HOMESCHOOLING?

2.9K 286 36
                                    

Assalamualaikum...

Happy reading and sorry for typo

E R S Y A

"Eugh..."

Kedua mata yang dibingkai buku mata lentik itu mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Dia Ersya, pemuda yang baru saja membuka mata dari tidur tidurnya.

Perlahan Ersya bangkit, duduk, dan merenggangkan otot tubuhnya. Ersya melangkah menuju kamar mandi, ia mencuci mukanya dan menggosok gigi. Tidak ada sedikit pun niatan untuk mandi, karena bagi Ersya, ia mandi atau tidak mandi tetap tampan. Ingat, tampan! Bukan manis atau pun cantik.

Selesai dengan urusannya di kamar mandi, Ersya keluar dengan wajah yang lebih fress dari sebelumnya. Ersya menyisir rambutnya dengan hari-jari tanganya, lantas hendak keluar kamar untuk menuju ruang makan.

Bahkan Ersya tak mempedulikan dirinya yang masih menggunakan baju tidur bergambar tedy bear. Ia juga tidak tahu, kenapa kostumnya sudah betubah seperti ini. Seingatnya semalam, ia tidak mengganti bajunya sama sekali.

Ah, rasanya Ersya sempat lupa jika bundanya itu yang pasti mengganti bajunya. Bundanya sungguh aneh, di usianya yang sudah 16 tahun, seharusnya bundanya itu tidak perlu berlebihan, bukan?

Dahi Ersya mengerny8t saat knop pintu yanh ditariknya tak menimbulkan reaksi apapun. Erdya loading, mungkin nuawanya masih tertinggal satu. Sampai beberapa kali matanya mengerjao setelah menyadari sesuatu.

"Dikuncikah?"

Ersya mencoba menarik kembali knip pintu itu, dan hasilnya sama. Ersya mulai merasa ada yang tidak beres. Haruskah ia berteriak? Tapi belum minum, eh!

Diedarkannya pandang ke penjuru ruang kamarnya. Maniknya berhenti tepat di pintu balkon yang juga betnasib sama dengan pintu kamarnya. Ersya melirik jam dinding yang menunjukan pukul tujuh pagi. Beruntungnya hari ini tanggak merah, jadi ia tidak petlu repot-repot shock karena merasa terlambat.

Ersya menghela napasnya, mengumpulkan banyak tenaga untuk....

"BUNDA..." Teriak Ersya dibarengi dengan ketukan pintu secara brutal.

"BUNDA...MAMA...KAKA AMEL...KAK MANDA...BUKA PINTUNYA...."

Ersya meraup oksigen tak sabar. Naapsnya terasa sesak, karena berteriak dengan sekali tarikan napas.

"Bunda..." lirih Ersya sedikit dengan nada merengek. Berharap bundnaya itu mendengar.

Dan benar saja, beberapa saat setelah lirihan Ersya. Bunyi kunci diputar dari balik pintu terdengar, membuat Ersya tersenyum dan sedikit memundurkan langkahnya.

"Pa-pagi, bunda," sapa Ersya gugup. Pasalnya yang dilihatnya bukan seperti bunda Gladis seperti biasanya. Bundanya yang sekarang ini tampak kacau dengan kantung mata yang luar biasa hitam.

"Ersya kenapa di sini?"

"Em...Sya baru bangun bunda."

"Iya, tahu. Tapi kenapa di depan pintu? Udah kamu tidur lagi aja, ya?" Gladis hedak membalik tubuh Ersya untuk dituntunnya menuju ranjang.

"Lho..Sya, kan, baru bangun."

"Udah kamu tidur lagi aja, ya? Istirahat."

Ersya menatap bundanya bingung, sepertinya ia mulai mencium hal rahasia di keluarganya. Ersya betusaha tenang di hadapan bundanya, Ersya tersenyum kecil."Bunda, kenapa? Bunda sakitkah? Kenapa kantung mata bunda hitam?"

Ersya menyentuh kulit wajah bundanya yang masih kencang dan terawat. Ada setitik rasa sakit saat melihat betapa mirisnya kantung mata sang bunda dengan kukit wajahnya yang terlihat sangat pucat. Ersya yakin bundanya pasti tidak tidur dan sehabis menangis, dilihat dari kelopak matanya yang sembab.

Gladis sendiri yang mendapat perlakuan seperti itu terenyuh. Ia jadi teringat saat Ersya masih SD dulu, sering bersikap manis dan sedikit manja padanya. Tapi sekarang Ersyanya sudah mulai dewasa dan jauh dari kata manja.

"Sekarang kita ke bawah ya, bunda? Sya laper." Tanpa menunggu jawaban dari bundanya, Ersya langsung keluar dari kamar menuju ruang makan.

"ERSYA..." Teriak Gladis dari arah ujung tangga atas,lantas berlalu menyusul Ersya yang sudah sampai di meja makan.

Ersya menarik bangku untuknya duduk, lantas tanpa memandang lagi sekitarnya, Ersya langsung mengambil nasi goreng kesukaannya yang dicampur sawi dan sosis itu

"Siapa yang izinin kamu buat keluar kamar?"

Ersya mengurungkan niatnya yang hendak menyuap satu sendok nasi goreng kesukaannya. Ia menatap mamanya dengan kening mengkerut,"Emang Sya nggak boleh keluar kamar, mama?"

"Nggak."

Ersya menelan ludahnya kasar. Sungguh mamanya ini sangat menyeramkan, nada bicaranya saja datar dan terkesan dingin.

"Tapi kenapa? Sya, kan, laper. Mau makan nggak boleh?"

Feris menghela napas,"Mulai sekarang kamu homeschooling."

"Hah?"

"Kamu denger, Sya!" Amel menatap tajam Ersya.

Ersya menatap mamanya dan Kak Amel bergantian,"Ta-tapi kenapa?"

"Udah, homeschoolung itu seru tahu." Tiba-tiba Manda keluar dari dapur membawa satu piring nugget.

"Seru, kak? Seru dari mananya? Sya nanti nggak ada teman dong."

"Baguslah, lagian zaman sekarang pergaulan remaja mulai tidak benar."

Ersya melongo dengan masih memegang sendoknya yang berisi nasi goreng."Sya, kan, kalau mau bergaul sama siapa pun juga izin, ma. Lagi pula Sya satu sekolah sama kak Amel, " ucap Ersya membela diri. Karena kalau bukan dirinya, siapa lagi?

"Sayang, bunda khawatir tadi. Takutnya nanti kamu kenapa-napa." Gladis yang baru saja sampai di meja makan langsung memeluk Ersya erat dari belakang.

Ersya melirik sekilar bundanya di belakang,"Bunda. Masa kata mama Sya homeschooling." Ersya membuat wajahnya melas.

"Jangan pasang wajah seperti itu, Ersya! Keputusan mama sudah final."

"Tapi ma, selama ini juga Ersya baik, kan? Nggak nakal juga di sekolah, Sya selalu taat sama peraturna kalian. Terus kenapa kalian dengan sebelah pihak memutuskan Sya untuk homeschooling? Sya butuh penjelasan yang masuk logika!" Ersya membantik sendoknya asal. Entah kenapa napsu makannya menguar begitu saja, hilang sudah perutnya yang tadi meronta meminta di isi.

"Sya, jangan gitu dong. Bunda nggak bisa jauh dari Sya," ucap Gladis sambil membingkai wajah Ersya dengan tangannya.

Ersya menyingkirkan tangan bundanya perlahan, menatap wanita yang sudah merawatnya dari kecil. "Bunda sebenarnya kenapa? Sya rasa ada yang Sya nggak tahu, ada apa? Ada masalah?" Ersya menatap semua anggota keluarganya.

"Nggak ada, cuma lebih baik kamu di rumah," sahut Manda menatap Ersya datar.

"Ada sesuatu yang Sya nggqk tahu, 'kan?" tanya Sya menatap penuh selidik.

"Lebih baik kamu diam dan jangan bantah!" Feris meninggalkan meja makan setelah tadi merasa napsu makannya menguar karena debat.

"Ayo balik ke kamar! Saraan kamu biar Amel yang bawa. Ayo bunda," ucap Manda meraih lengan kanan Ersya lantas menyeretnya paksa untuk masuk ke dalam kmar mandi.

Gladis pun tak bisa lepas dari Ersya, dilihat dari Gladis yang terus menggenggap tangan kiri Ersya.

"Gue nggak mau homeschooling, gue harus cari cara!" gumam Ersya dalam hati.

Kembali lagi....:)

Maaf ya baru bisa up, aku sekrang udah mulai sekolah lagi, sekolah online:v

Jadi, nanti kayaknya ngak bisa up dalam waktu deketan, tpi beda lagi kalau ada ide:)

Sebenarnya aku juga ini gak pd sama part ini, tapi aku up karema ada yg nungguin hehe

Terim kasih untuk semua...:)

Pay pay, salam sayang dari Ersya:')

E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang