37

11.1K 356 8
                                    

Matahari kembali menampakan wujudnya. Mereka melengguh karena sinar matahari yang perlahan masuk menerobos gorden kamarnya.

"Emh,"Alea melengguh, ia merasa nyaman dan tak ingin beranjak pergi untuk mandi. Julian pun memeluk Alea, merasakan kehangatan yang menyelimuti mereka.

"Good Morning,"sapa Alea sembari mendongak, Julian mengendorkan pelukannya dan tersenyum.

"Good Morning,"balasnya. Alea kembali memeluk Julian.

"Nggak mau sekolah, nanti upacara"rengeknya, Julian tertawa.

"Heh, udah ah. Ayo mandi, nanti aku dimarahin lagi sama papah kamu. Masa' ketua osis telat"ucap Julian, Alea mencebikkan bibirnya.

"Nggak papa, kan bentar lagi pensiun"

"Udah sana, mandi"suruh Julian lalu mencium singkat bibir Alea. Alea hanya tersenyum.

"Nggak boleh liat dulu, aku belom pake baju"ucapnya, Julian mengangguk.

"Oke, oke. Udah sana"Alea berlari menuju kamar mandi.

»»»

Kembali pada hari-hari membosankannya. Hari ini hari senin, membuat seluruh siswa-siswi harus berjemur dilapangan seraya mendengarkan puisi panjang lebar dari pak kepala sekolah atau guru piket lainnya.

45 menit berlalu, Alea yang sedari tadi terus menggerutu akhirnya mendapatkan kebebasan yang menyejukkan hati. Ia saat ini sedang bersantai dengan Rani di kantin.

"Woah, parah panasnya nggak nguatin"oceh Rani seraya meneguk segelas minumannya.

"Capek gue kalo terus-terusan disuruh namatin pak Jojon terus, bikin mual"ucapnya.

"Ehhh eh! Kalian kok masih disini? Ayo cepetan balik ke kelas! Katanya gurunya udah dateng tuh"ucap Bayu, salah satu teman kelas Alea.

"Owh! Come on!"pekik Alea dan Rani. Mereka mulai beranjak dari duduknya, berjalan dengan jalan yang terhuyung-huyung.

"Mapel nya siapa sih nih? Pengen gue gantung gurunya!"ucap Rani, Bayu berbalik menatap Rani yang seperti orang mabuk.

"Berani? Ini mapel Fisika, punya Bu Siti"singkat Bayu, Alea dan Rani melotot.

"Waduh! Emak gue!"pekik mereka berdua lalu berlari mendahului Bayu.

"Halah, katanya mau digantung? Berani aja nggak"gumam Bayu lalu kembali berjalan.

»»»

"Alea, ayo maju. Coba kerjakan dan jelaskan soal yang ada didepan"ucap bu Siti. Mata Alea melotot.

Pasalnya, selama pelajaran ia tak pernah memperhatikan malah mendekap wajahnya karena mengantuk.

"Sa-saya bu?"tanya Alea. Bu Siti mengangguk.

"Iya, kamu. Kan yang namanya Alea hanya kamu"ucap bu Siti seraya tersenyum. Alea bergidik ngeri. Bagaimana tidak? Guru yang terkenal galak itu menjadi kalem? Teman-temannya yang lain berusaha menahan tawa.

"Aduh, buu. Bukannya saya nggak mau tapi,"

"Tapi kenapa? Ada masalah Alea?"tanya bu Siti.

-ampun! Mau nangis gue! Ngerti aja nggak, mana disuruh ngerjain lagi-batin Alea menggerutu.

"Bukan bu, anu. Saya, lagi nggak enak badan bu. Kepala saya mual"ucap Alea, akhirnya ia menemukan alasan agar bu Siti tidak menuruhnya untuk mengerjakan soal didepan. Tapi, satu kelas malah tertawa termasuk bu Siti. Memangnya salah?

"Yaallah, kepala kamu mual Alea? Apa perlu saya hubungi dokter spesialis terbaik untuk menangani kamu?"tanya bu Siti, kelas kembali riuh.

-aduh, sejak kapan kepala gue mual?-batin Alea.

"Bukan bu, saya lagi ngigo. Maksudnya, perut saya yang pusing"ucap Alea, bu Siti hanya menggeleng. Rani akhirnya menyenggol bahunya.

"Mana ada perut pusing? Sakit kali Lee!"bisik Rani yang membuat Alea meringis.

"Hehe, bu itu.."

"Ayo, maju"ucap bu Siti. Alea pun menurut.

"Lo ngerti nggak Ran?"bisik Alea sebelum maju kedepan.

"Liat buku gue-"

"Ayoo"Alea mengangguk. Mengambil spidol yang ada ditangan bu Siti.

Didepan, Alea bukannya mengerjakan malah terus menggaruk tengkuknya.

"Ada apa? Kok nggak ditulis?"tanya bu Siti.

"Anu bu, tiba-tiba kepala saya jadi pusing. Kayaknya saya amnesia mendadak deh bu, jadi jawabannya diotak saya hilang semua"jelas Alea. Kelas kembali riuh.

"Aduh, Alea. Kamu ini ada-ada saja. Yasudah, kembali ketempat duduk kamu. Kita perjelas selali lagi"ucap Bu Siti. Alea mengembangkan senyumnya.

"Ih, bu Siti cantik deh"bisik Alea sebelum kembali ketempatnya. Bu Siti hanya menggeleng.

»»»

"Uh, akhirnyaa"lengguh Alea, ia merenggangkan otot-otot badannya.

"Ngaco lo hari ini, udah ah yuk temenin gue ke kamar mandi"ajak Rani.

"Males ah, mau ke kantin"Alea menolak, Rani mengerucutkan bibirnya.

"Ahh, Lea kok gitu sih? Bentar aja, bentaaar aja"ucap Rani meyakinkan.

"Halah, nanti juga ujung-ujungnya lama"gerutu Alea lalu membuang wajahnya. Rani langsung menangkap bahu Alea, menatap Alea dalam-dalam.

"Kentang satu cup!"ucap Rani, mata Alea menyipit.

Alea menggeleng, "dua,"

"Tiga!"seru Rani seraya mengangguk. Alea tersenyum.

"Ayoo, kita ke kamar mandi"seru Alea lalu merangkul Rani pergi.

"Hahaa"

»»»

"Permisi,"sapa seorang pemuda itu kepada sekumpulan bapak-bapak yang sedang bermain catur.

"Eh, anak muda. Ada apa?"sapa salah satu bapak itu yang tersadar.

"Saya mau bertanya, apakah bapak tau pak Hendro Sudirman?"

"Saya,"ucap bapak itu yang masih sibuk dengan caturnya.

"Bapak kenal dengan ibu saya?"

»»»

"Nggak terasa ya, sudah 20 tahun kamu sudah sebesar ini"ucap pak Hendro seraya menepuk pundak Bertand. Bertand hanya tersenyum kecil.

"Ibu kamu itu orang yang hebat. Begitu juga ayah kamu"ucap Hendro.

"Iya pak, terima kasih. Owh iya pak, apa ada barang yang dititipkan oleh ibu saya kepada bapak?"

"Owh, ada. Mari"

»»»

Next part👇

My Ketos Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang