hanya tersenyum kecil untuk membalasnya,sangat berbeda dengan kedua sahabatnya yang memasang tampang sok cool. Mereka berdua dengan santainya hanya melirik siapa saja yang menyapa mereka sambil memasukan kedua tangannya di saku celana. Melihatnya saja membuat Ersya ingin muntah

Sesampainya di kantin, Ersya belum melihat keberadaan kakaknya. Membuatnya sejenak bisa bernapas lega. Mereka bertiga duduk paling pojok, dekat dengan lapangan basket out door.

"Mau pesen apa lo pada?" tanya Geral.

"Gue seblak dower yang paling bikin bibir dower!" sahut Amilo antusias.

"Minumnya air mineral tapi juga sama susu pisang satu." Tambah Amilo yang membuat Geral berdecak.

"Satu aja kali minumnya," kata Geral menatap malas Amilo.

"Nggak bisa!" Tolak Amilo.

"Lo apa, Sya?"

"Gue bakso aja sama minumnya lemon tea, sambelnya banyakin, gue lagi pengin makan yang pedes."

"Oke deh." Geral berlalu menuju stand makanan.

Sampai sekarang Ersya belum menemui keberadaan kakaknya itu. Dan ia harap sampai jam istirahat berakhir kakaknya itu tidak menampakkan diri. Tapi Satu suara membuatnya menegang seketika.

"Ersya!"

Ersya menoleh ke belakang, karena memang posisinya sekarang membelakangi asal suara.

"Sini!"

Dengan malas Ersya menghampiri meja kakaknya. Ia kira Amel tidak akan datang ke kantin. Ternyata ramalannya salah besar. Sebelum menghampiri meja kakaknya,terlebih dulu Ersya pamit kepada Amilo.

"Ada apa, Kak?" tanya Ersya setelah sampai di samping meja yang ditempati kakaknya.

"Duduk!"

Ersya menurut, ia duduk di depan kakaknya di samping salah satu teman kakaknya.

"Mau makan apa?" tanya Amel seraya memilin jemari Ersya yang memang berada di atas meja.

"Sya udah pesen Kak."

"Pesen apa?"

Sebelum Ersya menjawab, Geral datang sambil meletakan pesananya tadi di atas meja di samping tangannya yang tengah digenggam kakaknya.

"Ini pesenan lo, Sya. Gue ke Amil dulu, yak?"

Ersya mengangguk, setelah itu Geral kembali ke mejanya yang masih di huni oleh Amilo.

"Kamu pesen apa ini?"

"Bakso." Ersya melepaskan genggaman kakaknya pada tangannya, bersiap memakan bakso.

Tapi sebelum Ersya menyendok satu butir bakso tersebut,mangkok di hadapannya diambil alih oleh kakaknya.

"Kenapa, Kak?" tanya Ersya malas.

"Kamu nggak boleh makan makanan pedas, ingat?" Amel menatap tajam Ersya.

Ersya memuymtar malas matanya,"Sya juga baru kali ini kok Kak. Sya lagi pengin makan pedas."

Sebenarnya ini bukan kali pertama dirinya makan makanan pedas. Mungkin sudah beberapa kali dirinya memakan makanan bercampur cabai itu saat tidak ada kakaknya. Bisa dibilang Amel kecolongan, mungkin?

"Nggak."

"Itu udah dipesen Kak, mubazir nanti."

"Ini buat Emeli!" Amel menyerahkan mangkok bakso itu ke samping kirinya.

"Weh makasih yo, gratis kan?" Emeli menyambut antusias bakso gratisannya.

"Hmm."

Ersya menghela napas, menatap baksonya yang sudah masuk ke dalam mulut orang lain. Berniat kembali ke kelas, Ersya beranjak dari duduknya. Tapi tangannya di cekal oleh kakaknya.

"Mau kemana?" tanya Amel ikut berdiri.

"Mau ke kelas. Percuma juga di sini, banyak aturan!"

"Ini buat kebaikan kamu,sayang. Sekarang duduk!" Amel mendudukan Ersya paksa.

Seluruh penghuni kantin sudah memusatkan fokus pada meja tengah yang diisi oleh perdebatan yang sebenarnya sudah biasa tapi selalu tampak tak biasa.

"Kakak pesankan bubur!"

"Ogah!Sya nggak suka, bubur itu lembek." Ersya menolak mentah-mentah.

"Tapi sehat!"

"Nggak."

"Terus apa? Nasi goreng?"

"Sarapan udah nasi goreng, ini mau nasi goreng lagi?"

Amel menghela napad,"Ya udah mau apa?"

"Batagor deh."

"Oke, tapi cuma pake kecap!"

Baru saja Ersga ingin membantah, kakaknya itu sudah berlalu menuju stand makanan yang menjual makanan yang tadi disebutnya. Kecap? 15 tahun, makan masih pakai kecap? Yang benar saja, turun sudah tampang cool-nya.

Tapi Ersya tak mau banyak bicara lagi. Terlalu malas meladeni kakaknya, yang pasti dengan kemenangan yang berpihak pada kakaknya. Meskipun entah untuk keberapa kalinya, Ersya harus menahan malu. Terlebih saat memdengar teman kakaknya yang terkikik geli. Rasanya Ersya ingin gerbang ke Venus, tapi panas.

Vote dan koment ya zeyeng:)

Terima kasih yang sudah baca dan salam kenal:')

E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang