Assalamualaikum....
Aku double up hari ini, baru aja tadi selesai ngerjain tugas online:v Ngebut banget heheh
Kalian dari kota mana?
Lain hari gak tau bisa double up apa nggak, karena...bentar lagi aku juga mau UKK
Happy Reading and Sorry For Typo:)
E R S Y A
Ersya berdecak kesal saat mengetahui kedua ban motornya kepes. Tak ada sedikit anginpun dalam ruang bundar ban motornya itu. Pikirnya. Kenapa bisa ban motornya kepes seperti ini, padahal tadi pagi ban motornya biasa saja dan normal.
"Motornya kenapa?"
Ersya mengalihkan atensinya ke asal suara. Ersya menghela napas, kini niatannya yang ingin kabur dari kakaknya agar tidak pulang bersama luntur sudah. Ban motornya kempes dan kakaknya menghampirinya.
"Kempes."
"Ya udah, ayo pulang!" Amel menarik tangan Ersya, akan tetapi Ersya hanya diam di tempat.
"Ayo!" Amel menatap Ersya yang tetap tidak bergerak meski tangannya yang sudah di tarik.
"Kakak yang kempesin ban motornya,kan?"
"Atas dasar apa kamu nuduh kakak kayak gitu?!"
"Ya kalo bukan kakak siapa lagi?"
"Kempes sendirilah."
"Nggak mungkin Kak, tadi pagi aja masih baik-baik aja. "
"Bukan kakak." Amel melengoskan pandangannya.
"Jujurlah kak, kakak yang kempesin ban motor Sya,biar Sya pulang sama kakak!"
"Kalo iya,Kenapa?! Kakak sudah bilang sama kamu tadi pagi,Kamu. Pulang. Sama. Kakak!"
"Egois!"
"Ini buat kebaikan kamu!"
Ersya melepas tangan Amel yang menggenggam tangannya, lantas berlari menuju gerbang. Meninggalkan kakaknya dan juga motornya.
"ERSYA...!"
Ersya tak mengidahkan teriakan Amel, ia terus berlari menuju halte dekat sekolahnya. Lebih baik pulang dengan kendaraan umum, dari pada bersma keluarga. Apalagi jika mengingat dirinya yang tadi pagi kabur, ah lebih tepatnya melarikan diri.
Dengar. Ersya merasa dirinya ini tidak penurut dan lebih suka membangkang. Tapi jika sudah terkena hukuman,ia akan menyesal senyesal-nyesalnya.
Ersya melengkungkan bibirnya ke atas saat melihat satu kendaraan angkot tengah menuju ke arahnya. Buru-buru ia lambaikan satu tangannya ke arah jalan guna memeberhentikan angkot tersebut. Memberitahu kepada sang sopir bahwa ia akan menjadi salah satu penumpangnya.
Setelah angkot sampai di depannya, Ersya bisa melihat jika penumpang di dalam angkot tersebut sudah penuh. Tapi sepertinya masih muat untuk dirinya di bangku tepat di belakang sang sopir.
Saat Ersya bersiap untuk masuk ke dalam angkot, bahkan kedua tangannya sudah bertumpu di ambang pintu angkot tersebut, tasnya ditarik ke belakang. Membuat dirinya mundur beberapa langkah.
"Bagus ya kamu! Mau kemana, hah?" Gladis menarik tas Ersya.
Ersya terkejut dengan tindakan bundanya, kenapa bundanya ada di sini? Dan rasanya Ersya ingin mengumpat sembari mengabsen penguhuni kebun binatang. Mamanya, Kak Manda,dan Kak Amel berdiri tepat di belakang bundanya, tentunya dengan tatapan tajam masing-masing.
Ersya hanya bisa menelan salivanya dengan susah payah, tamatlah riwayatnya. Dengan nekat Ersya melepaskan tasnya, lantas segera masuk ke dalam angkot dengan brutal.
"Bang ayo jalan! Jalan bang!"
"Eh tapi mas, ibunya, ya?" Bukannya menjalankan angkot, sang sopir malah kepo di saat yang tidak tepat.
"Kepo banget sih! Jalan bang!" Ersya merasa frustasi sekarang.
"Turun!"
Gladis masuk ke dalam angkot dan dengan segera ia menarik Ersya untuk keluar.
"Nggak! Sya mau naik angkot."
"Turun Ersya! Kamu pulang sama bunda!"
Ersya sudah tidak duduk di bangku, tapi duduk di lantai angkot dengan posisi tangannya yang terus di tarik oleh bundanya.
Sementara itu, penumpang angkot lainnya menahan tawa dan geli. Melihat Ersya yang menurut mereka tampan dan imut-imut menggemaskan,menolak untuk ikut bersama bundanya. Bagi mereka ini adalah tontonan gratis sekaligus untuk menyegarkan mata mereka, tak terkecuali sang sopir yang ikut serta menonton.
"Ih....ayo pulang!"
"Nggak mau!"
"Pulang!"
"Sya nggak mau!"
"Mama sini! Bantuin bunda bawa anak nakal ini!"
Feris dengan sigap langsung ikut serta menurunkan Ersya. Jika Gladis menarik tangan Ersya,maka Feris bertugas menarik kedua kaki Ersya. Membiat Ersya kelimpungan dana khirnya jatuh di pelataran halte.
"Awws..." Ersya mengusap sikunya yang tidak sengaja bergesekan dengan semen lantai pelataran halte.
Buru-buru Ersya berniat untuj masuk kembali ke dalam angkot, tapi baru satu kaki yang masuk ke dalam angkot, tubuhnya di tarik ke belakang dan cekal oleh bunda beserta mamanya.
"Jalan bang!" Manda menggedor kaca angkot.
"Jangan bang! Saya mau naik." Ersya meronta sambil menahan nyeri di sikunya.
"Gak jalan aja bang!" Amel ikut serta menyuruh angkot itu untuk bergerak.
"Nggak bang! Saya mau naik!"
Sopir angkot itu menymbulkan kepalanya keluar jendela,"Ini jadi nggak?"
"Jadi."
"Nggak."
Secara bersamaan Ersya dan keempat perempuan tersayangnya itu kompak membalas. Pasti tahu siapa yang menjawab 'jadi' dan 'nggak'.
"Ck. Gimana sih?!" Sopir itu mengusap tengkuknya yang tak gatal.
"Ini ambil! Sekarang jalankan angkot ini!" Manda memberikan beberapa lembar uang biru kepada sang sopir.
Sontak hal tersebut disambut dengan senang hati oleh sang sopir. Tanpa basa-basi lagi sang sopir menjalankan angkotnya,setelah sebelumnya membunyikan klakson.
Suara klakson itu terdengar mengejek di telinga Ersya. Napas Ersya memburu menahan amarah, malu sekaligus kesal.
"Dasar sopir matre!" celetuk Amel sambil menatap angkot yang mulai menjauh.
Jangan lupa vote dan koment
Terima kasih dan salam kenal:')
KAMU SEDANG MEMBACA
E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)
Novela JuvenilBebas. Satu kata yang selalu didambakan Ersya dari dulu. Tinggal satu atap dengan empat perempuan yang ia sayangi tidaklah membuatnya merasakan apa itu kebebasan. Tidak boleh itu, dilarang ini, jangan begitu. Semua sudah ada aturan dan hukumannya, s...