39

12.6K 395 29
                                    

Up tripple nih!
Jangan lupa vomment ya!
Warning! Typo..

"A-apa sih maksud kamu dek? Udah deh jangan ngaco gitu ah"ucap Lucy. Bertand menatap sang kakak lekat.

"Kak, dia bukan ibu kita, dia iblis. Ibu kita itu udah meninggal kak!"serunya. Lucy mengkerutkan dahinya.

"Haha, apasih dek? Ayolah, kita buat pie susu aja"ajak Lucy yang hendak pergi.

"Kak, kakak udah nggak bisa ngelak lagi. Aku tau ini dari supir pribadi ibu yang dulu kak. Batin Bertand emang udah bener kalo dia emang bukan ibu kita"mata Lucy menyipit, ia mulai menatap lamat-lamat seorang wanita yang sudah dianggapnya seperti ibu kandung.

Bertand memeluk Lucy perlahan. "Papah bukannya tega ninggalin kita sama dia kak, tapi karna dia udah ngancem buat bunuh ibu. Jadi ayah pergi ninggalin kita, tapi kenyataan nya? Dia udah bunuh ibu dan mutusin hubungan kita sama ayah"Lucy melepas pelukannya.

"Wow, mami hebat ya dek? Nggak salah kakak ngagumin dia selama ini"gumam Lucy, satu persatu air matanya jatuh.

"Aku anggap pembunuh ibuku sebagai ibu? Lucu"Lucy tertawa tak percaya. Seketika ia berteriak histeris.

"Kamu! Kamu pembunuh! Sia-sia aku selama ini ngerawat! Ngelayanin! Ngelindungin! Kalau yang aku rawat itu pembunuh ibuku sendiri!"teriaknya. Raisa ketakutan.

"Kak, kak"

"A-ku udah nggak punya ibu gara-gara dia! Dia monster! Dia pembunuh!"teriaknya terus-menerus. Bertand langsung mendekapnya masuk kedalam pelukan hangatnya.

»»»

Kringgg

"Cabut!"seru Rani lalu merangkul Alea pergi.

"Gue traktir deh hari ini!"serunya. Alea mengkerutkan dahinya.

"Ini ada apaan lagi? Lega karna udah boker tadi pagi?"tanya Alea. Rani tersenyum.

"Kok tau?"mereka tertawa.

"Halah, gitu doang kok gue nggak tau. Gue gitu loh"ucapnya membanggakan diri.

"Jangan lupa, kentang 3 cup gue"Rani tersentak.

"Kok lo ingetin sih Lee.."gerutunya.

"Eits, nggak boleh sampe lupa dong"ucap Alea.

"Ok, ok. Eh, Le. Gue denger tuh ya, tadi kak Rebecca abis dobrak pintu kelasnya sampe jebol"

"Waw!"pekik Alea, matanya membulat. "Serem banget,"gumamnya.

"Katanya tu, kak Rebecca lagi ngincer adik kelasnya yang suka sama gebetannya. Uh, ngeri deh"ucap Rani, ia masih merangkul bahu Alea.

"Gue kasihan deh sama inceranya kak Rebecca, mati awal nggak ya?"tanya Rani. Alea menyenggol bahunya.

"Hush! Sembarangan! Kalo nanti yang diincer gue gimana? Lo mau apa?"Alea bertanya balik.

"Eh, jangan deh. Masih sayang,"ucap Rani. Alea tersenyum.

"Nggak bakalan lah,"sergah Rani.
"Kalo iya emang lo salah apa?"tanya Rani. Mereka memasuki kantin.

"Cantik mungkin, haha"Rani terduduk, Alea mulai memesan.

"Bu, mie ayamnya 2 sama es jeruknya dua ya"ucap Alea, sang ibu kantin mengangguk.

Alea tengah menunggu sembari menatap sang ibu kantin yang sedang membuatkan pesanannya. Tiba-tiba, ia terkejut karena sesuatu yang panas mengalir diatas kepalanya.

"Ups, sorry. Gue nggak sengaja"ucapnya. Alea tersentak dan mengibas-kibaskan tangannya. Rani yang melihat itu pun mendekat.

"Apa maksud lo nyiramin teh panas ke Alea kak? Dia punya salah apa?"timbrung Rani langsung memegang bahu Alea. "Lo nggak papa Le?"tanyanya.

"Duh, panas ya?"tanya Rebecca kembali. Suasana kantin nampak hening.

"Kak, kak Rebecca sebenernya kenapa sih? Sakit jiwa ya? Udah tau tehnya panas, main siram ke anak orang aja"ucap Rani. Mata Rebecca membulat.

Pyaarr!

"Heh! Jaga ucapan lo ya!"sentak Rebecca sembari menjatuhkan gelas kacanya keras.

Kantin tak hening lagi, beberapa siswa-siswi mulai memekik pelan. Beberapa yang terduduk didekatnya pun menyingkir.

"Lo jadi adek kelas nggak usah belagu deh! Gue tuh disini jadi osis! Jadi-"

"Bukan karna kakak osis jadi kakak bisa seenaknya gini. Aku punya harga diri kak. Kalo kakak mau nge bully aku ya silahkan. Mau ngebunuh aku ya silahkan. Tapi caranya nggak kaya' gini kak. Ini didepan banyak orang lho, kakak nggak malu?"timbrung Alea setelah mengusap wajahnya lalu perlahan menyibakkan rambutnya kebelakang.

Seluruh isi kantin dibuat cengo olehnya, termasuk Rani.

"Kalo mau bunuh ya langsung aja, nggak kaya' gini kak. Ini nyiksa banget"lanjutnya, mata Rani melotot.

"Lo ngomong apa sih Le? Nggak usah ngaco deh!"bisik Rani seraya menyenggol lengan Alea.

"Umh, jadi sekarang minta mati nih?"tanya Rebecca. Seluruhnya melongo tak percaya.

Alea merasakan pusing dibagian kepalanya, perutnya berdenyut. Ia merasa mual, segera ia tutupi mulutnya.

"Le, lo kenapa?"tanya Rani yang langsung merangkul Alea. "Kita ke UKS ya?"tawar Rani yang langsung pergi tanpa jawaban Alea.

Tap, tap, tap

"Woah, emang sakit jiwa nih anak"gerutu Jeslyn, ia sudah emosi.

"Heh! Mau lo apasih, Reb? Kali ini lo keterlaluan tau nggak?"ucap Jeslyn, menatap pekat manik mata Rebecca.

"Lo tau? Lo udah nyakitin adik kelas Reb! Lo udah nuangin teh panas ke anak pemilik yayasan ini!"timbrung Lita. Sekarang pertengkaran mereka lah yang menjadi tontonan di kantin.

"Brisik lah kalian!"acuhnya, ia hendak pergi.

"Tunggu,"cekal Jeslyn. Lita mendorong bahunya.

"Kali ini kita nggak akan biarin lo. Kita nggak pernah takut sama lo. Kita nggak bakalan mau lagi jadi budak lo lagi. Selama ada kita, lo nggak akan bisa berulah!"ancam Lita seraya menunjuk wajah Rebecca dengan jarinya.

Rebecca ditarik paksa oleh para sahabat-sahabatnya.

"Wuih, dapet satu nih,"

"Bisa dong dijadiin umpan"

»»»

Next gaiss?👇
Waiitt yaa..

My Ketos Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang