31

287 146 859
                                    

Asal lo tau, cabe tuh makin ke sini makin naik harganya. Lah elo? Biar lo ke sana, kemarin, maju, mundur, putar kiri, putar kanan, ya tetap aja murah! Ya sejenis flash sale kali, ya? Ah enggak! Lebih murah dari itu, bahkan lo gak berharga lagi!

-untuk cabe busuk yang di sana-

***

"Nas." Arga memeluk erat gadis itu. "Gue minta maaf," lirihnya.

Azwa semakin menangis tersedu-sedu. "Ayah, kayanya Nasywa menghalu dipeluk Arga deh," ucapnya disela-sela tangis.

"Nas, gue nyata dan lo gak halu," tegas Arga. Ia membalikan tubuh Azwa yang masih bergetar.

"Lo, siapa?" lirihnya.

"Lo becanda, Nas? Gue Arga."

"Ayah, Kayanya Nasywa gak bisa lupain Arga deh. Mukanya kebayang terus." tangisnya semakin keras.

Arga mengerutkan keningnya. Sebenarnya dia dianggap apa enggak sih? Segitu parahnya 'kah Arga menyakitinya sampai-sampai Azwa lupa akan kehadiran nyatanya?

"Nas, gue beneran Arga anaknya pak Darga yang tetangga lo itu." Arga mencubit pelan pipi Azwa agar gadis itu sadar.

"Huwaaa!! Ayaaahh!" Azwa terkesiap. Tiba-tiba saja tangisnya berhenti setelah mendengar kalimat Arga tadi.

"Nas.Udah sadar, lo?" pertanyaan macam apa ini? Arga kira gadis itu kerasukan 'kah?

Hening.

Azwa berdiri dan menatap dingin Arga. Tangan Arga masih menaut pergelangannya.

"Lepas." Suara Azwa berubah dingin.

"Gak!"

Biarkan Arga egois untuk kali ini. Ia tidak akan pernah melepaskan gadis ini lagi, sampai kapan pun.

"Oh, lo mau marahin gue? Karena udah datang ke sini?" Azwa menatapnya jengah. "Silakan, Arga."

Arga terbelalak. Ini bukan Azwa yang ia kenal. Kenapa ia tiba-tiba berubah drastis?

"Kenapa? Gak berani? AYOK CEPETAN MARAHIN GUE! GUE SALAH, ARGA. GUE UDAH BAWEL KARENA GAK DENGARIN UCAPAN LO DAN DATANG LAGI KE ROOFTOP!"

"Gue minta maaf, Nas." Hanya kalimat itu yang bisa ia ucapkan sekarang.

"Gue benci maaf dari lo!" bentaknya lalu pergi meninggalkan Arga sendirian.

Arga mengusap wajahnya kasar setelah Azwa benar-benar pergi dari perlihatannya.

Arga mengehela berat. "Gue parah banget, ya? Sampai buat lo ngadu ke ayah lo kalau gue jahatin elo," gumannya pelan.

Prok ... Prok ... Prok.

"Sedih banget tau." Suara itu membuatnya terkejut dan spontan menengok ke asal suara.

Arga berdiri sembari menatap jengah. "Lo kok kaya Swiper ya lama-lama. Sukanya ganggu orang aja."

Orang itu mendekati Arga selangkah demi selangkah sampai akhirnya sangat dekat. Entah kenapa tubuh Arga tiba-tiba membeku membuat orang itu dengan mudahnya menyentuh Arga.

"Arga," godanya memusut pundak Arga. "Sssst!" ia meletakan telunjuknya di bibir Arga.

Arga tersekiap dan dengan sigapnya menepis kasar tangan itu.

"Baji-" gadis itu langsung membekap mulut Arga.

"Lo mau ngomong apa sih, Arga sayang?" ia terkekeh geli. "Gue suruh diam juga, jadi ngomongnya nanti aja, ya."

Gadis itu semakin dekat dengannya bahkan napas Arga bisa terasa di kulit lembutnya.

"Kali ini gue gak akan lepasin lo, Arga." Gadis itu menyeringai.

Ia kemudian memeluk Arga penuh arti. Dan mereka tidak menyadari, bahwa sedang ada dua hati yang tersakiti saat melihat mereka seperti ini.

"Lo apa-apan, sih?" Arga mendorong keras tubuh cewek itu, namun ia hanya tertawa seolah mengejek.

"Takut ya, lo?"

Arga sekarang merasa ada yang ganjil ketika melihat wajah gadis ini. Ia seperti mengingat sesuatu.

Arga memicingkan matanya. "Oh ya, kok foto yang lo sebar gak ada dampaknya buat gue?" itu dia! Pertanyaan itu lolos membuat cewek itu tertegun.

"Cih!"

Arga menaikan alisnya. "Kenapa?"

"Untuk itu gue gak posting. Makanya gue masih bisa dekatin lo tanpa segan," ucap Gadis itu seraya memainkan kukunya.

Arga terkekeh. "Lo ngejilat ludah sendiri!"

Cewek itu melotot menatap Arga. Apa maksudnya?

"Ah enggak. Gue bilang kalo lo itu koyo asu!" Arga terkekeh meremehkannya.

"Heh!! Jaga mulut lo, ya!"

"Mulut lo kali," jawab Arga santai seraya melipat kedua tangan di dadanya.

"Arga, kenapa sih-"

"Kenapa sih lo itu kegatelan banget kayanya sama gue? Eum, apa harus gue bawa ke rumah sakit buat ngobatin gatal-gatalnya elo yang parah itu?" Arga mengetuk-getuk dagunya.

"Oh apa gue terjunin aja elonya ke sini?" Arga menunjuk ke bawah rooftop. "Heh Jalang, gue nih ya ngeliat lo ama cabe tuh beda banget! Lebih berharga cabe dari pada lo, tau?"

Gadis itu mengerutkan keningnya. Menatap Arga tidak percaya dengan apa yang dikatakan lelaki tersebut. Masa dirinya dibanding-bandingin ama cabe, ya jelas bedalah!

"Asal lo tau, cabe tuh makin ke sini makin naik harganya. Lah elo? Biar lo ke sana, kemarin, maju, mundur, putar kiri, putar kanan, ya tetap aja murah! Ya sejenis flash sale kali, ya? Ah enggak! Lebih murah dari itu, bahkan lo gak berharga lagi!"

SKAKMAT!

Gadis itu membeku. Semua makian Arga terdengar jelas di telinganya. Santai namun sangat menyakitkan.

Lelaki ini benar-benar membencinya. Gadis itu pun menangis. Tapi ini hanyalah drama.

"Ayok nangis yang kuat. Gue baru tau kalau wanita jalang seperti lo bisa nangis bombai gitu. DRAMA!" Arga mendorong kuat gadis tersebut.

Ini sudah masuk pembulian, Arga tahu itu. Perbuatannya ini bahkan terlalu kasar untuk cewek, tapi kalau cewek yang seperti ini bahkan tidak ada apa-apanya dan harus lebih dari tindakannya saat ini. Ia pasti tidak akan jera.

Arga mendekatkan wajahnya pada gadis yang terbaring karena jatuh tadi. "Mau sudahi semuanya, atau ... Penderitaan lo semakin parah dari ini?" Arga menyeringai.

Dari belakang sana masih ada dua orang yang terus memantau perbuatan mereka. Sesekali terkejut dan takjub melihat kejadian itu.

"Kita harus pergi sebelum Arga melihat lo," ajak salah satu orang itu.

***

Hayyoo?! Gimana nih, seru gak? Apa B aja?

Masih penasaran gak, siapa si cewek/gadis/wanita/orang itu/cabe, itu?

Atau kalian udah bisa nebak dan udah tau siapa? Komenlaah!!

Yuk lanjut!


Being One Is Complicated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang