DOKTER MENYEBALKAN

3.7K 287 31
                                    

Assalamualaikum


Happy reading and sorry for typo



E R S Y A




Saat ini Ersya sangat kesal kepada bundanya. Sampai rasa kesalnya sudah tidak bisa lagi dijelaskan baik menggunakan kata-kata ataupun bahasa isyarat. Teramat sangat kesal pokoknya. Bagaimana tidak? Ia meminta dipanggilkan doker, bukan bu Avril yang memang profesinya sebagai dokter sih.

Tapi dan tetapi, perlu di-BIU. Bold, Italic,and Underline. Bu Avril ini masuk ke dalam sederet fans-nya yang fanatic . Bu Avril akan sengaja memeriksanya lebih lama, terlebih pandangan dan gerakan memeriksanya tidak sinkron. Di mana kedua tangannya yang sibuk memeriksa,sementara kedua netra dokter berkepala tiga itu mengarah ke wajah tampanya.

Ersya sampai ragu jika bu Avril ini dokter beneran, atau dokter gadungan yang menyamar sebagai dokter aslinan. Perlu diteliti memang, apa iya bu Avril selalu memperlakuka pasiennya seperti ini?

"Bu?"

Ersya menghela napas,"Ibu?"

"Bu? Bu Avril?"

Lama-lama Ersya ingin sekali melempar sesuatu yang menyakitkan untuk dokter itu. Tapi takut kualat. Lagipula, kemana gerangan bunda tersayangnya itu? Segala meninggalkan dirinya sendiri dengan dokter mata kandang ayam ini lagi.

"Ibu dokter Avril?!"

"Eh iya Sya? Mana yang sakit?"

Ersya menatap datar sang dokter, lima belas menit tadi buat apa kalau bukan untuk memeriksa. Pakai tanya yang sakit mana, padahal sebelum memeriksa pun bu Avril sudah bertanya.

"Bu Avril niat nolongin Sya,'kan?"

"Niat dong sayang! Eh Sya." Bu Avril tersenyum malu-malu.

Ersya hanya menatap jengah, tak heran dan tak shock sekalipun medengar kata 'sayang' dari dokter  buaya itu.

"Sini, dokter periksa lagi ya?"

Ersya hanya diam saat bu Avril memeriksa lengan kanannya yang memang terasa nyeri.

"Lengan kamu patah Sya."

"Biar bisa nyambung lagi, gimana?"

"Kita balikan!"

Alis Ersya terangkat satu,"Emang udah pernah jadian?"

Skakmat! Bu Avril terdiam dengan wajah masamnya. Memilih untuk mulai mengobati luka-luka yang ada pada tubuh Ersya.Bahkan untuk menutupi rasa malunya, setelah selesai mengobati Ersya, mendadak bu Avril langsung menghampiri Gladis yang baru masuk ke dalam kamar Ersya kembali.

"Gimana keadaan Ersya?"

"Lengan kanannya patah, mungkin nanti jika beraktivitas Ersya harus mengenakan arm sling agar lengannya yang patah tidak banyak bergeser."

Gladis mengangguk,"Terima kasih ya dokter. Apa ada lagi yang parah?"

"Tidak ada, hanya lecet di beberapa bagian. Itu pun sudah saya tangani termasuk lengan yang patah tadi."

"Sekali lagi, terima kasih dokter."

Bu Avril mengangguk,"Sama-sama. Kalau begitu, saya permisi dulu.

"Ersya, kalau nanti ada keluhan, call me! Oke?"

Ersya membuang pandangnya, malas rasanya menatap dokter paling menyebalkan itu.

"ERSYA?!"

Ersya sampai dibuat terkejut olehnya. Dengan tidak berperasaan dan menghilangkan jiwa elagan-nya, Feris melangkah cepat tergopoh memasuki kamar Ersya sambil berteriak heboh.

"Ersya sayang, kamu gimana keadaannya?" tanya Feris setelah mendudukan dirinya di samping Ersya yang tengah terduduk sambil bersandar di kepala ranjang.

"Baik."

"Baik apanya?! Itu lengan kamu diperban?! Terus lecet-lecet itu kamu anggap baik?!"

Ersya menahan telinganya agar tetap bersabar memdengar suara melengking milik kakak sepupunya. Tak mau kalah dari mamanya, Manda dengan tidak elit langsung duduk di depan Ersya, segera mengecek semua sudut tubuh Ersya yang terlihat terluka,sekedar hanya untuk memastikan saja.

"Sya adam! wajar aja kalau cuma lecet-lecet. Sya juga nggak akan nangis bombay juga kalau cuma luka kecil kayak gini."

Plak

"Akhssst...sakit Kak Amel!" Ersya mengusap lengannya yang diperban. Dikira tidak nyeri san nyut-nyutan apa, saat dengan entengnya telapak tangan Amel menggepak lengannya yang masih sensitif.

"Kak Amel jangan gitu dong, baby Sya masih sakit!"

"Apaan sih bun! Babi, babi, babi. Kalau Sya babi, terus kalian apa?"

"BABY!" seru keempatnya yang berhasil menggema sempurna di gendang telinga Ersya.

"Iya bab-y." Ersya memilih untuk mengalah saja. Satu lawan empat macan liar, sungguh tidak seimbang dan akan sangat merugikan dirinya yang pasti akan kalah.

"Nah, baby Sya harus nurut sama bunda, sama mama,dan sama kakak-kakak saat sakit, ya? Jangan nakal! Besok jangan sekolah dulu, jangan banyak gerak, jangan beranjang dari ranjang atau sekedar turun dari ranjang pun, jangan!

"Tapi beso--"

"Besok kamu istot! ISTIRAHAT TOTAL." potong Feris dengan lantangnya yang membuat Ersya memberengut karena merasa kalah dengan intonasi suaranya.

"Besok ada ulangan ma."

"Kamu pinter sayang, ulangan susulan juga kecil buat otak sepantar Albert Eisten yang ada di dalam kepala kamu itu." Jelas Gladis yang membuat Ersya tambah kesal beribu-ribu kali lipatnya.

Merasa muak dan tidak ingin memperpanjang sesuatu yang bisa-bisa membuatnya mati muda. Ersya memilih untuk membaringkan tubuhnya, menarik selimutnya sampai sebatas dada dan mulai memejamkan kedua matanya.

"Sayang nanti bangun, ya? Harus makan terus minum vitamin!" Feris berucap pelan di sekitar telinga Ersya.

"Terus--"

"Iya mama, iya! Sya mau tidur jangan ganggu, kalau ganggu nanti Sya nggak bisa tidur!"

Akhirnya Ersya bisa memejamkan matanya dengan tenang. Meskipun terganggu dengan bisik-bisik bunda dan mamanya. Dan usapan-usapan kecil yang diberikan kedua kakanya.



Inilah THR buat kalian hehe... Semoga suka ya:)

Terima kasih buat semuanya, lope" deh😙 kalian the best pokoknya aku jd terhurah hiks

Oh iya, part selanjutnya nanti InsyaAllah aku mau kasih tau casy buat Amil sama Geral:)

Salam sayang dari Sya😙

E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang