Banyak kenangan bersamamu yang masih ku simpan. Aku bingung harus ku apakan, dibuang atau tetap disimpan?
***
"Kita harus pergi sebelum Arga melihat lo," ajak salah satu orang itu.
"Tapi Fero ..."
"Mereka gak seperti apa yang lo lihat."
Azwa menghela napas ringan. Ia menurut saja. Ia pun sudah lelah dengan semua ini.
Mereka berdua sudah turun sekarang.
Tadi, setelah Azwa pergi dari sana ia berpapasan dengan Fero yang ingin naik ke atas rooftop. Azwa pun langsung memeluknya, menangis dan bercerita apa yang terjadi. Itulah yang membuat mereka berada di atas sana berdua.
Menyaksikan perdebatan dan berbuatan yang mereka buat. Azwa sakit, sakit melihat itu. Sedangkan Fero? Sama sakitnya, ia sudah di khianati.
Fero mengantarkan Azwa pulang. Ia berusaha agar tetap tenang dan baik-baik saja, tapi itu di luar. Hatinya tidak sedang baik-baik saja, bahkan bisa dibilang amburadul sekali.
Azwa? Jangan tanyakan lagi, tentu sangat kecewa dan sakit hati. Di perjalanan tidak henti-hentinya ia meneteskan air mata.
Azwa masih tidak paham dengan ini. Masalah ini abangnya sendiri yang mulai? Lalu Arga? Dan cewek itu?
Siapa yang berhak disalahkan sedangkan semua orang itu terlihat masalah ini?
Tidak terasa mereka pun sudah sampai di pekarangan rumah Azwa. Rumah itu terlihat sepi dari biasanya. Tanpa pikir panjang Azwa pun turun dari motor Fero.
"Makasih," lirihnya tertunduk.
Fero tersenyum manis. "Sama-sama."
"Mau masuk dulu?" tawar Azwa lalu di angguki Fero.
Mereka berdua masuk dengan beriringan. Azwa mulai membuka pintu dan tidak lupa mengucapkan salam meskipun tidak ada orang di rumah. Ini sudah menjadi kebiasaannya.
"Gak ada orang, Wa?" Fero mengerutkan keningnya.
Azwa mendelik bahunya singkat. "Masuk aja."
Mereka masuk. Fero pun dipersilakan duduk di sofa dan Azwa pergi mengganti baju sekolahnya.
Menuju kamarnya, dari tangga tampak terlihat Rika sedang berkemas dan membersikan dapur mereka. Ada apa ini?
"Bun?" panggil Azwa dari atas tangga.
Rika menengok ke asal suara. "Eh udah pulang? Yaudah, kamu udah dikasih suratnya sama kepala sekolah?" Azwa mengangguk pelan. "Kalo gitu kamu ganti baju terus beresin semua perlengkapan dan kebutuhan kamu, pokoknya tidak boleh ada yang tertinggal," titah Rika membuat Azwa melongo.
Ia tidak paham. Surat dari sekolah, beres-beres rumah, kemasin semua barang. Apa maksudnya?
"Ngapain bengong? Ayok cepetan, kalau abang udah datang kita langsung berangkat."
"Jadi, kita bakal pindah rumah juga?" Rika mengangguk sembari tersenyum kecut.
"Oh ya, Bun. Aku minta tolong buatin minuman buat Fero, ya?" pinta Azwa sedikit ragu.
"Ada Fero? Kenapa gak bilang dari tadi. Yaudah Bunda buatin dulu." Azwa mengangguk lalu pamin pergi ke kamar.
Sampai di kamarnya, ia langsung mengunci pintu. Melempar tas kesembarang arah. "Aargh! Kenapa semua mendadak?!" gerutunya.
Azwa pun mengganti bajunya seragamnya menjadi baju santai. Kaos berwarna pink yang memiliki gambar loli milki kesukaannya. Ini ... Baju yang diberi Arga ketika ia berulang tahun yang ke-17.