Setelah pulang sekolah, Arga langsung bergegas menuju rumah. Untuk hari ini ia tidak mengantarkan Azwa lagi, cewek itu yang meminta.
Setelah sampai dirumah Arga langsung membersihkan badannya. Didalam kamar mandi ia berpikir sejenak.
"Gue mulai curiga-" jedanya.
Hening.
"Gue curiga kalau Nanas lebih memilih Bapak-bapak yang ada diiklan loli milkita itu."
"Mungkin aja, Nanas berpikiran kalau ia pacaran atau dinikah sama beliau pasti dikasih permen loli tiap hari. Makanya Nanas gak mau pacaran. Ini tidak bisa dibiarkan." Arga mendumel didalam kamar mandi.
Setelah cukup lama dan cukup puas berada didalam sana, Arga pun keluar dengan handuk setengah badan.
"BAAA!!" Arga terlonjak kaget, sejak kapan ni sapi milkita ada disini? -batinnya.
"WAHAHAHA! kaget lo, ya?" ucap Azwa kemenangan.
Arga berlalu seraya bergumam, "untung gak lepas handuk gue lo kagetin." Azwa terkekeh geli. Namun, tidak ia sadari kalau ia blushing. Arga tersenyum simpul.
"Keluar dulu sana, gue mau pake baju," suruh Arga.
"Pake aja udah," sahut Azwa.
Arga mendekat kearah Azwa, sangat dekat. Jantung mereka berdua berdegup sangat kencang. Hanya tersisa beberapa senti saja jarak antara mereka.
"Keluar, atau nanti gue khilaf" goda Arga.
Azwa mendorong tubuh Arga menjauh darinya. "Khilaf aja, gue siap kok," ucap Azwa santai.
SEKAKMAT!
Mereka berdua tiba-tiba membeku, seolah sedang menerjemahkan ucapan Azwa barusan.
"Bener mau gue khilaf'in?" tanya Arga kembali ingin mendekat. Dengan cepat dan rasa takut Azwa langsung keluar kamarnya.
Arga mengeluarkan senyum devil nya. "Lihat aja kalau kita udah sah nanti. Sebelum lo minta gue bakal mulai duluan," ucapnya.
***
"Loh, kenapa keluar lagi?" tanya Listi, mamah Arga.
"Kata Arga takut khilap, Teh," katanya santai, Listi mengerutkan keningnya.
"Emang Arga lagi apa?"
"Habis mandi, malah mau buka handuk pas liat Nas dikamarnya," ucapnya memutar balik fakta.
Listi melotot mendengarnya, "Heehh!! Awas aja tu anak ya!" geram Listi. Azwa terkekeh pelan dan sembunyi agar Listi tidak mendengarnya.
Ia akan mengerjai Arga. Lagi.
Setelah mengatakan itu, Listi langsung gerak cepat mendatangi Arga dikamarnya. Azwa terperangah melihatnya.
"Wah parah, parah banget gue kalau sampe Arga kena amuk emak-emak. Hihihi," Azwa kembali terkekeh geli.
Sedetik kemudian, tubuh Azwa tiba-tiba mematung. Setelah ia rasa ada yang menyentuh pundaknya cukup membuatnya kaget.
"Nas."
Itu suara cowo.
Tubuh Azwa bergetar. "Ma-maaf, Ga. Gue gak maksud kok! Maaf banget. Jangan bunuh gue," ucapnya dramatis tanpa berani menengok kebelakang.
Orang itu membalikan tubuh Azwa. "Sadar! Gue Abang lo."
Azwa membuka matanya yang tadinya terpejam karena takut. Ia menghembuskan napasnya lega.
"Kenapa lo? Apa ada sama Arga, sampe mau marah sama lo?" tanya Dion yang sudah menampilkan kilatan kemarahan.
"Eh, Abang ngapain kesini?" alibi Azwa.
"Jawab, Arga ngapain elo?" Dion menatapnya tajam.
Azwa sangat takut jika Dion sudah berubah seperti ini. "Enggak, aku habis bercandain Arga aja. Hehe," ucap Azwa takut.
Dua ketakutan Azwa. Pertama, jika Abangnya melotot, menatapnya tajam, dan menghukumnya kalau berbohong. Kedua, jika Arga melotot, menatapnya tajam, marah sampe muka ikut berubah jadi cabe merah, dan berkelahi seperti orang kesetanan.
"Hedeuh, yuk ah duduk," suruh Dion. Ia sudah melenggang menuju sofa.
Azwa menaikan alisnya, kek berasa rumah sendiri aja -batinnya.
Dion menatap Azwa yang masih terdiam melihatnya duduk disofa sambil memakan kue kering disana. "Woi ayok sini, anggap aja rumah sendiri," katanya santai tak berdosa.
Tuh kan, dewa memang tuh abang -batinnya.
Setelah itu Azwa pun mengikuti apa kata abangnya itu, ia pun juga ikut memakan kue kering disana.
***
"MAAK!! AMPUN MAAK!!" teriak Arga. sakit, itu yang ia rasakan ketika Listi menjewer keras telinganya.
"Sudah Mamah bilang berapa kali?! Jangan coba macam-macam'in Azwa. Kalau Bundanya tau, gimana? Bakal gak jadi nikah kamu!" ujar Listi.
Enak bagi emak-emak jika harus berlama-lama menjewer anak serta sambil menasehatinya. Sangat memuaskan hati dan jiwa yang tidak sabar.
"HAAA!! IYA MAK, JANJI GAK BAKAL APA-APAIN!" sahutnya patuh. Kini air mata Arga pun tak segan-segannya keluar karena sudah tidak tahan disakiti oleh mamah Arga.
Ini semua ulah Azwa. Mungkin, sebenarnya cewek itu merasa kasihan kalau Arga ditindas mamahnya sendiri seperti ini. Namun, itu menjadi kebahagiaannya tersendiri. Entahlah kenapa.
"Awas aja kamu ya! Sampai Nasywa hamil diluar nikah, mamah cincang kamu jadi kornet buat adik kamu makan." Listi pun melepaskan jeweran supernya. Arga sudah tersungkur tidak berdaya lagi.
"Enggak akan, Mah," lirih Arga.
Tiba-tiba pintu terbuka sendiri.
"Ha! Abang?!" Dilla berhasil dibuat mereka terkejut. Anak kecil itu sangat terkejut melihat Arga, abangnya sudah tersungkur dilantai serta meringis kesakitan.
Dilla memeluk Listi. "Mamah gak pa-pa, kan? Abang gak nyakitin Mamah, kan?" tanyanya polos.
Arga langsung mendongakkan kepalanya dan menatap adiknya tajam. Gila ni bocah! Gue yang tersakiti gue yang tertuduh! -batinnya geram.
"Enggak, ayok kita keluar datengin Kak Nas," ajak Listi lembut pada Dilla. Listi kembali menatap Arga seraya menunjuk matanya dan Arga bergantian dengan dua jari, telunjuk dan tengah.
Arga mendecih, kesal. "Ini pasti gara-gara Nanas, awas aja lo sapi milkita! Gak gue jajanin loli milkita, lo!" ucapnya geram.
Arga berjalan menuju kasurnya sambil mengusap-usap telinganya yang merah padam. "Parag banget sih tu emak-emak kalau marah. Kek kudanil keselek katak!" gumamnya.
Kali ini cowok itu tidak akan meladeni Azwa lagi. Merajuk, mungkin kata itu yang cocok untuk menggambarkan Arga saat ini. Ia merajuk pada Azwa, sapi milkita.
***
Gimana nih cerita AzGanya? Tambah seru apa biasa aja?
Yaudah jangn lupa VOTMENT yaa❤🐰