Ji wook datang ke sebuah rumah sakit. Dia memaksa masuk ke sebuah ruang rawat VIP meski sudah di larang oleh pria yang sepertinya sekretaris orang yang sedang di rawat. Ji Wook mencium bau rokok di dalam ruangan. Dia heran padahal si pasien katanya di rawat karena masalah pernafasan. Si pasein sepertinya pura-pura tidur.
"Karena perkembanganmu baik, kami bisa menahanmu," ujar Ji Wook.
Ji Wook membuka laptop di meja yang masih hangat saat dia sentuh. "Kenapa kamu tidak bangun saja?"
Jeng! Si pasien langsung melek dan bangun. "Ayahmu dan aku satu universitas. Dia tahu yang sedag kamu lakukan. Ku hubungi hakim Seo sekarang."
JI Wook merebut ponsel pasien lalu memberikannya pada si sekretaris. "Kalian satu sekolah? Tapi sepertinya kamu tidak tahu ayahku benci memanfaatkan koneksi."
Tiba-tiba dokter masuk memberitahu kalau pasien harus istirahat. Ji Wook tidak peduli. Dia tahu pasien membayar satu milyar won untuk pemeriksaan medis. Dia mengambil rokok di samping bantal pasien. "Jaga kesehatanmu. Kita akan segera bertemu.'
Ji Wook keluar dari rumah sakit bertepatan dengan beberapa ambulance yang baru datang. Dia memperhatikannya sekilas lalu tanpa sengaja mendengar ucapan seorang dokter yang bertanya pada rekannya apa dokter Oh Yeong Cheol belum menjawab teleponnya. "Bagaimana bisa dia cuti tanpa pemberitahuan?"
Ji Wook mendapat telepon dari J. Kali ini dia menjawabnya dan terdengar suara wanita meminta tolong. "Halo. Tolong lepaskan aku! Kamu bisa dengar kan? Kamu di sana? Ku mohon tolong aku!" Tiba-tiba panggilan berakhir. Dan Ji Wook tampak biasa saja seolah itu sudah biasa terjadi.
Hee Jin bersembunyi di sebuah gudang. Wajahnya tampak kotor. Terlihat seseorang berjalan sambil menyeret pipa besi menuju tempat persembunyian Hee Jin. Hee Jin menutup mulutnya agar tidak terisak. Pria itu berjenggot putih seperti pembunuh Se Yeon. Dia melewati Hee Jin begitu saja.
Min membawa pesanan makanan dan minumannya ke meja. Dia membuka ponselnya yang sudah diperbaiki. Banyak panggilan tidak terjawab. Salah satunya dari Bibi Mi Sun dan lainnya dari nomor tidak di kenal. Dia memeriksa akun Hee Jin tapi Hee Jin sedang offline. Min memijat keningnya.
Se Yeon datang. "Kamu menambahkan alpukat untukku?" Dia menggerutu saat duduk ke kursi yang lumayan tinggi. "Aish! Ini tidak tinggi untuk tubuhku yang lama." Se YEon merebut ponsel Min. Hei! Ku bilang jangan menyalakan telepon. Aku tidak percaya kamu memperbaiki ponsel ini. Mereka bisa melacak sinyal."
"Katamu aku tidak bisa di cari karena wajahku berbeda."
"Meski begitu, kamu harus tahu batas. Kamu pasti mengira polisi Korea bodoh. Tidak peduli walau beda jauh, jika kamu terus muncul di lokasi ponselmu, mereka akan menyelidikimu. Jika begitu, bagaimana kamu akan menjelaskannya?"
"Aku paham." Min mulai menggigit hotdognya.
Se Yeon membuka pembungkus hotdognya sambil mencibir kesedihan Min padahal sudah jelas dia dicampakkan Hee Jin yang membawa kabur uang muka untuk membeli rumah mereka di sebuah apartemen 50 lantai di Gangnam. "Ayolah! Lupakan dia. Itu yang sebut pengincar harta. Kenapa kamu masih tertarik dan sedih?"
"Kamu yang menjodohkanku dengan pengincar harta."
Se Yeon bilang akan jadi masalah kalau Hee Jin kembali sekarang karena Min saat ini adalah tersangka pembunuhan jaksa cantik. "Min, bagaimanapun, kamu akan mencari pembunuhnya atau tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYSS [On Going]
FantasyGo Se Yoon adalah seorang pengacara penuntut yang cantik dan Cha Min adalah penerus yang tidak menarik dari sebuah perusahaan kosmetik yang sama-sama dihidupkan kembali dengan pandangan yang berbeda melalui jurang setelah mereka meninggal dalam kec...