"Lo tahu di mana Amil 'kan, Ral?" Ersya menatap Geral yang tengah fokus pada benda persegi milik sahabatnya itu.
"Ral?" panggil Ersya kala Geral tak kunjung menyahut.
"Ral? Geral?"
"Ge--"
"Apa?!" potong Geral menatap datar Ersya.
Alis Ersya menyatu,"Lo marah, Ral? Lo marah sama gue?"
Geral membuang napasnya kasar "Gue nggak marah sama lo, gue cuma nggak mau nanti disangka ada di pihak salah satu di antara lo sama Amil."
Ersya menatap Geral yang kini tengah memasukan alat tulisnya ke dalam tas,"Lo nggak perlu milih Ral. Tolong...kasih tahu gue Amil sekarang ada di mana?"
"Gue nggak tahu," ucap Geral sembari memakai tasnya.
"Nggak mungkin lo nggak tahu! Amil sama sekali nggak angkat panggilan dari gue, dan pasti Amil hubungin lo! Nggak mungkin kalo nggak."
"Lo mau apa tanya Amil sekarang ada di mana, Sya?"
"Gue...gue mau minta maaf."
Geral memasukan tangannya ke dalam saku celana abunya,"Lo nggak perlu khawatir, Amil pasti baik-baik aja. Nanti gue coba bicara sama dia. Dan kayaknya lo harus berpikir berjuta kalo mau pergi minta maaf ke Amil, gue duluan," ucap Geral lantas melenggang keluar kelas.
Ersya mengikuti gerak Geral yang melangkah menuju pintu. Dan saat itu juga Ersya paham apa yang dikatakan Geral tadi. Ia tidak akan bisa pergi untuk meminta maaf pada Amilo karena kakaknya sudah stand by di depan pintu kelasnya sambil bersedekap dada.
Niat yang akan kabur menemui Amilo setelah pulang sekolah gagal sudah. Padahal ia sudah menyusun rencana setelah ia menadapat informasi keberadaan Amilo dari Geral, ia akan langsung tancap gas kabur tentunya dengan sembunyi-sembunyi.
Tapi sekarang? Ersya hanya bisa melangkah lesu menuju pintu kelasnya. Pipi kirinya masih terasa perih akibat tamparan kakaknya. Mungkin akan ada bekas memerah nantinya.
"Ngomong apa aja sama Geral tadi?"
Ersya menatap Amel,"Nggak ngomong apa-apa."
Amel menaikan satu alisnya,"Jangan bohong!"
"Nggak kok," ucap Ersya cepat lantas keluar kelas dengan posisi menyamping kala melewati pintu karena tubuh kakaknya menghalangi banyak ruang jalannya.
"Jangan coba-coba berbohong Ersya, jangan membuat kakak atau yang lainnya bermain kasar sama kamu yang sekarang pembangkang!"
Ersya menghentikan langkahnya, menghela napas sejenak, lantas berbalik dan menatap kakaknya,"Sya nggak akan jadi pembangkak kalau peraturan kalian nggak bikin ruang gerak Sya sempit! Sya manusia kak, Sya bukan robot yang harus nurut sama kalian!"
"Omong kosong!"
Amel menarik paksa Ersya menuju parkiran. Bahkan ia dibantu oleh antek-anteknya untuk menyeret adiknya lantaran Ersya yang selalu memberontak.
Sementara Ersya hanya bisa diam sambil sesekali meringis kesakitan saat tangan kanannya lagi-lagi tertekan. Ersya pikir, apa mereka yang tengah menyeretnya tidak lihat bagaimana kondisi tangannya sekarang?!
"Akhs...sakit kak...."
"DIAM!"
Amel mendorong Ersya masuk ke dalam mobil yang di dalamnya ternyata sudah ada bunda beserta mamanya.
"Ssstt....sakit bunda," ucap Ersya tergugu saat bundanya malah menekan tangan kanannya.
"Bunda nggak suka kamu kayak gini! Kamu itu anak bunda yang penurut," ucap Gladis sembari mendekap erat Ersya. Membiarkan putranya itu menumpahkan air mata yang kini telah membasahi setelan kantornya.
"Sa-sakit bunda..."
Sungguh Ersya tidak bohong akan rasa sakitnya. Tangan kanan yang masih dalam proses penyembuhan nyeri tiada tara. Membuat air matanya tak bisa dibendung lebih lama.
"Stuss...iya-iya, bunda minta maaf, oke?"
Ersya mengangguk pelan, ia harus bisa jinak di depan keluarganya. Jangan sampai ia lepas kendali sebelum waktunya. Ia tidak mau bermain brutal sekarang, ia harus bisa bermain halus untuk segera meraih bebas yang sedari dulu diidamkannya. Ya, kali ini ia akan menggunakan IQ-nya yang tidak perlu diragukan lagi. Ia harus bermain pintar!
"Ersya?" panggil Feris sambil mengusap punggung Ersya yang sesekali masih terguncang karena sesenggukan.
Amel sesekali melirik melalui kaca depan mobil sambil menyetir, ia tidak tega melihat Ersya yang rasanya sudah tidak bisa seperti dulu. Amel sadar, adiknya itu sudah beranjak remaja dan pasti rasa keingintahuannya besar. Tapi rasa takut akan kehilangan membuatnya dan keluarga harus mati-matian menjaga Ersya. Jangan sampai orang yang kabarnya sudah kembali ke tanah air bisa merebut Ersya adik kesayangannya. Tidak akan Amel biarkan itu.
"Ersya?" ulang Feris.
"I-iya?" tanpa melepaskan diri dari bundanya, Ersya menyahut.
"Mama, bunda, kak Amel, sama Kak Manda itu sayang sama kamu. Itu sebabnya kita nggak mau kamu kenapa-napa, kamu itu cahaya bagi kami, sayang. Kamu itu satu-satunya laki-laki yang harus kita lindungi dari lingkungan luar," jelas Feris salam sekali tarikan napas.
Ersya melepas pelukan bundnya, lantas menatap mamanya,"Sya tahu kalian sayang sama Sya. Tapi Sya hanya butuh sedikit bebas, ma. Jujur, Sya iri sama teman-teman Sya yang bisa main sepuasnya di luar rumah tanpa terlibat peraturan apapun, mereka sepeeti burung yang bisa terbang bebas. Kenapa Sya nggak boleh?"
"Kamu tidur, ya? Kayaknya kamu udah ngantuk," ucap Gladis sembari membawa kepala Ersya bersendar pada dadanya.
Ersya menatap bundanya,"Kenapa setiap kali Sya tanya, kalian seolah menghindar?"
"Sya kamu masih kecil dan belum bisa memahami situasinya," ucap Feris lembut.
"Kecil, ma?! Sya udah 16 tahun ma! Sya bukan lagi remaja yang pantas dianggap masih kecil!"
"CUKUP! Sekarang Sya tidur, bunda nggak mau nanti lepas kendali dengan berakhir main kasar sama kamu!"
Ersya terdiam, ia mengalihkan pandangnya. Melengos sembari menatap jalanan dari balik jendela mobil. Tapi tiba-tiba kepalanya kembali mendarat di dada bundanya.
"Tidur sayang, bunda nggak mau lihat kamu kayak gini."
Ersya mengalah, ia menutup kedua matanya hingga mimpi menguasai alam bawah sadarnya. Sementara Gladis mengusap kepala belakang Ersya sambil sesekali menghela napas gusar.
Ini aku double hehe, maapin kalo agak aneh yak, soalnya langsung up setelah ditulis:)
Oh iya, cast tokoh lainnya nyusuk ya, sambil aku cari" yg cocok
Makasih buat kalian yang senantiasa memberi support, vote, koment, dab membaca cerita yang alur masih amburadul ini hehe
Tolong ingetin aku kalo ada salah dalam penulisan, atau saran agar cerita ini lebih baik ke depannya. Aku suka tau kalo dikoment, tapi pakai bahas yang sopan yak, biar aku gak makan ati. Aku oeangnya baperan solanya hehe
Salam sayang dari Sya😉
KAMU SEDANG MEMBACA
E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)
Ficção AdolescenteBebas. Satu kata yang selalu didambakan Ersya dari dulu. Tinggal satu atap dengan empat perempuan yang ia sayangi tidaklah membuatnya merasakan apa itu kebebasan. Tidak boleh itu, dilarang ini, jangan begitu. Semua sudah ada aturan dan hukumannya, s...