SARAPAN

3.2K 309 23
                                    


Assalamualaikum



Happy reading and sorry for typo

E R S Y A





Ersya melangkah santai, kalau bukan karena ada rapat, mungkin ia kini sudah terbirit menuju kelasnya. Tapi pengumuman yang didengarnya tadi menjadikannya sekarang melangkah dengan santuy. Tanpa peduli nanti akan kena marah oleh guru killer sang ahli kimia di pelajaran pertama.

Bahkan di sepanjang koridor masih ramai oleh pada murid yang asik berkerumun menebar gosip sampai saling bertukar berita ter-update. Tak jarang banyak siswi juga yang bertegur sapa dengannya, seperti biasa pula Ersya hanya membalas semestinya. Tidak berlebihan.

Sesampainya di kelas, saat hendak memasuki pintu kelasnya, Ersya terhenti di ambang pintu. Menatap malas ke arah Amel yang sudah stand bye dengan kawanannya. Duduk dengan sikap bossy di bangkunya, memandang tajam  siapa saja yang membuatnya risih.

Ersya jadi meragu untuk masuk ke kelas, pasalnya jika kakaknya hanya memberikannya sarapan terus pergi, itu tidak masalah. Dan Ersya tahu tabiat kakaknya itu, pasti akan menunggu dirinya sampai sarapan itu habis di makan olehnya.

Oke. Ersya sekarang memutuskan untuk berbalik, dan akan lebih baik melarikan diri ke rooftop atau mungkin toilet sampai rapat guru selesai. Ya, sepertinya itu ide yang tidak terlalu buruk.

Namun baru saja ia ingin membalik tubuhnya. Suara yang yang terdengar tenang tapi sarat akan penekanan dan ancaman menghentikannya.

"ERSYA!"

Ersya menggigit bibir dalamnya, menatap kakaknya yang juga tengah menatap dirinya tajam. Suasana kelasnya tiba-tiba menjadi tegang dan tak enak di pandang. Semua yang di dalam kelas terhenti dengan tubuh kaku dan tak berani untuk sekedar bergerak se-inci pun. Bahkan raut kedua sahabatnya sudah sangat sulit dideskripsikan. Mereka seperti menahan sesuatu yang harusnya dikeluarkan. Semenakutkan, itukah?

"Masuk!ngapain di pintu?!" Amel masih duduk di bangku Ersya. Tapi tatapannya, elang pun kalah.

Ersya mengusap tengkuknya yang sama sekali tak gatal. Itu hanya sebagai pelampiasan untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Masuk!"

Ersya menghela napas, lantas melangkah memasuki kelasnya dengan enggan dan tampak malas serta terpaksa. Pupus sudah rencananya yang berniat untuk kabur, sekedar untuk bersembunyi di toilet pun tak ada harapan.

Sampai di samping mejanya, Ersya tak berniat untuk membuka suara. Bahkan ia tak menatap kakaknya, terlalu ciut nyalinya.

Amel berdehem, lantas bangkit dari bangku yang sedari tadi didudukinya. Ditatapnya Ersya yang masih menunduk dengan kedua tangan yang memainka tali tasnya.

"Duduk!" titah Amel yang langsung dituruti Ersya.

Saat ini Ersya seperti kucing yang takut pada anjing. Atau mungkin anak TK yang tengah dimarahi ibunya. Mungkin lagi seperti hewan peliharaan kepada majikannya.

Amel menyiapkan kotak makan, sendok yang sebelumnya sudah ia mengusap kembali dengan tisu walaupun sebelumnya sudah bersih. Botol minum transparan yang berisi air putih dan sekotak susu fullcream.

"Makan. Tadi pagi belum sarapan, 'kan?"

Jika kalian ingin tahu bagaimana reaksi teman satu kelas Ersya, mereka terdiam berjamaah. Begitu pun kedua sahabat Ersya. Amilo, melongo dengan kedua belah bibir teruka lebar ditambah kedua matanya melotot. Geral, ia meringis melihat sahabatnya yang seperti menahan malu.

E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang