AMILO DAN GERAL

2.6K 236 9
                                    

Assalamualaikum

Happy reading and sorry for typo



E R S Y A



Ersya memasuki kelasnya dengan Amel yang setia menuntun dirinya melangkah. Padahal kakinya juga baik-baik saja, jalannya juga normal seperti biasa. Tapi, ya terserah kakaknya saja. Ersya pasrah dan lelah menghadapainya.

Setelah satu jam yang lalu terjebak di kelas kakaknya. Akhirnya Ersya pun bisa keluar dari kandang mengerikan itu. Tentunya tidak mudah membujuk Amel yang kepalanya keras seperti batu. Ersya pun terpaksa harus mengeluarkan senjata andalannya, apalagi kalau bukan wajah memelas. Sebenarnya juga Ersya merasa geli sendiri dengan wajahnya yang memelas, tapi ya demi kelangsungan hidup,tak apalah.

Setelah duduk di kursinya, Ersya menatap Amel yang masih berdiri di sampingnya.

"Sya 'kan udah di kelas kak, kakak kenapa masih di sini?"

Amel menatap Ersya, lantas menatap seluruh isi kelas yang sudah memfokuskan pandangan mereka padanya dan Ersya.

Itu membuat seluruh penghuni kelas buru-buru mengalihkan pandangnya. Meski hanya raut datar yang ditunjukan Amel, tapi itu sudah berpengaruh buruk pada seluruh kelas.

"Iya, kakak juga mau ke kelas. Nanti istirahat kakak ke sini, kamu jangan kemana-kemana sebelum kakak ke sini, oke?"

Ersya mengangguk, lantas membiarkan Amel mendaratkan kecupan di dahinya.

"Jangan di acak kakak!" Kesal Ersha menyingkirkan tangan Amel yang tadi mengacal rambutnya.

Amel terkekeh,"Masih ganteng kok tenang aja."

"Kakak ke kelas dulu, oke?"

"Iya kak."

"Baik-baik, dan jangan nakal!"

"Sya bukan anak TK yang harus dibilang kayak gitu ya," sinis Ersya yang semakin gondok dengan tingkah kakaknya ini.

"Hehe, tapi kamu suka nakal. Dan kakak nggak suka!"

"Bye sayang..." pamit Amel yang hanya di balas deheman oleh Ersya.

Suasana kelas kembali seperti biasa setelah Amel resmi keluar dari kelas mereka. Masing-masing menghela napas lega dan ada pula yang mengusap dadanya.

Ersya pun hanya acuh, toh itu sudah biasa. Tak mau pikir pusing dengan teman-temannya yang mulai berghibah ria, Ersya memilih untuk mengeluarkan buku pelajaran. Tentunya menggunakan tangan kiri, karena ingat? Tangan kakaknya masih ngambek tidak mau digerakan.

Kegiatan Ersya tak luput dari kedua sababat pemuda itu. Amilo dan Geral tampak heran, kenapa dengan tangan kanan Ersya?

"Sya?" panggil Geral mendekati bangku Ersya.

"Hmm."

"Tangan lo, kenapa?"

"Patah."

"Kenapa bisa patah, Sya?" tanya Amilo yang juga ikut mendekat.

"Bisa."

Amilo dan Geral saling berpandangan. Seakan saling mengirimkan telepati tentang sikap Ersya yang terkesan dingin dan datar.

"Sya, lo masih marah sama kita?" tanya Amilo hati-hati.

"Nggak."

Glek. Geral merasa ada yang tidak beres dengan Ersya. Begitu pun Amilo yang hanya bisa terdiam setelah tadi Ersya menjawab tanyanya dengan nada kurang mengenakan.

E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang