"Ibu tidak perlu membuat keributan," kata Cha Min.
Tentu saja Nyonya Eom keheranan. "Kamu siapa?"
Cha Min bingung sendiri. "Itu...."
Beberapa saat kemudian, bibi dan Nyonya Eom sudah duduk di dalam. Cha Min berusaha memakai kaus kakinya sambil menjelaskan kalau dia pernah satu jurusan dengan Cha Min.
"Di kampus, hanya Min yang dari Korea," ujar Nyonya Eom.
Cha Min melihat bibi seolah mendapat ide. "Maksudku gereja di samping kampus. Aku pergi ke gereja itu lalu kami berteman." Chamin duduk di samping ibunya dan memakai kaus kaki yang sebelah lagi.
"Jadi kalian pertama bertemu di Australia?" Tanya Nyonya Eom. Cha Min membenarkan. Nyonya Eom menatap bibi meminta penjelasan. Bibi geleng-geleng.
Cha Min berusaha meyakinkan bibi. "Aku dengar banyak tentangmu. Min sering ke rumahku membawa iga masakanmu. Karena wangi kimchi buatan ibu, polisi sampai ke apartemennya."
Bibi tersenyum. "Astaga! Min bilang begitu?"
"Tentu."
Bibi manggut-manggut pada Nyonya Eom. Nyonya Eom menelepon nomor ponsel dan ternyata ponsel Cha Min ada di meja depan. Min beralasan kalau Cha Min pergi membeli sesuatu dan ponselnya tertinggal. Dia meminta bibi dan Nyonya Eom menunggu di sana sementara dia akan membawakan ponsel Cha Min.
Nyonya Eon menatap Cha Min sedikit curiga. Ponselnya berdering. "Aku bilang tunggu. Tidak sampai Direktur Cha setuju mengganti pabrik."
Mendengar percakapan ibunya barusan, Cha Min mendekati ibunya. "Pak Yang ingin mengganti pabrik lagi? Bukankah sudah cukup omong kosongnya? Ibu jangan biarkan dia seenaknya."
Ibu jelas heran. "Bagaimana kamu bisa tahu pekerjaan di perusahaan kami?"
Cha Min tidak kehabisan akal. "Tiap Min terlalu banyak minum, dia selalu mengoceh tentang Pak Yang yang tidak becus. Dari sanalah aku tahu."
Bibi memberitahu kalau Pak Kim sudah datang. (Sepertinya Pak Kim itu sopirnya)
Cha Min duduk lagi. "Ibu sepertinya sibuk. Akan ku suruh Min untuk meneleponmu. Jadi ibu harus bekerja."
Nyonya Eom terus menatap Min. "Dia banyak pekerjaan sebelum pernikahan. Aku tidak percaya dia menghilang."
Nyonya Eom pun pergi bersama bibi. Cha Min bisa bernafas lega. Dia berubah murung lagi saat menatap wallpaper ponselnya.
***
Begitu masuk mobil, Nyonya Eom langsung menanyakan nomor seseorang pada Pak Kim. Pak Kim menjelaskan kalau nomornya tidak aktif, jadi tidak bisa dilacak karena pasti dimatikan.
"Apa kamu akan diam saja dan menunggu?" Bentak Nyonya Eom. Bibi memintanya tenang karena tidak baik untuk kesehatan. Lalu bibi mengeluarkan obat untuk Nyonya Eom.
Nyonya Eom masih menggerutu. "Darimana asalnya wanita murahan itu? Aku setuju karena Min mencintainya. Bagaimana bisa dia menghilang?" Nyonya Eom memakan obatnya. "Dia tidak tahu berurusan dengan siapa."
Min masih berusaha menghubungi Hee Jin. Tapi nomornya tetap tidak aktif. Dia berniat keluar dan memakai jasnya. Tapi jasnya kekecilan dengan ukuran tubuhnya yang sekarang. Min melepas jasnya lagi.
Se Yeon memeriksa foto-foto korban pembunuhan, juga detail keluarganya. "Aku tidak paham," ujarnya. Ji Wook sedang berdiri menatap keluar jendela menoleh padanya. "Kenapa harus Seung Hun? Kamu juga tahu dia tidak mungkin punya musuh."
Ji Wook menghampiri Se Yeon dengan secangkir kopi di tangannya. "Gimana aku tahu kalau kami tidak pernah bertemu. Para korban sebelumnya pun bukan orang yang pantas di musuhi. Sudah selesaikan kasus penipuan yang di tugaskan kemarin? Mengejar permainan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYSS [On Going]
FantasiGo Se Yoon adalah seorang pengacara penuntut yang cantik dan Cha Min adalah penerus yang tidak menarik dari sebuah perusahaan kosmetik yang sama-sama dihidupkan kembali dengan pandangan yang berbeda melalui jurang setelah mereka meninggal dalam kec...