tiga loli milkita setara dengan 120 kalori
-Arga-
***
"Assalamualaikum." Arga mengetuk-ngetuk pintu rumah milik Azwa, dan tidak lama kemudian terlihat seorang wanita paruh baya, ya itu bundanya Azwa.
"Eh Arga, Tumben pagi banget?" tanya seraya mengajak Arga masuk.
"Hehe, gak pa-pa Tante," Arga tersenyum kikuk.
"Yaudah kamu ke kamarnya Nasywa aja, dia masih tidur tuh," titah Rika.
Arga melongo mendengar gadis itu masih tidur, Arga melihat arlojinya ternyata masih jam setengah enam pantas saja Azwa masih kebo.
Arga pun masuk kekamar Azwa, menggerak-gerakkan tubuhnya agar cewek itu bangun. Bukannya bangun cewek itu malah merubah posisi tidurnya dan makin terlelap kedalam mimpi.
"Eh buset! Kebo banget dah." Arga mulai memikirkan sesuatu agar Azwa terbangun. Ia tidak mau rencananya hari ini gagal.
Arga melihat sekitar berusaha mencari sesuatu buat membangunkan Azwa. "Ah, gue 'kan punya permen loli milkita."
Arga membuka bungkus permen berwarna pink kesukaan cewek itu. Ia masukkan permen itu ke dalam mulut Azwa.
Tiba-tiba, tubuh Azwa mulai bergerak gelisah dan mulutnya pun terus mengemut permen tersebut.
Kemudian, perlahan mata bulat Azwa mulai terbuka. Azwa terkejut ketika pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah cowok ganteng dengan senyum manisnya, Arga.
"Ew awrga!" sadar bicaranya tidak jelas ia mengeluarkan permen yang sedari tadi menganjal di mulutnya.
"Hay!" Arga melambaikan tangannya, "tiga loli milkita setara dengan 120 kalori," ujarnya seraya tersenyum.
"Ish! Gaje lo!" Azwa menjauh, ia langsung berjalan mengambil handuknya dan langsung masuk kekamar mandi.
Arga melongo. "Tumben tu bocah mandi tanpa disuruh."
***
Mereka sudah sampai di sekolah, Azwa pun bergegas turun, "Ga, jangan dekat-dekat ama gue ya," pesannya dengan berbisik lalu melengang.
Arga teringat cerita dari Ratih, ia bingung saat ini. Apakah ia harus menuruti ucapan cewek itu?
Ia berusaha agar mengikuti alurnya, mencoba mengikuti apa yang Azwa bilang padanya. Mungkin ini lebih baik untuk Azwa agar ia tidak tersakiti, mungkin.
Arga berjalan menuju kelasnya, di sepanjang koridor telinganya di buat panas oleh beberapa bisikan-bisikan cewek genit yang terdengar sangat jelas di telinganya. Bodoh, kata itu yang selalu muncul di benaknya untuk para siswi tersebut. Padahal bisikan itu berupa pujian buatnya tapi ia tidak menyukai itu, yang ia sukai hanyalah pujian dari sang calon masa depannya, Azwa.
Sampai di depan kelas, ia langsung mematung.
Mana Nanas!
Ia memencarkan pandangannya dan Dapat! Azwa kini duduk di bangku kosong tepatnya di pojokan dan hanya sendiri.
Arga menghembuskan napasnya pelan, ia merasa kasihan pada cewek itu. Kenapa harus Azwa yang mendapat ancaman gila seperti ini? Yang tidak sanggup bukan Azwa melainkan Arga. Arga yang tersakiti saat ini.
***
Waktu istirahat baru saja mulai, bergegas Arga bangkit dan berjalan menuju kantin.
Arga sedikit kecewa hari ini, karena Azwa tidak meliriknya sama sekali. Sekarang pikirnya, apa ia harus membelikannya makan? Atau tidak?