KEMBALI LAGI

2K 223 26
                                    


-E R S Y A-

"Kamu yakin?" tanya Kiandra untuk kesekian kalinya.

"Yakin."

"Gue rasa sebaiknya lo nggak perlu nemuin mereka lagi," ucap Amilo sembari menatap Ersya yang tengah memakai jaket miliknya.

Ya, sejak pelarian Ersya yang diculik Amilo dan Geral, kini ia tengah berada di apartemen Kiandra. Ersya dibiarkan mengenal dirinya sewaktu kecil oleh Kiandra. Merasakan hangatnya pelukan sebuah saudara sedarah, bercerita banyak hal untuk membebaskan rindu yang selama ini terpendam.

Tapi ada sebagian hati Ersya yang mendung, di sini mungkin ia bahagia, bahkan sangat. Tapi masih ada daratan di mana tempat dirinya pernah dibesarkan. Ersya tidak mungkin melupakan mereka yang sekarang pasti sedang khawatir.

Bagaimanapun juga, bunda Gladis yang berjasa dalam hidupnya. Meskipun dengan langkah yang salah, bunda Gladis begitu menyayanginya selayaknya darah daging sendiri. Mama Feris yang senantiasa juga melimpahkan sayang dan kasih kepadanya. Juga kak Amel dan kak Manda yang selama ini menemani hari-hari monotonnya.

"Sya, coba lo pikirin lagi," ucap Amilo yang sebenarnya sudah kesekian kalinya.

"Aku udah yakin, Amil. Aku janji, aku akan kembali, aku cuma mau dengar penjelasan dari mereka langsung, sekaligus bukti lain kalau ada," jelas Ersya setelah selesai dengan jaketnya.

"Kamu nggak percaya sama, hyung?"

Ersya menatap Kiandra sulit, bukan itu maksudnya. Ia hanya ingin tahu, apakah bunda Gladis menyembunyikan hal terkait hal ini atau tidak. "Bukan seperti itu, hyung. Sya percaya, tapi Sya nggak mungkin ninggalin mereka begitu aja. Sya tetep bakal sama hyung, tapi Sya juga harus kasih kabar sama mereka."

"Tapi kalau lo pulang, lo pasti nggak bisa lagi keluar. Dan so, gue nggak kau panjat pagar balkon lo lagi!" sahut Geral dengan kesal.

Ersya terkekeh, mengingat itu memang bawaannya ingin sekali tertawa sekaligus merasa kasian. "Gue cuma mau memastikan, oke?"

Ersya bersiap untuk menuju pintu apartemen, tapi satu suara berhasil menghentikannya.

"Biar hyung antar."

Ersya tersenyum kecil,"Nggak perlu, hyung. Sya bisa sendiri, nanti kalau dilihat bunda bisa jadi masalah besar." Ersya kembali memberikan senyum meyakinkan atas keputusannya,"Sya pamit."

Pintu apartemen sempurna menutup kembali setelah Ersya keluar. Meninggalkan banyak kata dalam ruang pikir ketiga pria berbeda usia itu.

"Gue harap Sya nggaka apa-apa di sana." Geral mengusap kasar wajahnya.

"Gue juga gitu," sahut Amilo pun merasakan hal yang sama.

Sementara Kiandra masih terdiam, menatap pintu apartemennya. Ada rasa hilang dalam jiwanya, seakan tidak rela sosok itu melangkah jauh.

E R S Y A

Entah sudah berapa kalinya Ersya menghela napas, setelah ia turun dari taksi yang ditumpanginya, sampai sekarang ia sudah berdiri di luar pagar rumah bundanya. Terbesit rasa rindu dalam batinnya, melihat bagunan rumah yang tampak sepi itu membuatnya teringat akan omelan-omelan bundanya, segala larangan dan hukuman yang kerap ia dapatkan jika melanggar.

Ersya memejamkan matanya, membasahi sedikit bibir bawahnya guna mengurangi rasa gugup. Ia takut reaksi mereka akan jauh dari perkiraanya, akankah mereka menyambutnya secara baik-baik? Atau malah dengan nada tinggi bersamaan wajah tak bersahabat.

E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang