•part five

674 57 0
                                    


Author POV

"Hei... Kalau boleh tau.. dimana alamat rumahmu? aku bisa mengantarmu pulang jika kau ingin", Wonwoo berucap ragu kepadanya. Ia hanya takut menyinggung perasaan pria tan itu yang akan mengira Wonwoo mengusirnya. 

"B-baiklah. Aku akan memberitahukan alamatnya" ucap Mingyu yang awalnya sedikit ragu.

"Dengar, ak-aku bukan bermaksud mengusirmu hanya saja pasti orangtuamu mencari.

Mingyu mengangguk mengiyakan.

Wonwoo segera mengambil motor besarnya dan mengantar pria itu dengan alamat yang  disampaikan.

               ********************

Mingyu pov

Aku sedikit ragu apakah harus menyetujui ucapannya. Aku juga sudah banyak merepotkannya.

Tapi kemana tempat yang harus kutuju. Aku tidak ingin pulang kerumah dan di pukuli lagi karena kabur seperti ini.

Mungkin ke rumah ibuku.

Aku juga sudah Lama tak bertemu dengannya sejak ia bercerai dengan ayah dan meninggalkan rumah begitu saja.

Ya, sejak awal memang hubungan keluargaku sudah tak sehat. Ibu yang sering pulang malam karena urusan pekerjaan dan ayah yang selalu berjudi lalu membawa banyak uang. Mereka tak peduli satu sama lain.

Aku sering di tinggal sendiri di rumah tanpa siapa pun. Namun terkadang sebisa mungkin ibuku meluangkan waktunya untukku.

Saat mereka bertengkar hebat, ibu memutuskan untuk pergi dari rumah meninggalkanku begitu juga dengan ayah. Aku tak membencinya karena ia pergi meninggalkanku, mungkin lebih baik seperti itu daripada bertengkar yang merupakan makanan mereka sehari- hari.

Setelah beberapa hari ibu menghilang. Ia selalu mengirim pesan atau menelephoneku dan memintaku untuk tinggal di tempatnya saja namun pada saat itu dengan bodohnya aku lebih memilih tetap tinggal bersama ayah.

Awalnya mungkin ayah memang selalu baik kepadaku namun seiring berjalannya waktu ia pernah sekali memukuliku tanpa alasan yang jelas.

Saat itu aku pikir mungkin ia sedang banyak pikiran. Aku mewajarkannya. Namun kejadian itu terus terulang.

Aku pernah sekali bertanya padanya mengapa ia selalu memukuliku.

"Karena kau hanya anak tak berguna yang pantas disiksa"

Hatiku sangat sakit mendengarnya bahkan ayah selalu merendahkanku dengan sengaja di depan saudara-saudaraku.

Tak ada yang peduli.

                      ***************

Aku sempat berpikir untuk bunuh diri. Namun selalu gagal.

Aku mencoba selfharm

Satu goresan.

Perih.

Namun hatiku lebih perih.

Tiga goresan.

Secara tak sadar  menjadi kebiasaan yang terasa menyenangkan.

                        *************

Saking terlarut dengan pikiran aku tak sadar jika sudah sampai.

Aku turun dari motornya.

"Terimakasih. Maaf sudah banyak merepotkanmu," ucapku sambil tersenyum kepadanya.

Our Secrets; meanie [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang