Assalamualaikum...
Happy reading and sorry for typo
E R S Y A
Ersya menatap kosong ke depan, pandangnya seolah tak berminat untuk beralih menatap objek lain. Tangan kanannya sudah terlihat lebih baik dari seminggu yang lalu. Ersya bahkan sudah tidak lagi menggunakan arm sling. Kata dokter hanya butuh pemulihan total untuk mencapai sembuh.
Selama seminggu ini Ersya tidak sekolah, ia izin dengan keterangan sakit. Keluarganya ridak memgizinkannya untuk berangkat sekolah sebelum dirinya benar-benar sembuh total.
"Ersya?"
Ersya sama sekali tak mengindahkan panggilan dari bundanya yang baru saja masuk kamar. Ersya seperti kehilangan nafsu untuk melakukan aktifitas, meski hanya untuk bicara.
"Ersya? Hey!"
Ersya baru menoleh saat bundanya mengoyangkan sedikit bahu kirinya.
"Kamu makan dulu, ya? Bunda suapin."
Ersya menggeleng,"Mau Amil, bunda."
Ya. Sejak seminggu yang lalu setelah pertengkaran yang tidak terduga terjadi. Sampai sekarang Amilo tidak kembali menghubungi Ersya. Pun juga Geral yang seperti tidak mau menjadi pihak di salah satu antara mereka.
Gladis menghela napas,"Kamu mau apa emangnya?"
"Sya mau minta maaf, Sya udah bikin Amil sedih, Sya salah bunda..."
"Mulai sekarang, bunda nggak mau lihat kamu sama mereka! Sama Amilo dan Geral. Jauhi mereka!"
Dahi Ersya mengernyit setelah mendengar itu. Kenapa bundanya tiba-tiba meminta dirinya untuk menjauhi kedua sahabatnya?
"T-tapi, kenapa?"
"Karena bunda nggak suka. Mereka itu yang buat kamu jadi pembangkang!"
Jelas Ersya langsung tidak terima,"Bunda. Mereka itu sahabat Sya, mereka udah kayak saudara bagi Sya. Tolong, jangan suruh Sya buat jauhin mereka, bunda."
Gladis melengoskan pandangnya. Tidak mau melihat wajah memelas anaknya yang bisa saja merobohkan niatnya. Karena sebisa mungkin ia akan tetap mempertahankan Ersya dalam pelukannya. Ia tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya. Tidak mau.
"Bunda?"
"Bunda bilang jauhin, ya jauhin! Kamu kenapa sih, sekarang tuh nggak pernah nurut sama bunda. Pembangkang!"
"Bunda jahat!"
"Terserah mau bilang apa, tapi keputusan bunda nggak bisa diganggu gugat! Kamu nggak boleh temenan lagi sama mereka."
Ersya menatap bundanya dengan kecewa,"Kalau Sya jauhin mereka. Sya mau sama siapa, bunda? Sahabat Sya cuma mereka, teman main Sya juga cuma mereka. Bunda tega Sya nanti nggak punya teman kayak dulu?"
"Ini demi kebaikan kamu, sayang."
"Kebaikan apa?!"
Gladis diam, ia berusaha untuk tetap tenang agar amarahnya mendingin dan bisa redam. Gladis tidak sedang ingin marah kepada Ersya. Tapi sepertinya putranya itu memancing dirinya agar memuntahkan segala amarahnya yang ditahan sedari tadi.
"Kamu pilih sekarang, kamu masih mau temenan sama mereka. Atau...atau kamu akan lihat bunda dalam liang lahat besok!"
Bola mata Ersya melebar, maksud bundanya ini apa? Kenapa segala membawa liang lahat? Tempat peristirahatan manusia untuk terakhir kalinya.
"M-maksud, bunda?"
Gladis menatap Ersya datar,"Bunda rasa kamu sudah tahu maksud bunda. Ingat! Bunda tidak pernah main-main dengan ucapan bunda. Kali ini bunda nggak akan biarin kamu bantah lagi, kamu itu anak bunda yang penurut! Jadi, tetaplah penurut sampai kapan pun itu."
"Bunda keluar, kamu pikirkan penawaran bunda tadi. Jangan lupa makan! Kalau bunda ke sini lagi lihat piring itu masih ada isinya, bunda nggak akan segan-segan pasang selang dihidung kamu!"
Setelah itu Gladis keluar dari kamar, meninggalkan Ersya yang menunduk. Pikiran pemuda berusia 16 tahun itu dipenuhi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika dirinya memilih salah satu di antara pilihan yang ditawarkan bundanya.
Jujur. Ersya tidak bisa berpisah dengan kedua sahabatnya. Amilo dan Geral. Mereka berdua adalah dua siswa yang mau dekat dengannya sewaktu SMP dulu. Di saat semua murid lainnya memandang dirinya aneh karena selalu diantar jemput sampai ke kelas. Mereka berdualah yang menawarkan dirinya sendiri, mendekat, dan mengajukan hubungan persahabatn untuknya bergabung. Tentu setelah itu, Ersya lebih tahu banyak tentang dunia luar. Karena sedari kecil, dunianya hanya seputar tentang dirinya, bunda, mama, kak Amel, dan Kak Manda. Keluarganya tidak pernah mengizinkan dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain saat di rumah. Bahkan ART sekalipun.
Amilo dan Geral selalu bisa mengerti keadaan dirinya. Tahu jika dirinya sedang sedih atau pun tertekan. Mereka paling tahu bagaimana dirinya dengan keluarganya.
Tapi di sisi lain, Ersya sangat menyayangi bundanya. Tidak akan ada seorang anak yang rela bundanya berada di liang lahat saat belum waktunnya. Bahkan mungkin saat pada waktunya pun pasti akan sangat menyakitkan. Ersya tidak bisa, mendengar kalimat itu saja dari bundanya membuatnya gemetaran.
Ersya yakin, bundanya memang tidak main-main. Bundanya tidak bercanda saat hal yang menyangkut dirinya yang diputuskan.
Ersya bimbang, ia harus apa dan bagaimana?! Dirinya tidak bisa berpisah dengan kedua sahabatnya. Begitu pun dengan bundanya, ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui,dan merawatnya sampai sekarang.
Ersya tidak bisa memilih. Kepalanya terasa seperti ingin pecah untuk sekedar memikirkan kedua pilihan itu.
Ersya menatap nakas di sampingnya. Ada piring berisi makanan yang sudah disiapkan bundanya. Ersya mengambil piring itu, berniat untuk memakannya. Karena bagaimana pun juga ia tidak mau merasakan selang itu kembali masuk ke hidungnya.
Pernah sewaktu dirinya masih duduk di bangku merah putih, ia terpaksa menggunakan selang untuk memasukan segala nutrisi ke dalam tubuhnya karena dirinya terus menolak makan. Bukan apa, tapi waktu itu ia sakit dan tidak mau memakan bubur. Tapi keluarga kekeh memaksanya. Terpaksalah jalur pasang selang diambil keluarganya.
Selama itu pula, seminggu Ersya harus dikurung di dalam kamar. Tanpa boleh beranjak sedikit pun dari ranjang.
Ersya memakan makananya dengan ogah-ogahan. Ersya merasa mual saat makanan itu berhasil masuk ke dalam mulutnya. Entah nanti bisa habis atau tidak. Tapi Ersya rasa, tidak.
Huyu....terimakasih untuk semuanya❣️maaf baru bisa up. Akhir-akhir ini hp aku pindah tangan ke adikku,apalagi kalau buat kain game. Aku jadi jarang pegang hp, sekalinya pegang cuma buka wa kalo gak ya intagram itu pun cuma sebentar sebelum hp aku kemabli ke tangan adek.
Cuma mau ucapin terima kasih untuk segala support-nya❤
Maaf ya kalo gak puas sama part ini, ide aku lagi mampet. Baik di Ersya, Pater?, maupun elegi kirana
Harap maklum:)
Sayang dari Sya❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)
Fiksi RemajaBebas. Satu kata yang selalu didambakan Ersya dari dulu. Tinggal satu atap dengan empat perempuan yang ia sayangi tidaklah membuatnya merasakan apa itu kebebasan. Tidak boleh itu, dilarang ini, jangan begitu. Semua sudah ada aturan dan hukumannya, s...