Ersya menatap tak mengerti pada Amilo dan Kiandra. Kini ia tidak tahu akan dibawa ke mana jiwa dan raganya oleh dua orang itu. Bahkan saat Ersya baru menyadari kehadiran Kiandra sebagai sang sopir, ia bertanya, tapi ia tidak mendapat jawaban yang memuaskan hasrat penasarannya.
"H-hyung?" gagap Ersya saat baru menyadari pria di sampingnya.
"Amil, ini? Ini ada apa?"
Amilo yang duduk di kursi belakang jadi ikut gugup sendiri,"Lo tenang Sya, kita nggak bakal apa-apain lo kok."
Ersya mengernyit, ia menoleh pada sahabatnya."Diapa-apain, gimana? Maksud gue kenapa ada ini?" tunjuknya pada Kiandra.
"Karena ada yang harus diluruskan." bukan Amilo, melainkan Kiandra yang tetap menatap lurus ke depan.
"Hah! Hooh tuh, harus ada yang diluruskan," ucap Amilo mengulang.
"Apanya?" tanya Ersya yang bertambah bingung.
Baru saja Amilo hendak bersuara, sebelum syara Kiandra telah memotongnya leih dulu.
"Kita jalan dulu," ucap Kiandra tegas. Karena Kiandra sudah merasa tidak yakin akan kondisi di gerbang belakang rumah Ersya. Sempat dilihat olehnya, ada bayangan seseorang di kamar Ersya.
Diperjalanan hanya ada hening yang tersisa. Atmosfer dalam mobil itu benar-benar sunyi dan sepi. Sampai secuil pergerakan pun akan terdengar sangat keras. Seperti saat Amilo yang diam-diam membuka bungkus snack yang langsung menciptakan suara berisik dari plastik sebagai wadahnya yang berusaha dibuka.
Ersya masih tak mau membuka suaranya, karena setiap ia bertanya, maka dengan sigap Amilo akan mengalihkannya. Dalam benaknya, Ersya sungguh bertanya-tanya. Tapi dalam pikirannya, ia sungguh mengkhawatirkan keadaan rumah.
Ia takut, takut saat nanti salah satu anggota keluarganya tak mendapati dirinya di kamar. Apalagi bundanya, jujur Ersya sangat mengkhawatirkannya. Ia takut bundanya akan histeris, ia takut.
"Amil?" Ersya menoleh ke belakang.
Amilo yang menatap layar ponselnya bergumam,"Heum."
"Balikin gue balik, dong."
"Hah?!" Amilo jelas langsung menatap Ersya.
"Gue mau pulang, gue takut nanti bunda nyariin gue, apalagi cara pergi gue yang nggak wajar," ucap Ersya sembari menatap jalanan dari dalam jendela.
Amilo menghela napas,"Sya tolong. Ini penting, ini tentang hidup lo yang harus lo tahu."
"Hidup gue? Apa sih yang sebenernya kalian sembunyiin?"
"Sya diam, nanti kamu juga tahu!"
Ersya diam, ia menatap Kiandra yang baru saja bicara dari samping.
"Kalau kita jelasin sekarang, lo nggak bakal percaya tanpa adanya bukti. Makanya gue culik lo," ucap Amilo berusaha memberi pengertian.
Ersya menghela napas, ia tak berniat kembali angkat suara.
E R S Y A
Gladis yang baru saja tiba di rumah, langsung menuju kamar kesayangannya. Kamar siapa lagi kalau bukan kamar milik Ersya, putranya. Anaknya yang ia cintai, sayangi, dan lindungi.
Dengan senyum mengembang, Gladis menarik knop pintu kamar bercat putih. Mendorongnya ke depan, tapi dahinya langsung mengernyit saat tak mendapati seorang pun di dalam kamar ini.
"Sya?"
"Sya, ini bunda udah pulang..."
"Sya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
E R S Y A✅ (SEGERA TERBIT)
Novela JuvenilBebas. Satu kata yang selalu didambakan Ersya dari dulu. Tinggal satu atap dengan empat perempuan yang ia sayangi tidaklah membuatnya merasakan apa itu kebebasan. Tidak boleh itu, dilarang ini, jangan begitu. Semua sudah ada aturan dan hukumannya, s...